Lirikan tajam di berikan Annara pada laki-laki yang saat ini tengah duduk di sampingnya. Sedangkan yang di tatap setajam silet itu tak menggubris, dan hanya fokus mengemudi.
"Ngapain sih lo pagi-pagi ke rumah gue?" tanya Annara geram.
Tadi saat ia memasuki ruang makan, ia dikejutkan dengan kehadiran tuan muda Darrendra Devantara yang sudah duduk manis di kursi yang biasa ia tempati. Orang tuanya mengatakan bahwa Darren sengaja mampir untuk mengajaknya berangkat kerja bersama.
Dan ya, disinilah Annara sekarang. Berada dalam satu mobil dengan Darren yang sejak tadi hanya diam tanpa mengajaknya bicara. Apa Annara tidak terlihat di mata laki-laki itu? Aish, menyebalkan!
"Disuruh ayah." Darren menjawab datar.
Tak ada lagi sahutan dari Annara. Gadis itu lebih memilih menatap samping kaca mobil, melihat gedung-gedung pencakar langit serta kendaraan yang berlalu lalang. Ia rasa itu lebih baik daripada melihat wajah sok cool Darren yang menyebalkan.
Sesampainya di restoran, Annara segera membuka pintu mobil dan keluar begitu saja tanpa mengatakan terima kasih. Ia berjalan santai memasuki restoran, hingga ia menyadari jika ada seseorang yang mengekor di belakangnya.
Annara membalikkan badan, lalu terkejut saat melihat Darren berdiri dengan tenang di depannya. Dengan deheman kikuk, Annara mencoba menutupi keterkejutannya dan menatap Darren sambil menyilangkan tangan di depan dada.
"Kenapa masih di sini?" Annara mengangkat alisnya.
Darren menatap Annara datar. "Nanti ada meeting di sini satu jam lagi." Setelah mengatakan itu Darren berjalan melewati Anna dan memasuki restoran itu dengan santai.
"Lo bohong ya?" Tuding Annara berjalan cepat mengikuti Darren. Gadis itu tak sadar bahwa mereka menjadi tontonan para karyawan restoran yang sedang persiapan buka.
Langkah Darren terhenti, membuat Annara ikut menghentikan langkah.
"Ruangan?" Kata Darren.
"Hah?"
"Ck, ruangan lo dimana?"
Annarara menatap Darren sejenak, jarinya spontan menunjuk ke arah kanan di mana ruang kerjanya berada. Darren mengangguk, lalu berjalan menuju ruangan itu dengan santai meninggalkan si pemilik yang masih loading.
Ceklek
"Lah, anjir. Dia masuk ruangan gue?!" Pekik Annara setelah mendengar pintu ruangannya terbuka. Dengan kesal ia berlari menyusul laki-laki menyebalkan bermarga Devantara itu.
"Lo ngapain disini hah?" Omel Annara pada Darren yang duduk nyaman di sofa.
"Gue.Ada.Meeting," jawab Darren dengan penekanan. Laki-laki itu membuka tas kerjanya, mengeluarkan tab untuk mempelajari materi untuk meeting nanti tanpa mempedulikan keberadaan si pemilik ruangan.
"Alah bohong!"
"Reservasi atas nama Ali Hermawan."
"Hah?!"
Darren berdecak, "Nama klien gue," katanya tanpa melihat Annara.
Gadis itu ikut berdecak, tapi langsung mengecek reservasi atas nama pria yang disebutkan Darren tadi. Dan ternyata benar, pria itu tak berbohong.
"Kan masih satu jam lagi, ngapain disini dari sekarang? Ngapain juga di ruangan gue? Dasar aneh." Annara menggerutu pelan tanpa menyadari Darren dapat mendengar gerutuannya.
Dalam diamnya menatap tab, nyatanya Darren mendengar gerutuan Annara. Jujur saja, sejak tadi ia berusaha menahan tawa melihat tingkah gadis itu yang menggemaskan di matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANNARA
RomanceSejak mengetahui perselingkuhan yang dilakukan sang ayah di belakang ibunya, Annara tak lagi mempercayai pernikahan. Kekecewaan yang teramat besar membuatnya menganggap bahwa laki-laki dan cinta hanya akan membawanya pada penderitaan. Namun sayang...