45

8.4K 423 10
                                    

Darrendra Devantara..

Nama yang dulu di agung-agungkan oleh hampir seluruh kaum hawa di sekolah, tetapi malah terdengar menyebalkan di telinga Annara.

Namun siapa yang menyangka, takdir begitu hebat menjalankan perannya hingga membuat nama itu menjadi begitu istimewa bagi seorang Annara di masa sekarang.

Sejatinya, Darrendra hanya laki-laki biasa. Dia tampan, tetapi masih banyak yang jauh lebih tampan darinya. Dia hebat, tapi tentu saja di atasnya masih banyak yang jauh lebih hebat.

Namun, pria yang seperti Darrendra, hanya ada satu di dunia.

Disaat Annara putus asa dan nyaris membuat keputusan untuk tidak menikah seumur hidupnya, pria itu datang dan dalam waktu singkat mengikatnya dalam janji suci pernikahan.

Meski skeptis di awal, tetapi seiring berjalannya kehidupan rumah tangga mereka yang tak selalu mulus, Annara justru merasa semakin yakin untuk terus bertahan di sisi laki-laki itu.

Dibalik sifat jahil dan absurdnya yang bisa menghidupkan suasana, dalam situasi sulit Darren selalu bisa mengambil keputusan bijak tanpa mengedepankan ego. Dan Annara, sangat mengagumi itu.

Seperti malam ini, Darren kembali membuat keputusan bijak, meski harus berakhir dengan mood yang memburuk hingga Annara harus ekstra sabar dalam menghadapi tingkahnya yang mirip seperti anak kecil tengah merajuk.

"Apa kita bilang jujur aja ke papa mama, mas? Daripada kamu uring-uringan terus seperti ini." Annara memberi penawaran setelah cukup lama diam.

Darren yang tiduran dengan kepala di paha dan wajah menghadap di perutnya seketika mendongak dan menggeleng tegas.

Tangan laki-laki itu memegang tangan Annara yang tengah mengusap pipinya dengan lembut lalu memaksakan senyum.

"Nggak usah, Ann. Mas nggak papa kok, masih ada lain waktu," tolak Darren berusaha menyembunyikan kekecewaannya.

"Kamu nggak harus selalu mementingkan orang lain, mas. Kamu juga punya kepentingan sendiri."

Darren mencium tangan sang istri sebelum kembali menyembunyikan wajah lesunya di perut rata Annara.

"Mereka bukan orang lain, Anna. Mereka orang tua mas juga," ucap Darren yang masih terdengar jelas meski teredam di perut Annara.

"Mas nggak papa beneran, cuma agak kesel aja," tambahnya jujur.

Jika sudah begini, Annara tidak bisa berbuat apa-apa. Sebagai seorang istri, ia hanya bisa mendukung apapun keputusan yang di buat suaminya, selama itu bukan sesuatu yang buruk.

Hanya saja, ia harus sabar menghadapi rengekan dan tingkah manja sang suami yang suasana hatinya sedang tidak baik.

"Aku bangga sama kamu, mas." Annara berucap lirih seraya mengecup kening sang suami yang sudah tertidur.

***

Flashback on

Usai perdebatan lucu mengenai mobil untuk Annara yang membuat Darren kesal, dua keluarga itu kini berpindah tempat ke ruang tamu agar maid bisa segera membereskan meja makan dan kembali ke paviliun.

"Jadi-/Darr-"

Papa Tama dan Darren saling berpandangan. Keduanya tersenyum canggung karena menjadi pusat perhatian setelah berbicara secara bersamaan.

"Papa duluan aja." Darren mempersilahkan mertuanya berbicara lebih dulu.

"Begini, papa sama mama berencana berangkat ke Korea buat jenguk Naraka besok," ucap papa Tama menatap anak dan menantunya bergantian.

ANNARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang