25

10.8K 564 8
                                    

Darren meraba sisi kiri ranjang seraya membuka matanya perlahan. Ia mendudukkan diri, mengedarkan pandangannya pada penjuru kamar untuk mencari keberadaan sang istri.

Melihat pintu walk in closet terbuka, Darren segera berdiri dan melangkahkan kakinya kesana, karena ia yakin Annara tengah membereskan barang yang akan mereka bawa.

"Kenapa tadi nggak bangunin aku, Ann? Maaf nggak bantuin, tadi aku ketiduran." Darren menjulurkan tangan, membantu Annara yang tengah kesusahan mengambil tas selempangnya di rak atas.

Annara menoleh sambil mendongak, hingga Darren yang berdiri tepat di belakangnya kini menundukkan kepala.

Sejenak Annara terdiam, meresapi degupan jantungnya yang lagi-lagi memompa cepat karena posisi mereka yang terlalu dekat.

Muka bantal, rambut berantakan, serta aroma parfum bercampur keringat yang menguar dari badan Darren yang masih terbalut kemeja kerja entah mengapa malah membuat pria itu terlihat seksi di mata Annara.

"Kenapa Ann? Aku ada iler ya?"

Darren menyerahkan tas yang baru ia ambilkan dengan tangan kanan, sedangkan tangan kirinya meraba area sekitar bibir dan pipi.

Ditatap se intens itu oleh Annara saat ia baru saja bangun tidur membuatnya overthinking. Bisa turun aura ketampanannya kalau sampai Annara melihat bekas iler di wajahnya.

Ya walaupun seingatnya ia tak pernah ngiler, tapi bisa saja kan tiba tiba ia ileran? Lagipula Darrendra juga hanya manusia biasa.

Ditanya Darren seperti itu, membuat Annara seketika tersadar. Ia segera menerima tasnya, kemudian menggeleng.

"Nggak kok. Aku kaget aja tiba-tiba kamu muncul." Annara membalikkan badan, lalu menyisir rambut depan Darren yang berantakan dengan tangan kanannya.

"Lagian kamu kan nggak pernah ngiler, mas. Kalo ngorok, kadang kadang," lanjutnya.

Darren mendesah lega. "Iya sih. Awalnya aku nggak sadar juga, Ann. Tapi bunda sering bilang gitu dari dulu, katanya aku kalo kecapekan suka ngorok. Maaf ya kalo kamu sering keganggu," ucapnya kikuk.

Annara tersenyum, kemudian berjalan ke arah koper yang berisi barang yang akan ia bawa ke rumah baru.

"Nggak papa kali mas. Wajar kok," jawab Annara seraya meletakkan tasnya di meja samping koper.

"Tapi kan kamu kalo tidur tenang banget Ann. Nggak ngorok, nggak ngiler," mana tetep cantik, lanjut Darren dalam hati.

"Aku udah pilih beberapa yang kayaknya kamu butuhin. Coba cek sini, kalo ada yang kurang nanti aku ambilin." Annara menunjuk koper milik Darren yang sudah ia isi.

Bukannya mendekat, Darren malah berjalan keluar. "Udah itu aja, Ann. Aku percayain sama kamu." Sampai di pintu Darren berbalik sambil nyengir.

"Mas Darren ganteng mau mandi dulu, biar tambah ganteng. Tolong siapin baju ganti ya? Tapi dalemannya jangan, biar aku ambil sendiri," Pintanya dengan nada manja.

Annara terkekeh, lalu mengacungkan jempol.

Tak berselang lama, Darren kembali masuk, membuat Annara yang tengah mengambil baju ganti menatap suaminya itu heran.

"Ini nggak kamu bawa, Ann? Tadi masih di meja, takutnya kamu lupa," ucap Darren yang mendekat dengan membawa kotak kado pemberian Bara di tangannya.

Annara menggeleng. "Kayaknya nggak usah aja, kamu bete gitu," godanya.

"Apaan, nggak kok." Darren mengelak.

"Tapi kalau nggak kamu bawa, atau kamu buang aku malah seneng," gumamnya lirih, tanpa menyadari kalau Annara masih bisa mendengar suaranya.

ANNARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang