18

11.6K 566 6
                                    

"Baru menikah beberapa hari, dan kamu sudah membuat suamimu sakit seperti ini, Anna?" Pratama Sanjaya menatap putri sulungnya tajam.

"Pa!" Mama Shinta memegang lengan suaminya, berupaya mengingatkan.

Annara tersentak kecil, ia menunduk seraya menggumamkan kata maaf pada papanya. Jika biasanya ia akan berani mendebat papanya, kali ini ia hanya diam setelah mengucap kata maaf. Karena ia mengakui kalau ia memang salah.

Namun tetap saja, ia menahan diri agar tak terbawa emosi. Ia tau kalau papanya itu sebenarnya hanya merasa malu akan perbuatannya, karena sejak dulu seorang Pratama Sanjaya memang selalu menomorsatukan nama baiknya.

Pria tua itu selalu ingin di anggap orang tua yang baik, yang berhasil mendidik anaknya. Pebisnis sukses dan pemimpin keluarga yang harmonis, serta menjadi role model para anak muda. Tak boleh ada sedikitpun cela, bahkan perselingkuhan selama bertahun-tahun pun dia mampu menyembunyikannya dengan apik hingga tak diketahui publik.

Kedua tangan yang berada disisi tubuh Annara mengepal erat. Hingga tak lama kemudian ia merasakan salah satu tangannya di genggam oleh Darren.

Satu tangan Darren yang tak memegang tangan Annara, mengambil dompetnya yang ada di atas nakas.

"Aka, bisa tolong belikan mbak Anna camilan di minimarket depan? Kebetulan stoknya udah abis." Darren menyodorkan dompetnya pada Naraka.

Naraka paham kalau Darren mengusirnya secara halus, dan ia juga sadar kalau ini bukan ranahnya. Dengan cepat ia menerima dompet Darren lalu keluar dari ruang rawat setelah mengusap lengan kakaknya satu kali.

"Jangan menyalahkan Annara, pa. Papa tau hal ini dari ayah kan? Dan saya yakin ayah juga pasti sudah menjelaskan apa yang terjadi sebenarnya tanpa mengatakan kalau Annara yang bersalah." Darren belum melepas genggaman tangannya pada Annara.

Pratama menghela napas. "Papa tau, tapi Annara juga tetap salah. Bagaimanapun, papa yang mendidik Annara selama ini. Jadi kalau Annara salah, papa wajib untuk menegur," balasnya.

Annara masih menunduk, pandangannya tertuju pada tangannya dan tangan Darren yang saling bertaut. Bahkan kini ia merasakan kalau genggaman laki-laki itu semakin erat.

"Saya paham, tapi Annara adalah istri saya. Tugas untuk mendidik dan membimbing dia, sudah menjadi tanggung jawab saya sekarang." Darren menatap papa mertuanya tanpa takut.

"Annara sudah menjalankan perannya sebagai istri dengan baik."

"Walau pernikahan kami terjadi karena perjodohan, yang mana perasaan cinta belum tumbuh satu sama lain. Namun, Annara tak mempermainkan ikatan pernikahan yang sakral, dengan melakukan hal-hal yang buruk atau memalukan," sindir Darren pada papa mertuanya yang kini menegang.

Jangan kira Darren tidak tau kelakuan menjijikkan yang pernah dilakukan papa mertuanya itu. Semenjak ia menduga ada sesuatu yang Annara sembunyikan saat itu, ia menyuruh orang untuk menyelidiki keluarga Annara secara detail, termasuk informasi yang ditutup rapat keluarga itu agar tak terendus publik.

Dan yah, ia sekarang mengetahui dibalik keluarga Sanjaya yang terkenal harmonis di kalangan pebisnis dan publik, kenyataannya tak lebih dari sebuah keluarga yang sudah nyaris pecah namun di paksa untuk bertahan.

Dan itu semua hanya karena ulah satu orang. Pratama Sanjaya, si kepala keluarga.

Sementara ini, Darren akan diam dan berpura-pura tak tau apa-apa di depan kedua mertuanya dan Annara, tapi jika suatu saat Pratama Sanjaya itu kembali berulah dan membuat Annara kembali terluka, maka ia sendiri yang akan bertindak.

"Darren, Anna, maafin papa ya. Mungkin tadi papa terlalu khawatir. Kita pamit pulang dulu ya nak? Aka biar di sini nemenin kalian daripada di rumah nggak ada kegiatan." Mama Shinta berusaha mencegah agar perdebatan tak semakin panjang.

ANNARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang