Pria tampan yang hari ini memakai setelan hitam dipadukan dengan kemeja navy itu berjalan santai menuju ruangan sang ayah seraya menahan senyum geli. Sesekali ia juga bersiul dan memutar tubuhnya.
Mungkin jika lantai yang sekarang ia pijaki bukan lantai khusus untuk ruangan para petinggi termasuk ayahnya, pasti ia akan mendapat tatapan heran dari para karyawan. Ah, mungkin akan ada yang mempertanyakan kewarasannya juga.
Pokoknya Darren sedang berbunga-bunga karena sekarang sudah tidak ada yang mengganggu kemesraannya dengan Annara.
Naraka sudah kembali ke negeri ginseng, dan Darrial sudah kembali ke Ujung Kulon, -eh ke rumah orang tuanya.
"Senyum terus sampai gigi kering."
Pria itu-- Darrendra Devantara langsung tersadar setelah mendengar sindiran halus dari ayahnya begitu memasuki ruangan. Berdehem sekali, Darren kemudian merapikan dasinya dan mendekat pada sang ayah.
"Ada apa manggil saya, pak? Mau kasih jatah cuti?" Tanya Darren setelah mendudukkan diri di sofa.
Ayah Denny bangkit, membawa beberapa berkas di tangannya dan berpindah dari meja kerja ke sofa.
"Cuti selamanya, mau?" Ayah Denny tertawa melihat raut terkejut dan kesal putranya.
"Istri saya masih butuh makan, pak."
Ayah dua anak itu terkekeh melihat wajah masam si putra sulung. Bersamaan dengan itu, tangannya bergerak menggeser setumpuk berkas yang tadi ia bawa ke depan Darren.
"Wih, apa nih? Ayah udah mau bagi -bagi warisan?" Darren bertanya asal.
Suami Annara itu menatap berkas dan wajah ayahnya bergantian. Lalu tanpa aba-aba ia menggeser duduknya hingga berada tepat di samping ayah Denny.
"Yah! Ayah sehat kan? Ayah nggak kenapa-napa kan?" Darren menempelkan punggung tangannya di kening sang ayah.
Merasa ayahnya tak demam, tangannya berpindah ke pundak dan menggerakkannya beberapa kali hingga membuat ayah Denny memejamkan mata menahan jengkel.
"Jangan ngadi-ngadi kamu bang! Ayah masih mau gendong cucu dulu ya!" Teriak ayah Denny seraya menyentak tangan putranya.
Darren meringis. "Sabar pak, baru juga di bikin. Abang bela-belain lembur tiap malem biar cepet jadi," ungkapnya yang mendapat pelototan dari sang ayah.
Super sekali Darrendra ini. Tidak ada jaim-jaimnya sama orang tua!
Entahlah, mungkin dulu ia dan istri cantiknya itu lupa membaca doa saat akan mencetak keturunan hingga bentukan seperti Darren inilah yang keluar.
"Kebanyakan omong kamu mah. Ayah aja sekali cetak langsung jadi. Ya meskipun jadinya nggak memuaskan sih. Namanya juga hasil percobaan," ujar ayah Denny melirik putranya malas.
"Dih, padahal gue bibit unggul," gumam Darren pelan.
"Dahlah, jangan banyak omong. Cepetan baca, abis itu jangan lupa sungkem sama ayah."
Darrendra memutar matanya malas. Ia memajukan tubuh untuk membuka satu persatu berkas yang ada di meja depannya. Pria itu menautkan alis heran, sesekali melirik ayahnya yang duduk santai dengan menyandarkan punggung di sofa dan menyilangkan kaki.
"Yah, gimana..."
Ayah Denny mengangguk dengan senyum hangat sebelum Darren mampu melanjutkan ucapannya. Sedangkan Darren masih ternganga, ia bahkan belum mengutarakan permintaan tolongnya, tapi sang ayah sudah memberikan apa yang ia mau.
"Ayah tau?" Tanya Darren kemudian.
Lagi-lagi ayah Denny mengangguk. Pria tua itu menutup kembali berkas-berkas yang tadi di buka Darren, dan meletakkannya di sudut meja.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANNARA
RomansaSejak mengetahui perselingkuhan yang dilakukan sang ayah di belakang ibunya, Annara tak lagi mempercayai pernikahan. Kekecewaan yang teramat besar membuatnya menganggap bahwa laki-laki dan cinta hanya akan membawanya pada penderitaan. Namun sayang...