33

10.1K 567 11
                                    

"Kalau aku bilang, aku cinta sama kamu, apa kamu percaya?"

Bibir Darren seketika terkatup rapat setelah menyadari ucapannya. Oh shit! Apa yang baru saja ia katakan? Kenapa tiba-tiba ia mengungkapkan perasaannya pada Annara?

Terlalu larut dalam euforia setelah Annara mengatakan tidak ingin dirinya pergi dari hidup gadis itu, membuat Darren tanpa sadar malah mengungkap isi hatinya.

Sempat terdiam sejenak, Annara mencerna apa yang ia dengar dari bibir Darren. Gadis itu melepaskan diri dari pelukan suaminya, kemudian berjalan maju ke arah pembatas rooftop dengan tertawa ringan.

"Haha, bisa aja kamu mas. Lucu loh becandanya, aku jadi ketawa," ucap Annara berusaha menutupi rasa gugup.

Kedua tangan Darren terkepal disisi tubuhnya. Pria itu menatap lamat sang istri dari belakang agak lama. Setelah menghela nafas beberapa kali, Darren mulai berjalan mendekat pada istrinya.

"Apa aku keliatan bercanda, Anna?" Tanya Darren seraya mendekap Annara dari belakang.

Ia dapat merasakan tubuh sang istri menegang sesaat, sebelum kembali rileks. Merasa tak ada penolakan, pelukan Darren semakin mengerat ditambah dengan dagu yang ia tumpukan pada bahu kecil Annara.

Setiap gerakan yang di lakukan Darren, menimbulkan desiran aneh dalam diri Annara. Ia terpaku di tempat, tak mampu untuk sekedar menjauhkan dirinya dari dekap hangat pria yang beberapa bulan terakhir mengisi harinya.

"Mas, please. Aku lagi nggak mau becanda loh ini." Annara berusaha berbicara setenang mungkin di tengah pergerakan bibir Darren yang mengecup ringan ceruk lehernya.

Reaksi Annara yang gugup, membuat Darren tak bisa menahan senyum. Meski sebenarnya ini bukan saat yang tepat untuk menyatakan cinta, tapi apa boleh buat?

Ibarat kata, Darren sudah terlanjur tercebur dan setengah badannya basah. Lalu daripada kembali naik, bukankah lebih baik Darren sekalian berenang?

Pelukan Darren yang semula erat, kini mengendur, membuat Annara merasakan dingin dan hampa. Hingga dalam waktu sekejap, posisi Annara sudah berbalik menghadap Darren.

"Lihat aku, Ann." Darren melingkarkan kedua tangannya di pinggang Annara, dan menarik tubuh gadis itu hingga menempel padanya.

"Aku akui, aku emang tengil. Tapi coba kamu perhatiin, apa sekarang aku keliatan bercanda?" Pertanyaan itu di jawab gelengan polos oleh Annara yang tengah mendongak menatapnya.

Darren terkekeh. "Aku cinta sama kamu, Annara. Sejak dulu, sebelum dan setelah kamu nolak aku. Perasaanku nggak pernah hilang," ungkapnya seraya menundukkan kepala dan menempelkan keningnya pada kening Annara.

"T-tapi kamu bilang-"

"Dendam? Kamu masih nganggep aku mau bales dendam?" Sela Darren cepat. Annara lagi-lagi mengangguk.

Pria itu kembali menegakkan kepalanya, ia mendongak seraya tertawa hingga membuat Annara menatapnya aneh.

"Kamu tuh, hih! Gemes tau nggak, Ann." Darren mengetatkan gigi seolah ingin menggigit Annara.

"Ya kan kamu sendiri yang bikin aku mikir kayak gitu!" Annara sewot.

Darren memijat dahinya sebentar, lalu kembali melingkarkan kedua tangannya di pinggang Annara seperti tadi. Gadis itu sempat berontak, tapi Darren tetap lebih kuat.

"Aku emang mau bales dendam-"

"Tuh kan!!" Teriak Annara memotong ucapan Darren.

Darren mendelik. "Diem dulu! Mau itu bibir aku cium?" Ancamnya.

ANNARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang