Darrendra adalah pemakan segala, kecuali udang tentu saja. Namun, jika tubuh pria itu tidak bereaksi alergi terhadap udang dan dapat membahayakan nyawa, maka Darren akan dengan senang hati memakannya.
Beberapa saat yang lalu, si pemakan segala itu merengek. Ia menolak keras sang istri yang menariknya menuju warung sate kelinci di pinggir telaga dengan berbagai alasan.
Namun, Annara tetap yakin kalau prediksinya tidak akan meleset. Suaminya itu pasti akan menyukai sate kelinci setelah mencoba. Ia bahkan sangsi kalau nanti Darren hanya cukup makan 1 porsi.
"Sayang, ntar kalo ternyata mas alergi kelinci gimana? Kamu mau liat mas kesakitan? Kamu tega?" Darren kembali merengek setelah keduanya sampai tepat di depan warung sate.
Annara mendesah kasar. "Ya kan belum di coba, mas. Kalo alergi, nanti tinggal ke puskesmas," jawabnya enteng.
Sejauh ini ia belum pernah mendengar atau menemukan orang alergi daging kelinci.
Tak ingin semakin malu karena hanya berdiri di depan warung, Annara segera masuk meninggalkan Darren begitu saja. Lagi pula, sejak tadi pemilik warung dan beberapa pengunjung juga memperhatikan mereka.
"Anna mah gitu." Darren berjalan cepat mengikuti istrinya.
"Pak, pesan sate kelinci 1 ya?"
"1 saja mbak? Masnya itu ndak di beliin?" Tanya si ibu penjual sate yang sedang menyiapkan pesanan pengunjung lain.
Annara menggeleng. "Suami saya nggak mau buk, katanya nggak tega sama kelinci yang imut." Ia melirik Darren sebentar sambil menahan tawa.
"Oalah, suami istri tibak e (ternyata). Masih muda yo buk, tak kiro nek cah pacaran," ucap si bapak.
Di belakang Annara, Darren celingukan. Ia melihat si bapak yang sedang mengambil sate yang masih mentah, lalu beralih pada bagian dapur.
Warung di sekitar sini memang hanya warung tenda kecil, jadi tidak sulit untuk melihat dapurnya yang juga tak seberapa besar dan tak tertutup rapat.
"Nyari apa mas?" Tanya si ibu yang baru kembali setelah mengantar pesanan.
Darren gelagapan. "Ah, nggak nyari apa-apa bu," jawabnya gugup.
"Kalo nyari kelinci, nggak ada mas. Kelincinya nggak di sembelih di sini. Nggih to, pak?" Si bapak mengangguki pertanyaan Annara.
"Pedagang di sini itu rumahe dekat mas, jadi nek nyembelih di rumah, di potong, di sunduki (ditusuk) sekalian. Baru di bawa kesini," ucap si bapak sambil menunjukkan satu tusuk sate yang belum di bakar.
"Sate kelinci uenak lho mas, nanti sampean coba punya istrinya, di jamin ketagihan."
Darren yang tak langsung percaya, hanya tersenyum paksa. Ia kemudian memutuskan untuk tidak ikut makan, dan hanya pesan minum saja.
Sedangkan Annara menambah 1 lagi pesanan sate kelincinya. Ia masih yakin kalau Darren akan ikut makan. Daripada nanti kurang dan harus pesan lagi, lebih baik sekalian saja agar lebih menghemat waktu.
"Silahkan mbak." Si ibu meletakkan pesanan Annara, kemudian melirik Darren.
"Masnya jangan lupa nyoba, rasanya begini," ucapnya seraya menunjukkan jempol.
Setelah si ibu pergi, Darren melirik dua porsi sate di meja dan istrinya bergantian. Satu porsi memakai lontong, satunya lagi tanpa lontong.
Annara menyatukan sepuluh tusuk sate tanpa lontong dengan tangan kanan, kemudian membolak balik beberapa kali agar bumbu kacang dan irisan bawang merah serta cabenya tercampur rata.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANNARA
RomanceSejak mengetahui perselingkuhan yang dilakukan sang ayah di belakang ibunya, Annara tak lagi mempercayai pernikahan. Kekecewaan yang teramat besar membuatnya menganggap bahwa laki-laki dan cinta hanya akan membawanya pada penderitaan. Namun sayang...