Dalam gelungan selimut, sepasang anak Adam yang belum genap setahun usia pernikahan itu masih betah memejamkan mata dan berbagi kehangatan melalui pelukan tanpa sehelaipun kain yang menjadi penghalang.
Hingga beberapa saat kemudian, ketukan pintu yang beberapa kali terdengar membuat salah satunya mulai terusik.
"Shi- hoamm!!"
Setelah gagal mengumpat karena menguap, Darren mengusak kepala dengan kedua tangannya kesal. Jika tidak ingat Annara tengah tidur di bawah ketiaknya, mungkin pria itu sekarang sudah melempar guling dan selimut untuk menyalurkan emosi.
Rasanya seperti de javu!
Dulu saat baru anuan yang pertama di kantor, ayah dan om Ezra yang mengetuk pintu. Lalu sekarang siapa lagi?
Apa orang-orang itu tidak mau memberi nya waktu lebih lama untuk tidur tenang dengan Annara? Ia bahkan baru tertidur dua jam setelah semalaman bekerja lembur untuk mencetak generasi penerus bangsa.
Ah, jika mengingat semalam, pipi Darren semakin memanas. Untuk pertama kalinya, Darren melihat sisi liar yang tak pernah Annara tunjukkan sebelumnya.
Dan Darren, cukup menyukainya.
Sepertinya kali ini ia harus berterima kasih pada Barakuda. Karena berkat makhluk itu, semalam ia dan Annara merasakan pengalaman baru yang tak terlupakan. Yah, meskipun dalam waktu bersamaan ia harus menekan rasa malu karena sudah bersikap kekanakan bahkan menangis di depan Annara.
Darren menggeleng kuat, mencoba membatasi pikirannya agar tak melayang terlalu jauh membayangkan adegan romantisnya bersama Annara. Bisa-bisa ia malah lepas kendali dan mengganggu sang istri yang tengah beristirahat.
"Eh, kok bangun sayang?" Tanya Darren begitu menundukkan kepala dan menemukan istrinya tengah mendongak dengan mata sayu.
Pria itu tersenyum manis, lalu mengecup kepala dan kening sang istri. Jari kelingkingnya terulur untuk membuang kotoran yang ada di sudut mata Annara tanpa jijik.
Annara yang diperlakukan seperti itupun tersipu dan semakin mengeratkan pelukannya. Hingga suara ketukan yang kembali terdengar membuatnya tersadar.
"Bentar mas aku buka pintu dulu," ucap Annara seraya melirik ke arah pintu.
Dugaan Darren ternyata benar. Annara terbangun karena terganggu dengan suara ketukan pintu. Siapapun pelakunya, Darren doakan semoga orang itu mendapat rejeki nomplok.
"Kamu lanjut tidur aja, sayang. Biar mas yang bukain," titah Darren sembari memainkan rambut Annara.
Sebelum bangkit, Darren masih sempat mencuri kecupan di bibir Annara hingga membuat istrinya itu memekik. Annara memang selalu protes kalau dicium saat bangun tidur. Katanya malu karena pasti bau jigong.
"Bibir kamu tuh selalu candu sayang. Mau bangun tidur, abis makan, atau pas olahraga malam sama aja," ungkap Darren di sela pergerakan cepatnya memakai baju yang sebelumnya berserakan di lantai.
Saat mencapai pintu, Darren menoleh pada Annara yang menutup wajahnya dengan selimut karena malu.
"Sayang, kayaknya lipbalm rasa duren enak deh. Nanti kita beli ya? Mas pengen nyoba," tambahnya sambil menjilat bibir.
"Mana ada lipbalm rasa duren!!"
***
Darren membuka pintu lalu menyembulkan kepala untuk melihat siapa orang yang berani mengusik tidurnya.
"Ada apa mang Danu, bi Rida?" Tanya Darren yang membuat dua orang di depannya saling senggol.
Mang Danu memilin baju canggung. "Anu, mas Darren. Sepertinya ada yang maling tanaman," adunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANNARA
Lãng mạnSejak mengetahui perselingkuhan yang dilakukan sang ayah di belakang ibunya, Annara tak lagi mempercayai pernikahan. Kekecewaan yang teramat besar membuatnya menganggap bahwa laki-laki dan cinta hanya akan membawanya pada penderitaan. Namun sayang...