"Andaikan kau datang kembali,
Jawaban apa yang 'kan ku beri.
Adakah jalan yang kau temui
Untuk kita kembali lagi."
🥀
♪ ♬ Andaikan Kau Datang Kembali - Andmesh ♬ ♪
_____________________________________GESA rasa, hari ini terlalu kelabu untuk dikenang, hari ini terlampau pilu untuk menjadi petunang. Segalanya bagai kidung cinta dari netra yang berlinang. Setelah sekian langkah yang dia lalui, setelah ribuan hari yang dia lewati. Sekarang, hanya ini yang tersisa. Tanah merah yang mengubur semua kenangan.
Payung hitam itu tak mampu menghalangi bentangan birunya langit yang dengan congkak mengejek setiap ratapan. Kacamata legam itu juga tak kuasa membendung tangis pilu semua asa. Bahkan, semua orang seakan kehilangan semua warna mereka.
Kelam dalam pualam.
Gesa bersimpuh di depan sebuah nisan berwarna hitam. Satu nama terukir dalam legamnya marmer cantik bersemu pedih. Nama itu yang sempat Gesa kecapkan dalam janji suci sehidup semati. Nama itu pula yang kini harus Gesa relakan untuk pergi dan melepas semua janji pati.
Elfara Keira, batin Gesa bergumam, mengeja kembali ukiran indah nama itu.
Jika bisa tawar-menawar pada kasih sayang Tuhan, Gesa ingin hari ini tak pernah dia miliki. Gesa ingin melupakan seluruh duka lara dalam hatinya saat ini. Kemudian, melangkah tanpa arah dengan hati yang tak dia miliki lagi. Namun, figur Elfara terlalu indah untuk dilupakan. Ribuan malam sudah Gesa lalui bersama Elfara. Setiap suka, cita, sedu dan sedan. Semuanya menjadi kolase luka dan liku kehidupan cinta berkawan kecewa.
Gesa usap nisan itu dengan jemarinya. Setiap lengkungan dari ukiran itu seolah menggambarkan seluruh perjalanan yang telah mereka lalui. Sayangnya, ukiran itu juga membawa Elfara pada tidur damai teramat panjang.
Jika kelapangan hati tidak Gesa miliki, ingin rasanya Gesa berteriak, ingin rasanya Gesa marah, sampai-sampai Gesa juga ingin menyalahkan takdir Tuhan.
Namun, untuk apa?
Selantang apa pun Gesa berteriak, Elfara tetap pergi. Sekeras apa pun Gesa marah, Elfara takkan kembali. Bahkan, sekeji apa pun Gesa mengutuk takdir Tuhan, yang telah pergi takkan pernah kembali.
Satu demi satu, orang-orang mulai meninggalkan tampat terakhir Elfara. Do'a demi do'a terlantun dan mengantarkan kepergian Elfara.
Ternyata, merahnya tanah yang masih basah itu belum sepenuhnya mampu membawa jerit pilu tangisan Gesa. Taburan kelopak bunga di sana seolah menghitung setiap tangisan yang ada. Gesa kembali terisak pelan. Hatinya melayang jauh tanpa tahu ke mana dia harus kembali. Teringat dengan jelas, Elfara berucap di ujung masa miliknya. Perempuan itu bersusah payah memberikan satu kalimat indah untuk Gesa.
"Bersama siapa pun nantinya, tetaplah bahagia ... karena aku akan menunggu di keabadian."
Gesa menutup matanya, membayangkan kembali setiap kenangan yang dia lalui bersama Elfara. Dia menghirup udaranya, menuai kembali setiap rasa yang masih tertinggal untuk Elfara. Sungguh, Gesa tak tahu. Kebahagiaan apa yang harus dia cari dan keabadian apa yang akan menantinya kelak.
Di waktu yang sama, usapan lembut dari Mamah memaksa Gesa untuk kembali berpijak pada bumi. Dia menoleh dengan derai tangis yang belum mereda.
"Mah ...," ucap Gesa begitu parau.

KAMU SEDANG MEMBACA
HARGA RAHIM YASA
RomanceKarena utang dan himpitan ekonomi yang terus mencekik keluarganya, Yasa rela menjual rahimnya pada sepasang suami-istri. Semuanya berawal dari Elfara yang sakit dan divonis tidak dapat mengandung. Akhirnya, Gesa memutuskan untuk membeli rahim Yasa d...