29

11.1K 561 14
                                    

"Permisi, paket!"

Ketukan pintu di sertai teriakan itu membuat Annara yang tengah memeriksa laporan keuangan restorannya terkekeh geli. Tanpa berpikir dua kali, ia sudah tau siapa pemilik suara itu.

"Maaf mas, saya nggak mesen paket," ucap Annara setelah membuka pintu.

Pria itu-- yang tak lain adalah Darren, memasang wajah memelas.

"Yah, masa nggak mesen sih mbak? Saya udah bawain jauh-jauh loh," gerutunya.

Annara bersidekap dada, "Coba mana, saya mau lihat paketnya." Ia celingukan melihat kanan kiri.

Ekspresi Darren berubah cerah, ia memasukkan kedua tangannya di saku celana seolah mencari sesuatu. Tak lama setelahnya, kedua tangan itu kembali ia keluarkan.

"Ini dia paketnya. Mas Darren yang paling ganteng se Indonesia raya merdeka."

Darren berucap dengan semangat seraya meletakkan kedua telapak tangannya di dagu ala ala girl group. Tak lupa, ia juga memasang ekspresi yang di buat semenggemaskan mungkin.

Tingkah absurd laki-laki itu tentu saja membuat Annara tergelak. Namun gadis itu memekik saat Darren tiba-tiba melompat masuk dan menutup pintu dengan keras.

"Mas! Kaget tau nggak!" Annara mencubit pinggang Darren gemas.

Suaminya itu mengaduh, lalu memeluknya dari samping dan menyembunyikan wajah di ceruk lehernya.

"Maaf Ann, malu aku. Tadi diliatin karyawan kamu," cicit Darren.

Annara hanya menggelengkan kepala, lalu berjalan dengan tertatih karena Darren yang masih nemplok di badannya.

"Halah, kamu mah selalu gitu. Apa-apa malunya belakangan," kekeh Annara.

Keduanya kini sudah duduk di sofa. Annara menyerongkan badannya, menatap Darren yang tengah melipat lengan kemeja sampai siku.

"Ngomong-ngomong, kamu jam segini kok udah kesini mas? Biasanya juga cuma di depan." Annara bertanya setelah melihat jam yang melingkar di tangannya.

Seharusnya jam kerja Darren masih dua jam lagi, dan 30 menit kemudian biasanya Darren baru sampai di sini.

Semenjak ia kembali mengurus restoran, Darren memang setiap hari mengantar dan menjemputnya di halaman depan. Sebenarnya Annara merasa tidak enak dan kasihan, karena jam bangun tidur Darren jadi lebih pagi dari sebelumnya agar tidak telat sampai di kantor setelah mengantarnya.

Apalagi arah kantor dan restoran berbeda, sehingga Darren harus menempuh jarak yang lebih jauh saat mengantar dan menjemputnya.

Annara juga udah pernah berniat mengambil mobil pribadinya di rumah agar bisa kemana-mana sendiri tanpa merepotkan Darren, apalagi di kediaman mereka hanya ada satu mobil. Namun suaminya itu tak memperbolehkan.

Pria itu malah mengatakan kalau dia sedang menabung untuk membelikan Annara mobil yang lebih bagus, tapi uang yang terkumpul masih sedikit.

Sebenarnya Annara tak meminta, dan ia juga setengah tidak percaya kalau Darren harus menabung dulu hanya untuk membeli sebuah mobil. Namun jika di pikir lagi, itu mungkin saja. Karena yang ia tau, saat ini Darren tengah mempersiapkan perusahaan baru atas namanya sendiri, yang tentunya itu membutuhkan modal besar.

"Capek aku, Ann. Tadi udah bilang ayah juga, lagian nggak ada kerjaan penting," jawab Darren santai.

Matanya berbinar saat melihat dua box martabak di meja. Tanpa membuang waktu, ia segera membuka salah satu box itu, mengambil satu potong martabak dan langsung melahapnya.

ANNARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang