24

182 12 4
                                    

24| Dating Time

———

Bisa jadi dikarenakan rasa lelah karena sudah melakukan perjalanan panjang dari Purwokerto ke Jakarta, dilanjutkan dengan kegiatan ranjang yang malam sebelumnya ia lakukan, Daffa baru benar-benar tersadar dari lelapnya di jam setengah sembilan pagi. Walau secara teknis baik itu dirinya maupun Areta sudah mandi keramas di pagi-pagi subuh tadi karena harus menunaikan ibadah sholat subuh. Yang lagi memaksa Daffa kembali masuk bergelung dalam selimut karena kantuk masih sangat dirasa.

Ketika dia bangun, istrinya sudah tidak ada di kamar. Karena tadi pagi sudah mandi, Daffa hanya perlu mencuci muka saja untuk menyegarkan wajah setelah terlelap beberapa jam sebelum akhirnya berjalan keluar kamar menuju lantai dasar. Daffa menguap sembari tangannya yang menggaruk pelan bagian perutnya sendiri, berjalan menuruni anak tangga untuk mencari Areta. Dan ternyata, yang dicari tengah menumis bumbu halus di wajan yang tak butuh waktu lama membuat ruangan dapur jadi bau harum khas bumbu yang sedang di masak.

"Selamat pagi, cantik." Daffa menyapa sang istri juga gerakan tubuhnya yang langsung nemplok memeluk dari belakang tubuh sang istri.

Areta mengelus lengan Daffa di depan perutnya lalu menjawab, "Selamat pagi. Aku kira bangunnya bakal jam sepuluh."

"Masih ngantuk, sih. Tapi karena nggak ada yang meluk jadinya nggak nyenyak bobo nya."

Areta terkekeh kecil. "Mau kopi apa teh?"

"Kopi."

"Oke. Tunggu aku selesai masukin sayurnya, ya. Nanti bumbunya gosong kalau ditinggal."

Daffa tak menjawab, malahan wajahnya yang semakin menunduk untuk terbenam di belakang leher sang istri. Kegiatan itupun tak luput dari pandangan Azril yang baru datang dari arah depan.

"Lanjut, terus, pepet terus. Dunia cuma milik berdua, yang lain ngontrak." Sungut Azril. "Udah semalam gue terksiksa nggak bisa tidur denger jeritan kalian, sekarang masih juga belum selesai."

Tuturan penuh kekesalan dari Azril membuat Daffa dan Areta lantas meringis kaku. Malu, tapi kan mereka suami istri yang ingin melepas rindu. Daffa menyempatkan diri mencium pipi Areta sebelum benar-benar mundur dan duduk di kursi meja makan.

"Emang dengar?" Tanya Daffa ragu.

"Nggak usah nanya! Udah gue sumpal telinga gue pake headset masih kedengaran juga. Anjir emang." Jawab Azril. "Udah mau pindah ke kamar bawah gue, tapi nggak jadi soalnya pas mau pindah tiba-tiba hening."

"Adek udah, jangan dibahas." Pinta Areta yang sudah kepalang malu. "Mau dibikinin minum juga enggak?"

"Mau!"

"Teh apa kopi?"

"Kopi."

"Kalian berdua emang maniak kopi." Ujar Areta heran.

Setelah dua kopi hitam tersaji di hadapan Daffa dan Azril, Areta lanjut menata makanan di atas meja makan. Jalan pelan-pelan, bolak-balik, hanya untuk mengangkut hal yang dibutuhkan untuk mereka sarapan. Azril masih geleng-geleng kepala, tapi senyum tipis langsung terbit mengingat hubungan kakaknya dengan kakak iparnya sudah membaik lagi.

𝐀𝐧𝐨𝐭𝐡𝐞𝐫 𝐉𝐨𝐮𝐫𝐧𝐞𝐲; 𝐖𝐢𝐭𝐡 𝐇𝐢𝐦Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang