07. Ilegal

34.9K 2.2K 89
                                        

YASA masih memikirkan ucapan seorang dokter yang baru diatemui bersama Gesa tadi sore. Dokter kandungan bernama Diaz itu menjelaskan rencana Gesa tentang bayi yang dia inginkan dari Yasa. Setiap kata yang Diaz ucapkan benar-benar membuat Yasa terkejut.

“Begini, Yas ... mungkin, Gesa sudah menjelaskan tentang kondisi Elfara sebelumnya. Seperti yang sudah kita ketahui, rahim Elfara sudah diangkat. Tapi ... kabar baiknya, Elfara masih memiliki indung telur. Saat itu, prosedur pengangkatan rahimnya tidak dilakukan secara total. Waktu itu, saya dan tim medis hanya mengangkat bagian yang benar-benar membahayakan untuk keselamatan Elfara—” Saat itu, Diaz sengaja menggantungkan ucapannya. Jemarinya tak henti menyusuri pinggiran meja seolah menunjukkan penyesalan atau mungkin keraguan.

“Meskipun begitu, Elfara tetap gak bisa mengandung. Tapi, Yasa ... Elfara masih bisa menjadi seorang ibu dan itu dengan bantuan dari kamu. Elfara akan pinjam rahim kamu Jadi, peran kamu di sini hanya sebagai surrogate mother. Ibu pengganti dari bayi Gesa dan Elfara. Kenapa disebut ibu pengganti. Karena ... secara biologis bayi yang nanti akan kamu kandung di rahim kamu, bukan darah daging kamu sendiri. Melainkan bayi Gesa dan Elfara. Nantinya, bayi itu akan tumbuh dari sperma milik Gesa dan sel telur Elfara. Prosedurnya sama seperti bayi tabung. Hanya saja, bakal janin yang terbentuk akan dititipkan di rahim kamu.”

Perkataan Diaz seakan menggaung di telinga Yasa hingga sekarang. Dia tergugu, menyembunyikan rasa perih yang kedua matanya rasakan. Sekarang, Yasa paham. Yasa mengerti bahwa dia hanya dijadikan sebagai wadah, sebuah tempat di mana bayi Gesa dan Elfara akan tumbuh selama sembilan bulan lamanya. Diam-diam, batinnya menangis, merutuki nasibnya sendiri.

Saking jauhnya lamunan Yasa berkelana, Yasa hampir lupa bahwa dia tengah duduk dalam mobil dengan Gesa yang duduk di sampingnya. Pekatnya jalanan yang mereka lalui, benar-benar membuat Yasa tak menyadari kenapa dia bisa terjebak di sini, di posisi ini, dengan Gesa dan semua kemelut perasaan dan transaski yang seakan-akan menjadi bias kebohongan.

“Pak Gesa ... jika prosedurnya seperti itu. Lalu, kenapa anda menikahi saya? Akan lebih mudah bagi saya jika anda hanya membeli tanpa perlu mengikat sebuah janji,” tutur Yasa begitu pelan.

“Praktik surogasi masih ilegal di Indonesia. Maksudnya, belum ada hukum yang mengatur tentang ibu pengganti. Bahkan, agama kita tidak memperbolehkan hal itu,” jelas Gesa.

Yasa benar-benar tak bisa menahan tangisannya lagi. Dia menunduk dengan air mata yang mulai berjatuhan. Namun, Gesa masih fokus pada jalan yang dia lalui, pria itu terus mengatur arah laju mobilnya tanpa sempat melirik Yasa yang duduk di sampingnya.

“Tapi ... dengan kita menikah, kita bisa menyamarkan semua itu. Kita akan melakukan proses bayi tabung secara legal dan sah. Bedanya, sel telur kamu akan ditukar dengan milik Elfara. Apa yang akan kita lakukan mungkin memang bukan hal yang benar, tapi ini jalan yang bisa kita ambil,” ucap Gesa.

Yasa meremat tangannya sendiri. Dadanya sudah sejak tadi sesak. Napasnya yang tercekat akhirnya tak bisa menahan isak tangisnya lagi. Harga diri Yasa sebagai seorang perempuan benar-benar terluka sekarang. Kenapa Gesa bisa sejahat ini. “Aku gak mau,” lirihnya.

Sontak, Gesa menghentikan laju mobilnya. Pedal rem yang Gesa injak, seakan-akan bisa menghantamkan keduanya pada dashboard mobil. Gesa membeku. Sekarang, dia baru menyadari Yasa yang sudah hancur dengan tangisannya. Gesa tatap dengan lekat perempuan yang tengah menangis itu. “Yasa—”

“Aku gak mau! Aku gak mau jadi ibu pengganti!” Yasa berteriak histeris di sela tangisannya. Dia menggelengkan kepalanya samar. “Saya berubah pikiran. Saya batalkan transaksi itu. Ambil lagi semua uang anda! Saya gak butuh semua itu!” sungutnya.

Diam-diam, Gesa mengepalkan tangannya penuh amarah. Setiap urat di lengannya seakan-akan ingin mencuat keluar. Emosi Gesa kian tersulut kala mendengar setiap kata yang terucap dari bibir Yasa. Gesa tatap wajah Yasa dengan sorot mata yang membara. Tanpa sadar, Gesa mencengkeram kedua lengan Yasa dengan kasar.

HARGA RAHIM YASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang