49

123 11 3
                                    

49| You Are Mine!

———

⚠︎ warning; ⚠︎
bisa di skip di awal part bagi yg tidak berkenan baca mature content, terimakasih

———

Selama jadi suaminya Areta, tentu ada waktunya wanita itu bisa sangat liar dan bertindak lebih agresif daripadanya. Tapi itu bisa dihitung jari. Karena jelas setiap melakukan hal berbau seksual, selalu Daffa yang mengomando atau meminta lebih dulu.

Tapi kali ini, entah sebab apa dan ada apa gerangan tiba-tiba istrinya itu melakukan tindakan yang tak ia sangka-sangka. Aneh banget, karena tiba-tiba bertanya sesuatu yang sudah pasti jawabannya adalah, 'jelas'. Mendapatkan Areta saja Daffa harus menunggu empat tahun lamanya, apa itu belum cukup jadi bukti kalau dia beneran sejatuh cinta itu pada wanita yang dengan asyiknya menyesap bibirnya rakus saat ini.

Daffa bertanya-tanya, apa sebagian sel otak istrinya tertinggal di udara setelah tadi main histeria atau tornado di Dufan? Atau ikut hanyut di sungai buatan saat mereka bolak-balik naik-turun main arung jeram? Karena sungguh, Areta benar-benar membuatnya gila dan kliyengan sekarang ini.

Mereka masih sama-sama berdiri, saling memeluk dan memagut bibir satu sama lain. Gerakan kakinya asal, karena mencoba mencari keseimbangan agar tubuh mereka tidak ambruk sewaktu-waktu. Daffa menghela nafas berat ketika bibirnya bebas karena Areta ganti menyesap lehernya. Tangan kekarnya menekan pinggang Areta untuk semakin dekat dengannya. Ini bisa bahaya banget kalau handuknya melorot karena hitungannya dia masih bugil.

"Kamu kenapa, yang? Tiba-tiba kayak kerasukan jin mesum yang ngebet berbuat cinta." Ujar Daffa dengan suara beratnya sambil menikmati sensasi nikmat karena ulah Areta.

"Diam."

Daffa termangu ketika dirinya ditatap dengan tatapan seperti... mengintimidasi. Cowok itu serasa sedang dikuliti dengan tatapannya yang tidak woles itu.

"Kamu tuh kenapa?"

Areta santai saja membuka benik bajunya dan melepasnya di depan Daffa hingga menyisakan bra berwarna hitamnya saja. Tak lupa celananya, jadi secara teknis kini Areta cuma pakai dalaman saja.

"Bukannya harusnya kamu senang, ya? Aku kayak gini?"

"Siapa bilang aku nggak senang, tapi kesannya kayak tiba-tiba padahal sebelumnya nggak ada perbincangan tentang ini." Jawab Daffa. Tangannya membelai rambut Areta yang dibiarkan tergerai bebas.

Areta menggerakkan tangannya ke belakang tubuh Daffa untuk mengunci pintu, lalu dengan lembut ia letakkan telapak tangannya diatas dada bidang suaminya. Mengusap pelan, lalu menaruh kepalanya di depan dada bidang itu.

Nafasnya keluar secara berat. Lantas memeluk tubuh Daffa dengan perasaan yang sukar ia mengerti. Daffa yang paham pun balas memeluk tubuh mungil di depannya. Menaruh dagunya di atas kepala Areta dan mengusap-usap punggung polos itu.

"Kamu sayang aku kan, Daffa?" Areta mendongak menatap wajah suaminya yang tampan itu.

Sebenarnya Daffa bingung, soalnya pasti Areta sedang menyembunyikan sesuatu darinya. Makanya ia tenangkan sang istri dengan mencium dalam dahinya. "Of course, baby. I love you so much. Kenapa tiba-tiba kayak nggak yakin sama perasaan aku, hm? Padahal kita juga udah punya Bintang, tuh, anaknya lagi enak-enak bobo."

𝐀𝐧𝐨𝐭𝐡𝐞𝐫 𝐉𝐨𝐮𝐫𝐧𝐞𝐲; 𝐖𝐢𝐭𝐡 𝐇𝐢𝐦Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang