Dengan mengenakan hoddie berwarna hitam dan celana jeans berwarna senada, Darren mengacak rambutnya untuk menyempurnakan penampilan.
Saat bekerja ia memang selalu terlihat rapi dengan tatanan rambut yang klimis, tapi di luar itu ia selalu tampil santai dan kekinian.
Ia memasuki rumah berlantai dua milik keluarga Sanjaya itu dengan santai setelah di persilahkan oleh maid. Tak lama kemudian Annara turun, gadis itu terlihat begitu cantik dengan dress floral berwarna biru langit yang dikenakannya.
"Mama Papa mana?" Tanya Darren begitu Annara ada di depannya.
"Mereka ke Bandung, baru aja berangkat."
"Ganti," ucap Darren membuat Annara mengernyit bingung.
"Maksudnya?"
"Bajunya ganti."
"Kenapa? Jelek ya?" Annara menunduk untuk melihat dress yang ia kenakan. Kemudian ia merasakan tangan Darren menyentuh bahunya.
"Cantik. Pakek banget," puji Darren dalam hati.
Pria itu memutar tubuh Annara menjadi membelakanginya, lalu mendorong pelan pundak gadis itu sebagai kode agar segera kembali ke kamar untuk mengganti bajunya.
"Gue pakek motor, ganti celana."
Bukannya langsung berjalan ke kamarnya lagi, Annara justru membalikkan badannya menatap Darren dengan mata memicing.
"Kenapa nggak bilang!!" Protesnya.
Darren tersenyum tipis, "Lupa. Pokoknya mulai sekarang kalau ke panti pakai celana, yang sopan. Soalnya halaman panti sempit, jadi dari dulu kita kalau kesana bawa motor sama satu mobil buat bawa barang-barang atau makanan," jelasnya.
***
"Pake."
Annara memandang helm yang di sodorkan Darren padanya, helm bukan fullface seperti milik Darren. Yang membuat Annara memandangnya lama adalah, motif doraemon yang ada di helm tersebut.
"Bukan helm gue. Baru beli waktu perjalanan ke sini." Darren menyela dengan cepat sebelum Annara bertanya yang tidak-tidak. Ia sudah tau Annara akan mengejeknya, kelihatan dari cara gadis itu memandangnya dengan mata julid dan menahan tawa.
Setelah ber 'oh' ria, Annara segera memakai helm lucu itu. Ia mengaca di spion motor Darren. Lucu, Annara menyukainya.
"Ayo naik."
Pria itu memakai helmnya, lalu menyuruh Annara naik terlebih dulu. Karena ia yakin gadis itu akan kesulitan menaiki motornya jika tidak di standar samping dulu.
"Pegangan." Darren menengok sedikit ke belakang, Annara tak bergeming. Ia berdecak, mengambil tangan kiri Annara, kemudian ia lingkarkan di perutnya.
"Pegangan Anna, biar nggak jatuh," peringatnya saat Annara hendak melepaskan pegangan.
Annara hanya pasrah, lalu melingkarkan kedua tangannya di perut Darren. Inginnya di pundak, tapi takut nanti Darren protes karena merasa seperti tukang ojek.
Motor sport berwarna hitam itu melaju membelah jalanan ibu kota dengan santai. Darren masih waras untuk tidak mengebut saat membawa orang yang ia sayangi. Selain itu, ia ingin menikmati perjalanan, dan merasakan pelukan Annara lebih lama.
"Kita langsung kesana?" Teriak Annara.
"Apa?"
Annara berdecak, memajukan tubuhnya lalu mendekatkan kepalanya di samping kanan Darren.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANNARA
RomanceSejak mengetahui perselingkuhan yang dilakukan sang ayah di belakang ibunya, Annara tak lagi mempercayai pernikahan. Kekecewaan yang teramat besar membuatnya menganggap bahwa laki-laki dan cinta hanya akan membawanya pada penderitaan. Namun sayang...