"Shh." Annara meringis dalam tidurnya kala merasakan perih di kakinya.
Gadis itu membuka mata, lalu terpekik saat ia melirik ke bawah. Di sana ada Darren yang sedang mengangkat kakinya di pangkuan pria itu, sambil mengoleskan sesuatu.
"Maaf, terlalu kenceng ya? Kamu jadi kebangun." Darren menatap Annara tidak enak.
Dengan susah payah, Annara mengangkat tubuhnya dengan bertumpu pada siku. Ia berusaha menarik kakinya, namun Darren menahannya.
"K-kamu ngapain sih?"
"Sebentar, masih belum selesai. Kenapa nggak bilang?" tanya Darren.
Ah, Annara mengerti sekarang. Darren sedang mengobati kakinya yang lecet karena terlalu lama memakai heels.
Tapi bagaimana pria itu bisa tau? Ia saja sampai tidak merasa sakit karena sudah terlalu lelah.
"Nggak papa Dar-"
"Mas, Anna." Potong Darren cepat.
"Nggak papa, cuma lecet. Nggak biasa pakai heels terlalu lama, jadi ya gitu."
Helaan nafas berat terdengar dari Darren. Ia merasa bersalah karena tidak peka dengan keadaan Annara. Pasti gadis itu tadi menahan sakit dan kelelahan karena tamu undangan yang begitu banyak, dan mereka harus membalas jabat tangan para tamu itu satu persatu.
"Ngomong-ngomong kamu belum tidur? Terus kok bisa tau kakiku lecet, aku aja lupa," tanya Annara setelah Darren kembali meletakkan kakinya yang sudah di obati.
Darren gelagapan, "Kebangun. Tadi kamu kayak ngerintih gitu,mungkin karena lecetnya ke gesek sama kasur."
Setelah mengatakannya, Darren kembali berbaring di tempatnya lalu memejamkan mata.
Ck, untung saja bakat ngelesnya dapat di andalkan. Mana mungkin ia jujur pada Annara kalau ia tak bisa tidur karena terlalu senang bisa menjadi suami Annara dan tidur disamping gadis itu. Tapi untuk rintihan Annara itu ia tak bohong.
Tadi saat ia berbaring dalam posisi miring, dan menatap Annara yang tidur menghadapnya. Tiba-tiba saja gadis itu merintih saat mengubah posisi menjadi terlentang sambil mengangkat kakinya sedikit. Darren yang bingung langsung duduk untuk melihat apa ada bagian tubuh Annara yang terluka, bahkan ia harus menahan diri agar tak kelepasan saat membuka selimut dan melihat kaki mulus Annara karena celana tidurnya yang tersingkap.
Dan setelah melihat lecet di kaki Annara, dengan cepat ia menghubungi pihak hotel untuk memberikannya salep. Kemudian, Darren mengangkat kaki Annara dengan pelan, ia taruh di atas pahanya lalu mengobati dengan sepelan mungkin agar tak mengganggu tidur gadis itu. Namun ternyata gadis itu malah terbangun, mungkin memang rasanya terlalu perih saat ia obati.
"Lain kali, kalau sakit bilang Anna," ucap Darren dengan mata terpejam, tak lama kemudian ia tertidur.
"Kenapa lo sebaik ini Darren? Apa ini bagian dari rencana balas dendam lo?" batin Annara menatap wajah tampan Darren dengan sendu.
***
"Kyaa!! Neon micheosseo!!"
"Neon pabbo ya!"
"Omo omo!"
Teriakan membahana Darrial itu yang pertama kali menyambut kedatangan Darren dan Annara di kediaman Devantara. Anak itu sedang berkacak pinggang menatap sebal pada Naraka, yang entah mengapa ada di sana juga.
"Bisa diem nggak lo!!" Bentak Naraka frustasi.
Darrial cengengesan, "Ehe, gue kan mempraktekkan ajaran lo. Gimana? Udah kayak oppa oppa korea belum gue," ujarnya menarik turunkan alis.
"Kayak oppa oppa nggak, kayak orang gila iya!!"

KAMU SEDANG MEMBACA
ANNARA
RomanceSejak mengetahui perselingkuhan yang dilakukan sang ayah di belakang ibunya, Annara tak lagi mempercayai pernikahan. Kekecewaan yang teramat besar membuatnya menganggap bahwa laki-laki dan cinta hanya akan membawanya pada penderitaan. Namun sayang...