Entah karena kelelahan atau memang kebonya kebangetan, nyatanya Darrendra dapat tidur di sofa sempit itu hingga pagi. Meski ia bangun lebih awal dan dalam keadaan badan yang pegal-pegal.
"Aish, my body is pegel-pegel." Darren mendudukkan dirinya, mengangkat kedua tangan tinggi-tinggi untuk meregangkan otot.
Pandangannya turun saat merasakan sesuatu melorot dari bahunya. Alisnya berkerut bersamaan dengan tangannya memegang selimut yang kini teronggok di pahanya.
"Perasaan semalem gue nggak pake selimut?" Darren menoleh ke arah bantal sofa di belakangnya. "Itu bantal juga nggak gue pake."
Seingatnya semalam ia hanya rebahan untuk menenangkan pikiran tanpa berniat tidur di ruangan kerjanya, tapi saat bangun kenapa terkesan ia memang niat tidur di sini?
Sambil berpikir, tangan Darren aktif menggaruk perutnya yang sudah mulai kembali memiliki 8 kotak, hingga pandangannya tertuju pada sebuah benda yang berada di meja depan sofa.
Tanpa sadar, tangan Darren tergerak mengambil benda itu bersamaan dengan pintu ruang kerjanya yang dibuka dari luar.
"Udah bangun ternyata. Baru mau aku bangunin."
Darren terdiam, melihat Annara yang berjalan mendekat padanya sebentar kemudian menatap benda yang ia genggam.
"Ann, ini..." Darren mengangkat benda itu dengan kedua tangannya.
Annara mengulum senyum, ia duduk di samping Darren. Tangannya mengambil selimut lalu melipatnya dengan rapi.
Setelah selesai, Annara mengambil benda yang masih di pegang Darren. Tawa ringannya keluar begitu saja saat melihat ekspresi kebingungan Darren yang masih betah melihat benda itu.
"Ini kolornya Rial yang dia cari waktu itu mas," jelas Annara.
"H-hah?"
Annara terkekeh, meletakkan kolor bergambar upil ipil yang pernah menjadi pemicu keributan antara Darren dan Darrial di meja.
"Iya. Pas aku packing baju-baju kamu buat di bawa kesini, aku nemu itu kejepit di pojok lemari tempat celana rumahan kamu." Annara menjelaskan seraya tangannya bergerak merapikan rambut ala sarang burung Darren.
"Terus aku balikin ke Rial, eh dianya nggak mau. Katanya 'itu buat abang aja kak, Rial udah beli lagi yang ada tok Dalangnya' gitu. Aku mau bilang ke kamu lupa terus, baru inget kemarin," pungkasnya.
Mulut Darren menganga lebar. Otak pintarnya mencerna kata demi kata yang di jelaskan Annara hingga ia menarik kesimpulan bahwa tingkah priknya dengan Darrial pagi itu ternyata di saksikan Annara.
Jika Annara mendengar keributan mereka mengenai kolor upil ipil, apa istrinya itu juga melihat adegan saat Darrial memelorotkan celananya hingga kolor spongeboobnya kelihatan?
Oh tidak! Rasanya harga diri Darren semakin terjun bebas di mata Annara.
"Ann, jangan bilang-" Darren mendesah lesu saat Annara mengangguk sambil tertawa.
Rasanya Darren sangat malu hingga tak mau menunjukkan wajahnya pada Annara. Pria itu merebahkan dirinya dengan paha Annara sebagai bantal. Wajahnya ia sembunyikan di perut gadis itu. Jangan lupakan kaki panjangnya yang ia tekuk dengan tak nyaman.
"Kenapa-"
"Sst, diem dulu Ann. Aku malu," sela Darren cepat.
Meski jantungnya lagi-lagi berdegup kencang karena ulah Darren, Annara tak mampu menahan lagi tawa renyahnya untuk tidak meledak.
Lucu sekali suaminya ini. -eh.
"Nggak papa kali mas cowok pake gituan. Aku juga udah tau dari lama kok," ucap Annara santai.
![](https://img.wattpad.com/cover/316938383-288-k563931.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ANNARA
RomanceSejak mengetahui perselingkuhan yang dilakukan sang ayah di belakang ibunya, Annara tak lagi mempercayai pernikahan. Kekecewaan yang teramat besar membuatnya menganggap bahwa laki-laki dan cinta hanya akan membawanya pada penderitaan. Namun sayang...