"Hai Ara."
Suara itu yang pertama kali menyambut Darren dan Annara saat baru keluar dari restoran. Tangan Darren mengepal, ia melihat Bara dengan tatapan tidak suka. Sungguh tidak tau malu sekali laki-laki satu itu, sudah tau Annara akan segera menikah tapi tetap saja berusaha mendekatinya.
"Eh Bara, kenapa?" Tanya Annara agak kikuk.
Bagaimana ia tidak kikuk kalau laki-laki yang berdiri di sampingnya dan laki-laki di depannya ini saling pandang dengan tatapan menusuk. Ia bahkan merasakan hawa dingin saat berada di antara mereka.
"Tadi gue ke rumah, tapi lo nggak ada." Bara beralih menatap Annara.
"Oh iya, gue pergi dari tadi pagi. Ayo duduk dulu, nggak enak bicara di luar gini." Annara lebih dulu masuk kembali ke restoran dan menduduki kursi yang kosong diikuti mereka berdua.
Bara berdehem, "Begini, gue mau ngajak lo pergi besok malem. Karena gue udah lama nggak pulang, temen-temen pada minta traktiran, jadi ya sekalian aja kita ngadain reunian circle kita aja," ucapnya dengan menekankan kata 'circle' untuk menunjukkan pada Darren kalau ia dan Annara adalah teman dekat.
"Natasha sekarang jadi kepala chef di sini ya? Gue belum ketemu dia."
Annara mengangguk, "Iya, lagi sibuk dia kalau jam-jam kayak gini. Tau nggak? Dulu gue sampai keluarin duit banyak buat rekrut dia kesini," ucapnya terkekeh.
Dulu setelah menyelesaikan sekolah chef nya di Perancis, Natasha mendapat tawaran bekerja di salah satu restoran besar di sana. Annara yang baru saja merintis usahanya, dan ia adalah tipe orang yang sulit mempercayai orang baru, meminta Natasha untuk menjadi chef di restorannya.
Sahabatnya itu tentu saja sok jual mahal, hingga harus di iming-imingi Annara dengan jabatan kepala chef serta gaji yang besar. Namun Annara tak menyesal, toh di tangan Natasha restorannya kini cukup sukses bahkan mampu memiliki satu cabang lagi.
"Gue di kibulin sama Natasha. Pas udah kerja di sini beberapa bulan, dia bilang kalau sebenarnya dia mau nolak tawaran di kerja di restoran Perancis itu karena dia emang niat mau balik lagi dan nyari kerja di sini," tambahnya.
Bara terkekeh, "Tapi emang lebih baik gitu sih Ra. Kita ngasih kesempatan buat temen terlebih dulu, daripada orang lain." Annara mengangguk setuju.
Keduanya asik berbincang hingga melupakan seonggok makhluk tampan yang sedari tadi diam dan menahan kekesalannya. Apalagi Bara yang sesekali meliriknya dengan tatapan mengejek itu sungguh membuatnya semakin naik pitam!
"Gimana Ra? Besok bisa kan?"
Annara mengangguk, "Bisa kok, udah lama juga nggak ketemu mereka. Tiap hari ketemunya Natasha terus, gue sampek bosen," ucapnya terkekeh.
"Ekhm, aku temenin mau?" Darren bertanya lembut pada calon istrinya.
"H-hah? Ngga-"
"Saya boleh ikut kan? Saya suka khawatir kalau calon istri saya keluar sendirian malam-malam," tanya Darren pada Bara dengan menekan kata 'calon istri', untuk menegaskan posisinya lebih tinggi daripada lelaki tak tau diri itu.
"Nggak kerja?" Tanya Annara heran.
"Aku tidak bekerja sampai malam Anna. Dan juga, ayah memberiku kelonggaran selama persiapan pernikahan kita. Aku tidak lembur, dan tidak terlalu sibuk."
Annara hanya mengangguk, ia sebenarnya bertanya-tanya mengapa Darren terlihat begitu tidak menyukai Bara. Dan juga pria itu selalu berbicara lembut padanya saat ada Bara. Apa pria itu cemburu? Ah, tentu tidak. Ia yakin Darren hanya sedang bermain peran saja.
"Bagaimana?" Tanya Darren pada Bara.
Pria itu hanya bisa mengangguk dengan tidak ikhlas. Sialan! Sepertinya si Darren itu tak memberinya celah sama sekali untuk mendekati Ara-nya.
![](https://img.wattpad.com/cover/316938383-288-k563931.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ANNARA
RomanceSejak mengetahui perselingkuhan yang dilakukan sang ayah di belakang ibunya, Annara tak lagi mempercayai pernikahan. Kekecewaan yang teramat besar membuatnya menganggap bahwa laki-laki dan cinta hanya akan membawanya pada penderitaan. Namun sayang...