21

11.1K 587 12
                                    

"Maaf kalau saya merepotkan," ucap Darren pada seorang gadis yang duduk di hadapannya.

"Tidak apa Darren. Nggak usah formal gitu, kayak sama siapa aja," jawab gadis itu, yang tak lain adalah Natasha,  dengan kekehan pelan.

Darren mengangguk santai. "And thank you for coming, Shawn."

Shawn mengangguk, tangannya mengelus punggung tangan Natasha yang berada di atas meja.

Darren bersyukur, Annara memiliki teman-teman yang baik, salah satunya Natasha.

Semula ia sempat ragu mengajak Natasha bertemu untuk membicarakan sesuatu, tapi jika tidak di coba, ia tak akan tau hasilnya bukan? Maka dari itu ia memutuskan untuk nekat menghubungi Natasha, mengajaknya bertemu sepulang gadis itu dari resto. Tak lupa juga Darren meminta Natasha untuk mengajak serta Shawn agar tak ada kesalahpahaman.

"Kayaknya gue tau arah pembicaraan lo bakal kemana, Darren." Natasha memicingkan matanya, dengan senyum mengejek.

"Kalau lo keberatan nggak papa Nat. Toh juga si Baranj- ekhm, Bara itu temen lo juga."

Natasha menggeleng. "Bara emang temen gue, tapi gue nggak akan mendukung dia dalam hal keburukan, Darren," ucapnya tegas.

"Jadi?"

Menghela nafas sejenak, Natasha kemudian memulai ceritanya mengenai perasaan Bara, sesuai yang ia ketahui. Tak lupa ia juga menceritakan apa yang dilakukan Bara selama beberapa hari setelah pernikahan Darren dan Annara, yang Natasha yakini bahwa sebenarnya hal itulah poin penting yang ingin di ketahui Darren.

"Lo, sejak kapan tau kalau Bara suka sama Anna? Padahal lo orang baru, tapi gue lihat dari awal-awal kayak ada perang dingin antara lo sama Bara," pancing Natasha.

Darren terkekeh, kemudian menceritakan awal mula pertemuannya dengan Bara, hingga kalimat-kalimat yang di ucapkan Bara padanya.

"Dan menurut gue, Bara belum menyerah sama Anna." Darren menambahkan.

Natasha cukup terkejut dengan tingkah Bara yang bisa di katakan terlalu nekat. Yah, nekat menantang seorang Devantara yang levelnya berada jauh di atas Bara.

Ia juga menyayangkan, Bara yang cerdas dan berhati-hati dalam segala hal, kini malah terlihat seperti seorang pecundang yang berusaha mengambil milik orang lain.

"Darren," panggil Natasha, membuat Darren menatapnya.

"Apa lo cinta sama Anna? Lo nggak akan nyakitin dia kan?"

Darren mengangguk. "Setelah keluarga dan temen gue, cuma kalian berdua yang tau perasaan gue sebenarnya sama Anna." Ia menatap Natasha dan Shawn bergantian. "Seperti yang kalian tau, gue sama Anna memang bersatu karena perjodohan. Tapi gue bisa bilang, atau bahkan bisa jamin, kalau perasaan gue ke Anna udah ada dari dulu. Lebih lama daripada Bara."

"Dan Anna, nggak tau?" Tanya Natasha dibalas gelengan dan senyum tipis oleh Darren.

"Gue lagi berusaha Nat, pelan-pelan gue yakin dia pasti bisa rasain, dan semoga bisa bales." Raut Darren berubah lebih serius. "Untuk itu, sebisa mungkin gue menyingkirkan orang yang bisa menjadi  kerikil dalam rumah tangga gue. Gue mau sama Anna terus Nat, sampai nanti, sampai gue mati."

Sejenak, Natasha terpaku. Ia mencoba mencari kebohongan di mata Darren, tapi tak ia temukan. Helaan nafas lega Natasha terdengar. Gadis itu bahagia karena sahabatnya mendapatkan pendamping hidup yang tepat.

"Gue anggap omongan lo itu sebagai janji Darren. Dan lo harus menepatinya." Darren mengangguk tanda menyanggupi.

"Untuk itu, gue bakal bantu semampu gue. Gue bakal jadi mata-mata lo. Setidaknya selama Anna di resto, gue masih bisa jangkau, termasuk jika Bara dateng dan berbuat sesuatu," sambung Natasha yakin.

ANNARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang