꧁ 67| Nose-bleeding ꧂
———
Early note: just want to correct the previous chapter, aku ada kesalahan hitung buat umur Areta, gais wkwk. Harusnya 38 tahun, soalnya aku malah jumlahinnya pas Bintang pertama kali lahir. Padahal nikahnya pas umur masih 26 wkwk. Kemarin udh aku edit, but in case ada beberapa di kalian yg masih tertulis 40 tahun. I'm so sorry, and enjoy this part. Terimakasih.
———
Sebelum sore nanti mereka akan ke Semarang, Daffa mengajak anak dan istrinya untuk mengunjungi salah satu anak mereka yang punya tempat tinggalnya sendiri. Daffa dan Areta berjalan santai di belakang anak-anak mereka. Lalu Bintang yang tampak pasrah saat tangannya diseret paksa oleh Zeela. Entah karena ikatan batin antara anak kembar atau bagaimana, sejauh ini memang kalau Zeela diajak untuk menemui kembarannya yang telah berpulang selalu se-antusias ini.
Tiba di tempat tujuan, Zeela yang sudah berdiri menghadap pada gundukan tanah berhias rumput-rumput liar kecil yang tumbuh itu lantas mengeluarkan sesuatu dari dalam saku bajunya. Sebuah hiasan bunga plastik berwarna merah dan putih, berjumlah enam. Bunga plastik itu Zeela letakkan diatas tanah dekat dengan batu nisan.
"Halo, Mas Azzam. Maaf ya, Adek baru datang lagi. Soalnya kan Mama sama Papa sibuk terus. Adek kalau kesini sendiri nggak berani." Dengan nada riang seperti biasanya, Zeela langsung bersuara. "Mama sama Papa bawain bunga asli buat Mas Azzam. Wanginya harum. Terus Mas Bintang bawain air pake botol. Sebenernya aku suka sama bunga yang dibawa sama Mama, tapi kalau pas aku datang lagi, bunga yang dikasih kesini pasti udah hilang. Kata Papa bunganya kering dan disapu sama penjaga makam. Kalau enggak terbang kena angin. Makanya, aku bawain bunga lain yang nggak bakal kering. Ada tangkainya, panjang. Jadi bisa ditancap ke tanah. Nggak bakal terbang atau hilang kesapu. Semoga Mas Azzam suka hadiah yang aku bawa, ya?"
"Itu belum ditancap, Dek." Ujar Bintang menunjuk pada bunga plastik yang diletakkan sang adik di dekat batu nisan.
"Nggak bisa. Tanahnya keras."
Tanpa diminta, Bintang pun mencoba untuk menancapkan tangkai bunga plastik itu ke dalam tanah sedikit lebih dalam. Dan berhasil. Bunga plastik itu berdiri tegak tepat di depan batu nisan milik adik laki-lakinya.
"Udah."
Zeela takjub pun bertepuk tangan riang. Lalu memeluk pinggang kakaknya sebentar membuat Daffa dan Areta yang cukup melihatnya saja sudah terhibur.
"Wuaahhh! Mas Tang keren!" Puji Zeela.
"Bilang apa?"
"Makasih, Mas Bintang."
"Ayoo, Adek agak geser sedikit. Biar Mama tabur bunganya keatas makamnya Dek Azzam." Zeela pun menurut. Sedikit menggeser tubuhnya membiarkan mama nya untuk maju.
Areta menyebar bunga tabur itu diatas gundukan tanah yang tampak kering itu. Senyumnya sendu walau ikhlas sudah coba ia lakukan. Namun yang namanya ibu kehilangan anaknya, rasa sedih itu akan tetap menyangkut dalam hatinya sampai kapanpun.
"Bunganya udah ditabur. Sekarang air nya, Mas Tang. Siram yang rata ya, ke tanahnya." Daffa memberi titah.
"Iya, Papa."
Bintang pun mulai membasahi tanah makam adik laki-lakinya dengan air yang dia bawa daei rumah. Hingga tanah yang tadinya kering berubah sedikit lebih lembab dan basah. Daffa berjalan memutar sedikit hingga posisi mereka kini saling berhadapan dengan makam itu di tengah-tengah. Daffa bersama Zeela, Areta dengan Bintang.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀𝐧𝐨𝐭𝐡𝐞𝐫 𝐉𝐨𝐮𝐫𝐧𝐞𝐲; 𝐖𝐢𝐭𝐡 𝐇𝐢𝐦
Romance-'𝐬𝐞𝐪𝐮𝐞𝐥 𝐨𝐟 '𝐫𝐚𝐢𝐧 𝐢𝐧 𝐲𝐨𝐮' ⚠︎[Mature Content]⚠︎ *** "𝐌𝐚𝐚𝐟..." "𝐌𝐚𝐚𝐟 𝐛𝐮𝐚𝐭 𝐚𝐩𝐚, 𝐃𝐚𝐟?" "𝐀𝐤𝐮 𝐧𝐠𝐠𝐚𝐤 𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐥𝐚𝐠𝐢 𝐦𝐞𝐦𝐢𝐧𝐭𝐚 𝐤𝐚𝐦𝐮 𝐛𝐮𝐚𝐭 𝐭𝐞𝐫𝐢𝐦𝐚 𝐚𝐤𝐮 𝐣𝐚𝐝𝐢 𝐩𝐚𝐜𝐚𝐫𝐦𝐮... 𝐭𝐚𝐩𝐢 𝐚�...