19

118 12 3
                                    

19| Father In Law's Advice

———

Begitu bangun, hal yang Areta lihat adalah wajah Azril yang masih terlelap di sampingnya. Agak kaget sih, dia kira Daffa tiba-tiba pulang tengah malam, tapi dia langsung ingat kalau malam sebelumnya Azril memang tidur di kamarnya. Areta bangun, dia ingin pergi ke kamar mandi. Karena tak ingin membangunkan Azril, dan kebetulannya dirinya tidur di sisi kiri yang membuatnya mudah untuk beranjak dari kasur, Areta berjalan sendirian ke kamar mandi.

Sumpah, rasanya kakinya tambah sakit. Dan saat ia lihat ketika di kamar mandi, bengkaknya tambah besar ditambah rona warna biru gelap keunguan.

Selesai urusannya di kamar mandi, Areta lantas kembali keluar. Adiknya masih tidur, dan dia terpaksa membangunkannya karena sudah hampir lewat waktu subuh.

"Adek, subuh dulu."

"..."

"Azril, bangun."

"Mm-mh?"

"Subuh. Buruan wudhu."

Azril langsung mengambil posisi duduk dengan mata yang masih ingin merem. "Kaki lo mendingan?"

"Tambah parah. Sakit banget."

"Coba mana lihat."

Azril tahu kakaknya sudah wudhu, tapi santai saja ia pegang kaki kiri kakaknya yang membengkak. Toh sama saudara kandung, tidak akan membatalkan wudhu juga.

"It's getting worse. Nggak usah nanti-nanti, habis subuh gue antar ke rumah sakit."

Makanya, setelah selesai sholat subuh berjamaah, keduanya sama-sama ganti baju yang lebih sopan. Lalu Azril yang mengemudi motor pagi-pagi menuju rumah sakit. Sampai rumah sakit, Areta langsung ditangani karena memang masih pagi jadi antriannya sepi. Dengan Azril yang setia menemani.

"Sejak kapan keseleo nya kalau boleh tau?" Tanya dokternya.

"Kemarin siang, Dok."

"Untuk mengetahui parahnya cedera, saya sarankan untuk melakukan rontgen di bagian kaki yang terkilir. Setelah ini dibantu perawat akan diantar ke ruang pemeriksaan."

Jadi ya, Areta harus di rontgen. Juga melakukan pemeriksaan lanjutan untuk kakinya. Untungnya tidak ada luka yang serius. Hanya bengkak saja yang mungkin akan membaik degan sendirinya jika digunakan dengan istirahat total. Sebagai penutup, pergelangan kaki kiri Areta dibalut perban elastis dan dirinya sudah bisa pulang. Tadinya dia ingin dibawakan kruk, tapi Areta langsung menolak dengan alasan malu. Jadi kayak orang cacat.

Azril kembali mengendarai motornya balik ke rumah sekalian membeli sarapan bubur di depan komplek perumahan.

"Dah, istirahat aja sekarang. Gue nggak bisa izin, jadi kalau butuh apa-apa chat aja nanti gue pesenin lewat ojol. Sementara nggak usah naik ke lantai dua dulu, nanti gue suruh Inge kesini habis pulang sekolah."

"Thanks. Sekarang sarapan dulu aja, habis itu mandi baru siap-siap kerja."

Dan akhirnya, Areta kembali merasa kesepian karena harus di rumah sendirian sampai nanti Inge pulang sekolah. Ketika Azril berangkat kerja pun, yang Areta lakukan hanya duduk-duduk santai di depan televisi di ruang tengah.

Ting.

Daffa
Pagi
Udah di kampus ya?

Areta
Pagi juga
Belum, km udh di kantor?

𝐀𝐧𝐨𝐭𝐡𝐞𝐫 𝐉𝐨𝐮𝐫𝐧𝐞𝐲; 𝐖𝐢𝐭𝐡 𝐇𝐢𝐦Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang