Annara menatap hunian megah dua lantai yang ia tinggali selama hampir setengah umurnya. Sudah beberapa bulan ia menikah, dan ini kali pertamanya kembali menginjakkan kaki di sini.
"Jangan tegang gitu, ah. Kayak mau masuk kandang macan aja." Darren berceletuk untuk mencairkan suasana.
Istrinya itu menoleh dan hanya tersenyum tipis, tapi Darren membalasnya dengan cengiran lebar. Tak lupa tangannya merangkul Annara, dan mengajak istrinya itu masuk.
Sampai di ruang makan, keluarga Annara yang semula duduk menunggu mereka kompak berdiri. Naraka dan mama Shinta langsung berjalan mendekat, sedangkan papa Tama tak bergeming.
"Mbak Anna. Jangan cium-cium!!"
Naraka protes saat Annara memeluk dan mencium pipinya. Tak lupa setelah itu ia mengelap pipinya dengan lengan baju.
"Dih! Sok jual mahal!" Ledek Annara.
Naraka cemberut. "Ogah banget di cium cewek, pasti ngecap lipstiknya di pipi! Yang bener gini nih." Tanpa aba-aba, Naraka menciumi seluruh wajah kakaknya gemas, kecuali bibir tentu saja.
Perbuatannya itu tentu membuat Annara memekik. Kedua orang tua mereka yang menyaksikan, diam-diam mengulum senyum. Berbeda dengan suami Annara yang malah kebakaran jenggot.
Apa Naraka peduli? Oh tentu tidak. Pemuda itu malah melirik kakak iparnya dengan pandangan mengejek.
"Ekhm! Anna, salim dulu sama mama papa," sela Darren dengan gerakan cepat menarik bahu Annara.
Keduanya mencium punggung tangan mama Shinta bergantian. Tak lupa, wanita paruh baya itu memeluk mereka bersamaan.
"Kalian udah berapa bulan sih nikah? 3 apa 4 bulan ya? Tapi kalian sama sekali nggak pernah kesini," lirih mama Shinta, menatap putri sulungnya sendu.
Darren meringis. "Aduh maaf ya ma, Darren sibuk kerja terus. Apalagi Darren ngurus perusahaan sendiri 2 bulan terakhir ini, karena ayah lagi di Eropa. Annara sebenarnya bilang pengen kesini beberapa kali, tapi Darren belum bisa nganter. Masa iya Anna kesini sendiri? Nanti mama ngiranya Darren nggak bertanggung jawab," jelasnya panjang lebar.
Mendengar ucapan Darren, Annara yang semula mengedarkan pandangan ke segala arah untuk menghindari tatapan mamanya sontak mengalihkan pandangan pada sang suami.
Saat kedua pasang mata itu bertemu, Darren mengangguk seolah meminta Annara mengiyakan ucapannya.
"Maaf ma," cicit Annara kemudian.
Mama Shinta mengangguk, lalu kembali memeluk Annara dan mengecupi pipi putrinya itu beberapa kali.
Wanita paruh baya itu sungguh lega. Awalnya ia mengira kalau putrinya itu masih marah karena ucapan suaminya saat di rumah sakit, tapi ternyata tidak.
Dalam pelukan mamanya, Annara hanya diam. Ia tak menyangka, Darren mengatakan kebohongan sedemikian rupa untuk menjaga nama baiknya, dan menjaga perasaan orang tuanya.
Padahal selama ini Darren beberapa kali mengajaknya berkunjung, tapi ia selalu menolak dengan alasan belum siap dan alasan lainnya. Darren tak pernah protes ataupun marah, dan hanya memintanya untuk jangan terlalu memikirkan ucapan papanya saat di rumah sakit.
Apa yang dilakukan Darren saat ini, membuat Annara semakin terkesan. Ia seperti menemukan satu lagi kebaikan dalam diri Darren yang berhasil menggetarkan hatinya.
"Anna sama Darren nggak mau nyapa papa juga?"
Suara itu membuat keduanya menoleh. Di sana sosok yang sejak tadi terabaikan, memandang mereka dengan senyum teduh dan mata berkaca-kaca.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANNARA
RomanceSejak mengetahui perselingkuhan yang dilakukan sang ayah di belakang ibunya, Annara tak lagi mempercayai pernikahan. Kekecewaan yang teramat besar membuatnya menganggap bahwa laki-laki dan cinta hanya akan membawanya pada penderitaan. Namun sayang...