65

154 12 5
                                    

65| Welcome, Little Pumpkin!
———

"Wuaa—hahahaha." Tawa Bintang mengisi kesunyian malam kali ini. "Gelak-gelak lucu—euhahahaha!"

"Coba di peluk sambil disapa adeknya."

Menuruti perintah papa nya, Bintang memeluk perut sang ibu lalu bilang, "Adeekk..."

"Ini Mas Bintang." Imbuh Areta.

"Adeekkk... ini Mas Tang—eh, hahaha!" Tawa Bintang terdengar lagi kala melihat pergerakan massive perut ibunya. "Adek gelak lagi."

"Itu artinya adeknya suka main sama Mas Bintang."

"Adek itu Adek apa Mas, Ma?"

Areta tergelak gemas sambil mengusap rambut anak pertamanya. "Sama aja, Sayang. Mama dan Papa manggil Dek Bintang 'Adek' kan karena kamu masih anak tunggal. Lah besok, kalau adeknya yang di perut Mama udah lahir, Bintang otomatis jadi seorang kakak. Besok adeknya manggil Dek Bintang 'Mas'."

"Oohhh... kayak Ante Kesha panggil Papa, ya, Mama?"

"Betul. Karena Tante Kesha adeknya Papa, makanya Tante Kesha manggil Papa 'Mas'." Jelas Areta.

"Mas Dapa!" Girang Bintang sambil mengangkat kedua tangannya ke udara.

"Coba Adek bilang 'ef'." Titah Daffa yang tiduran miring menyangga kepalanya dengan tangan kirinya.

"Ep!"

"Ef."

"Ep!"

Daffa geleng-geleng kepala. "Bukan pakai 'p', pakainya 'f'. Eeee-eefff"

"Eeeee-eepppp." Bintang mengulangi ucapan papa nya.

"Fanta." Ucap Daffa.

"Panta!"

"Belum bisa ya jangan dipaksa tho, yang." Ujar Areta.

"Udah tiga tahun lebih kok belum bisa ngomong 'ef'."

"Adek belum bisa ngomong 'ep', Papa! Sama 'el'." Bintang berucap santai.

"Makanya belajar, dong. Besok belajar sama Papa, ya?"

"Ndak mau! Papa kalau ajalin Adek galak!"

Areta tertawa ngakak mendengar itu. "Masa sih, Dek? Emang Papa galak?"

"Hu.um, Mama! Kemalin itu Adek belajal nama-nama bunga. Tapi Adek ndak bisa baca yang benel. Telus Papa malahin Adek." Adu bocah tiga tahun itu.

"Kapan Papa marah, heh?" Daffa protes.

"Kemalin-kemalin ituuuu! Papa malahin Adek gala-gala Adek ndak bisa baca pelamboyan." Bintang menatap mata papa nya tajam, walau jatuhnya malah lucu.

"Flamboyan."

"Ya itu! Pelamboyan! Iya kan, Mama? Papa malah lagi."

𝐀𝐧𝐨𝐭𝐡𝐞𝐫 𝐉𝐨𝐮𝐫𝐧𝐞𝐲; 𝐖𝐢𝐭𝐡 𝐇𝐢𝐦Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang