60

124 11 6
                                    

60| Bleeding (Again) 
———

Tiga hari terperangkap dalam sebuah ruang tertutup yang penuh aroma antiseptik, membuat Areta merasa sangat bosan. Walau di kamar ini juga ada televisi, dan suaminya yang reka-reka membawakan laptop kalau dia kepengen nonton film, tak membuat kebosanan Areta lenyap begitu saja. Hal yang membuatnya sedikit terhibur mungkin ketika semua anggota keluarganya ada disana, meramaikan suasana.

Areta sudah kepengen pulang sejak kemarin sore karena merasa perdarahannya hanya meninggalkan flek-flek ringan saja, tapi dokter masih belum mengizinkan karena dirasa harus dipantau setidaknya kurang lebih satu minggu. Lalu, thank to God, tadi pagi saat Areta bilang kalau perdarahannya sudah tidak lagi keluar, dan dokter melakukan segala pengecekan terhadap dirinya, dokter mengizinkannya. Walau harus menunggu cairan infus terakhir yang sudah terpasang habis. Kalau sesuai perkiraan perawat yang mengantarkan sarapan tadi, cairan infus itu baru bisa habis setidaknya malam hari nanti.

Daffa sebenarnya kontra dengan keinginannya itu, dan Areta sangat memahami ketakutan sang suami. Namun sungguh, rasanya dia sudah kangen rumah dan tentu saja kangen memeluk Bintang yang belum sempat ia dekap sejak tiga hari yang lalu. Bocah itu tidak diizinkan ke rumah sakit oleh Daffa. Padahal mah kalau sebentar kayaknya juga tidak apa-apa, tapi titah suami layaknya mutlak tak mampu ia bantah.

At this moment, di kamar inap Areta super sepi. Walau disana ada Daffa, sang bunda, dan juga sang ayah yang menunggu. Hanya saja, semua terpaksa diam dan hanya mampu bicara dengan suara pelan karena Jaehyun tengah menjalankan tugasnya sebagai dosen. Memang, ayah dari Areta minta izin selama tiga hari tidak datang ke kampus. Tapi tugasnya sebagai dosen tidak bisa ia tinggal begitu saja. Beda dengan Areta, walau tidak bisa menghadiri kelas, dirinya tetap tidak mungkin mengajar seperti ayahnya karena keadaannya tidak memungkinkan.

Satu pertemuan pertama kemarin, Jaehyun melakukan resechedule di waktu lain saat laki-laki itu sudah kembali ke Semarang. Lalu pertemuan kedua mereka yang kosong, Jaehyun memberikan tugas tertulis dan harus dikumpulkan kemarin itu juga dalam satu file folder dan dikirimkan melalui email. Lalu hari ini — di hari terkahirnya izin mengajar secara tatap muka — Jaehyun melakukan kelas daring untuk mahasiswanya mempresentasikan hasil tugas kemarin.

Karena tidak hanya satu kelas yang Jaehyun ampu, makanya tak heran jika sejak dua jam yang lalu ayahnya Areta itu terlampau fokus menatap layar laptop dengan telinga tersumpal earphone.

"Sampai jam berapa Ayah ngajarnya, yang?" Daffa bertanya pelan, sambil mengelus-elus pelan perut istrinya.

"Tadi sih bilangnya ada tiga kelas yang harus diampu hari ini. Bisa sampai sore tergantung Ayah dapat jam ngajar di jam berapa aja." Jawab Areta sambil memperhatikan wajah serius ayahnya menatap layar laptop. "Kalau jam-nya runut nggak ada jeda, mungkin jam-jam tiga  udah selesai. Karena kan kelas biasanya berlangsung selama satu setengah jam. Kepotong jam istirahat, kan. Kalau ada jeda jam ngajar, bisa aja siangnya kosong tapi lanjut sore sampai malam."

"Capek juga ya jadi dosen." Daffa tersenyum manis pada istrinya. "Istriku hebat banget, deh."

"Lagi ngomongin ayah kenapa tiba-tiba jadi aku yang dipuji?" Areta terkekeh geli.

"Soalnya istriku juga dosen."

"Idih."

"Kok idih?"

𝐀𝐧𝐨𝐭𝐡𝐞𝐫 𝐉𝐨𝐮𝐫𝐧𝐞𝐲; 𝐖𝐢𝐭𝐡 𝐇𝐢𝐦Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang