64

5.7K 292 25
                                    

Sama seperti Annara yang telaten mengurus dirinya saat sakit, Darren pun tak kalah telaten. Pria itu tak membiarkan sang istri melakukan apapun seorang diri. Bahkan hanya untuk buang air kecil, Darren sampai menemani ke dalam kamar mandi tanpa rasa jijik.

Seperti saat ini, setelah mengelap bibir Annara yang kotor setelah muntah, Darren beranjak untuk membuang bekas muntahan istrinya di baskom.

Setiap pergerakan yang pria itu lakukan, tak luput dari pandangan Annara dan teman-temannya yang entah kenapa tidak segera pulang.

"Gimana sayang? Udah enakan?" Tanya Darren setelah kembali.

Annara mengangguk dengan mata berkaca-kaca. Ia menarik tangan Darren yang semula mengusap rambutnya, lalu menggeser duduknya.

Mengerti akan kode sang istri, Darren segera duduk di samping Annara dan langsung di peluk erat dari samping.

"Apa sih, kok nangis terus istriku ini," ucapnya dengan nada khas anak-anak. "Nanti dedek sedih kalo bunda nangis terus."

"Mas kenapa baik banget sih? Mas kenapa nggak jijik sama muntahan aku? Mas jangan baik-baik kalo jadi orang, nanti banyak yang naksir kan aku yang repot." Annara sesenggukan di dada suaminya.

Teman-teman Darren yang beberapa menit yang lalu masih berisik, sekarang hanya diam dan saling pandang. Mereka tau walaupun gesrek dan menyebalkan, Darren tergolong orang baik, tetapi mereka juga tau kalau Darren itu manusia yang tidak suka dengan sesuatu yang kotor, atau istilahnya gampang jijik.

Namun pemandangan Annara yang tiba-tiba mual setelah selesai makan, dan Darren yang dengan sigap menyahut apapun benda yang di dekatnya untuk menadahi muntahan Annara untuk sementara sampai ia mengambil baskom di bawah bed, tentu itu sesuatu yang diluar nalar bagi mereka.

Mereka belum tau saja kalau Darren pernah mencabuti tanaman karena kesal sampai badan dan bajunya kotor oleh tanah.

"Len, jaket Darren yang kena muntahan Anna tadi harganya sama kayak motor lo kan?" William menyenggol lengan Galen.

Sebagai pria yang memiliki selera fashion yang tinggi, pengetahuannya tentang luxury brand sudah tidak di ragukan lagi. Tadi bahkan ia nyaris berlari saat tau Darren meletakkan jaket itu di pangkuan Annara yang sudah tidak bisa menahan muntahan. Namun terlambat sudah, jaket dengan harga fantastis itu sudah ternoda.

Galen menatap William malas. "Motor gue sama motor lo mahalan motor gue! Otak lo isinya emang cuma brand fashion doang, kalo yang lain harus googling dulu. Goblok amat!"

Seperti biasa, mulut Galen mengandung ekstrak cabai terpedas di dunia.

"Mas, jaketnya masih bisa di laundry nggak sih? Sayang banget kotor, kan itu mahal." Annara melirik pintu kamar mandi, dimana jaket kotor itu berada.

William yang mendengar itu, sontak menelan ludah. Sepertinya ia berada dalam bahaya.

"Eh setan! Kita kan ada janjian balapan!" William menggeplak pundak Ethan yang tengah membalas pesan pacarnya.

"Goblok!! Gue jadi typo anjing!"

William berdiri sambil menarik tangan Ethan, "Ayok cepetan! Lo lo pada juga ayok! Jam besuk udah abis woy!" Ucapnya dengan sedikit melirik Darren yang sudah siap menerkam.

"Anna cepet sembuh ya! Ayang Willy pamit dulu!"

Galen hanya menggelengkan kepala melihat William yang berlari keluar dengan menarik Ethan yang misuh-misuh. Sedangkan ia segera berdiri diikuti yang lain mendekat pada bed untuk berpamitan pada Annara dan Darren.

***

Hari ketiga di rumah sakit, Annara yang sudah mulai bosan terus merengek minta pulang, tetapi Darren dengan segala rayuan dan tingkah konyolnya mampu membuat Annara melupakan permintaannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 03 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ANNARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang