44

228 14 5
                                    

44| Hello, Baby B!

———

"Daffa..."

Daffa yang baru saja selesai sholat ashar menoleh cepat ke belakang. Tepatnya kearah istrinya yang barusan bangun dari tidur siangnya. Cowok itu lekas membereskan sajadah yang tadi sempat dibawakan oleh orang tuanya dan menyimpannya di atas nakas kecil di samping ranjang.

"Udah bangun? Butuh apa?"

"Minum."

Sebelumnya kedua orang tuanya sudah datang ketika Areta masih tidur tadi. Membawakan segala kebutuhan persalinan dan kebutuhan Daffa selama menemani Areta di rumah sakit. Seperti peralatan mandi dan ibadah, tak lupa baju ganti. Selain itu, asupan makanan seperti air mineral, buah-buahan serta makanan lainnya juga telah dibelikan. Jadi ketika waktunya sudah tidak memungkinkan bagi Daffa untuk keluar, Isma memilih jaga-jaga dari awal.

Daffa memberikan botol minuman yang telah diisi sedotan pada istrinya. Yang langsung Areta sedot air di dalamnya karena tenggorokannya terasa kering.

"Udah mulai ngerasain kontraksi?" Tanya Daffa.

Areta menghela nafasnya. "I'm not sure. Rasanya begah banget, nggak nyaman. Tapi belum ada kontraksi yang bikin kesakitan."

"Habis ini makan, ya? Kesha lagi otewe bawa bebek gorengnya karena tadi masih belum ada yang buka."

"Kamu udah makan belum?" Areta bertanya pada suaminya.

"Belum, dong. Kan baru dibawain Kesha ini."

"Ohhh, Bapak sama Ibuk masih di rumah?"

"Tadi udah kesini, tapi karena kamu belum mulai kontraksi mereka pulang lagi. Kesini cuma bawain kebutuhan kamu selama persalinan, kebutuhan aku selama nemenin kamu disini, sama stok makanan dan minuman."

Areta manggut-manggut paham. Dia meminta Daffa untuk menaikkan kepala hospital bed nya karena dia ingin duduk. Di rumah sakit suasananya sepi, yang sebenarnya kalau boleh memilih Areta ingin menunggu di rumah saja. Tapi karena tadi Daffa seperti tidak ingin dibantah, dan gurat kecemasan tercetak jelas di wajah cowok itu, Areta tak punya pilihan selain menurut.

"Betewe tadi Ayah telpon aku. Jadinya mereka otewe tadi jam dua. Ayah langsung izin pulang lebih awal dan langsung berangkat kesini setelah tau kamu udah pecah ketuban."

"Impulsive, tapi wajar. Terus kira-kira mereka sampai sini jam berapa?"

"Mungkin habis maghrib. Ayah milih lewat tol kan palingan."

Di dalam ruangan tak ada yang bisa mereka lakukan selain mengobrol. Tidak ada televisi yang ditonton, toilet juga bukan di dalam ruangan karena memang tadi Daffa sangat panik mendapati istrinya sudah mengalami pecah ketuban. Ruangan apapun terserah, tidak kepikiran mau pesan yang VIP karena sudah kalang kabut lebih dulu. Jelas, kamar yang VIP mungkin lebih nyaman bagi mereka tempati, mungkin nanti Daffa akan request pindah kamar kalau dokter datang untuk mengecek kondisi Areta.

Di jam setengah lima sore, Kesha datang membawa kantong plastik di tangannya. Sudah dipastikan isinya nasi lamongan dengan lauk bebek goreng. Alhasil, mereka makan bersama disana. Daffa dan Areta dengan menu bebek goreng, Kesha sendiri yang pesan bebek bakar.

𝐀𝐧𝐨𝐭𝐡𝐞𝐫 𝐉𝐨𝐮𝐫𝐧𝐞𝐲; 𝐖𝐢𝐭𝐡 𝐇𝐢𝐦Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang