27

129 10 0
                                    

27| Jealousy

———

Di jam tujuh pagi hari, Daffa sedang berjalan kearah teras rumahnya saat menemukan Ayah mertuanya sedang ngopi bareng Bapak Dimas alias bapaknya sendiri. Bapaknya memegang satu batang rokok yang terselip di antara jari telunjuk dan tengahnya, sementara Ayah mertuanya tampak antusias dalam mengobrol yang mana membicarakan tentang letak suatu tempat.

"Ohh, berarti itu bisa kurang lebih setengah jam perjalanan kalau dari sini, ya." Ujar Jaehyun.

"Bawa motor bisa lebih cepat, kalau sudah tahu jalannya." Dimas terkekeh sambil menjentikkan jarinya pada ujung rokok di atas asbak.

"Coba nanti saya cari lewat gmaps."

"Ayah mau kemana?" Daffa memberanikan diri untuk bertanya. Masih berdiri di kusen pintu.

"Rumah saudaranya Ayah yang tinggal di Purwokerto."

"Oh, yang dulu sempat minjemin Areta motor itu?"

Mendengar itu Jaehyun malah terkekeh takjub. "Memang kayaknya nggak ada yang nggak kamu tau tentang Areta, ya, Daf?'"

Daffa meringis kikuk.

"Ini Aretanya lagi apa? Kok nggak keluar-keluar dari kamar?" Tanya Jaehyun lagi.

"Masih belum bangun, Yah."

"Astaga—sudah siang kok ya—"

"Nggak papa, Yah. Kasian pasti masih capek. Lagian kan dia juga datang bulan, dan kebiasaannya emang perutnya bakal sakit."

"Sudah jam tujuh, loh, Daf. Bangunin aja sana."

"Halah sampun, Pak. Ben tuthuk disit anggone turu." Dimas turut menyahut.

"Ya, Pak?"

"Udah biarin aja, Yah. Biar puas dulu tidurnya." Daffa menerjemahkan dengan senyum geli.

"Bapak. Ibuk si tumbasna uyah karo gula jawa mrana. Ternyata pada entek kabehane mbok Ibuk klalen wingi jukut maring Mas Tri." Isma secara tiba-tiba muncul dari arah dalam dan memberi perintah pada suaminya.

Dimas langsung berseru keras. "Walah, lagi enak-enak udut ngancani besan, Buk. Ganggu bae acarane ngelaras esuk."

"Ora nana selain bapak angger senenge ngelaras esuk-esuk. Kebone Pak Mahmud bae esuk-esuk wis kerja maring sawah."

Dimas berdiri setelah mematikan puntung rokok di atas asbak. "Tega nemen mbok, bojo dhewek dipadhakna karo kebo." Katanya. "Mana duitnya?"

"Uangnya bapak, toh, ya."

"Yaahhh."

Daffa tergelak kecil, bapak dan ibunya memang kadang bisa menjadi sebuah hiburan dengan segala tingkah lakunya.

"Tak ke warung dulu, nggih, Pak." Pamit Dimas pada Jaehyun yang hanya mampu tersenyum manis tanpa mudeng apa-apa.

Isma kembali masuk ke dalam, melanjutkan masak untuk sarapan pagi ini. Sementara Daffa menempati kursi yang tadi diduduki oleh Bapaknya. Duduk di samping ayah mertuanya.

𝐀𝐧𝐨𝐭𝐡𝐞𝐫 𝐉𝐨𝐮𝐫𝐧𝐞𝐲; 𝐖𝐢𝐭𝐡 𝐇𝐢𝐦Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang