"Bukan mas, Anna. Tapi kamu."
Meski samar lantaran suara Darren yang kian melirih, tetapi Annara masih dapat mendengar dengan jelas kata per kata yang keluar dari bibir suaminya.
Ia yang semula marah dan kecewa atas respon Darren mengenai kehamilannya, kini sedikit kebingungan.
"Mas apa-"
"Bang Ken. Yah, bang Ken."
Annara tak meneruskan ucapannya, dan semakin tak mengerti dengan tingkah Darren yang seperti tengah mencari sesuatu. Pria itu meraba celana bahan yang membalut kaki jenjangnya sebelum beranjak dari ranjang dan mengambil sesuatu dari balik jas yang semula ia lempar begitu saja di sofa.
Dengan ponsel yang kini menempel di telinga, Darren bergerak gelisah seraya mengacak rambutnya yang sudah berantakan. Sedangkan Annara segera turun dari ranjang dan berjalan mendekati sang suami.
"Halo Nu."
Mendengar sapaan itu, Annara langsung bisa menebak jika orang yang dihubungi suaminya adalah Janu. Ia kembali mengurungkan niat untuk bertanya apa maksud ucapan Darren tadi. Dengan tubuhnya yang masih lemas, Annara berdiri tepat di belakang Darren dengan satu tangan berpegangan pada tembok.
"Tadi gue coba hubungin Bang Ken tapi nggak bisa. Apa lo lagi sama dia sekarang?"
Annara dibuat semakin kebingungan. Setahunya, bang Ken adalah kakak Janu yang berprofesi sebagai dokter. Untuk apa Darren mencari pria itu? Bahkan seingatnya, mereka tidak begitu dekat.
Sementara itu, mendengar jawaban Janu yang mengatakan kemungkinan Keanu masih tidur karena baru pulang dinas dini hari tadi, membuat Darren kian gelisah. Ia tidak sadar, jika segala pergerakan dan ucapannya di dengar oleh sang istri yang masih setia berdiri di belakangnya.
"Lo kenapa sih, Ren? Perkara vasektomi lagi?" Janu mulai mengomel, yang tentu saja hanya bisa di dengar oleh Darren.
Meski berdiri tak jauh di belakang, Annara tidak bisa mendengar dengan jelas suara dari seberang.
"Gue sama bang Ken kan udah bilang, Ren. Lo pikir-pikir dulu, bicarain baik-baik sama bini-"
"Nggak ada yang perlu di bicarain, Nu," potong Darren cepat.
"Anna hamil, dan gue mau minta tolong abang lo buat cariin Rumah Sakit yang bisa gugurin kandungan dengan aman dan legal."
Deg
Bak tersambar petir, kalimat yang keluar dari bibir Darren itu membuat Annara tercengang. Rasa lemas di tubuhnya seolah tak berarti, hingga dengan pergerakan cepat dan emosi yang kian meluap, Annara menyentak tangan sang suami hingga ponsel yang semula menempel di telinga Darren terlempar begitu saja.
"Apa-apaan kamu mas! Kamu gila, hah?" Annara menatap nyalang wajah laki-laki yang hampir setahun ini menemani hidupnya.
Tak cukup dengan kekecewaan setelah mendapati ketidaksenangan Darren atas kehamilannya, kini ia merasa hancur lebur begitu mendengar niat laki-laki itu menggugurkan calon anak mereka sendiri.
"Kamu ini kenapa, mas? Kenapa kamu kayak gini, huh? Kenapa?" Annara berteriak histeris dengan kepalan tangan yang memukul-mukul dada sang suami.
Sementara itu, Darren yang juga sempat terkejut dengan apa yang baru saja di lakukan Annara, menatap kosong pada ponselnya yang masih tersambung dengan Janu kini teronggok di lantai.
Teriakan dan pukulan tangan sang istri di dadanya tak membuat tubuh Darren bergeser sedikitpun. Hingga sesaat kemudian pria itu mendongak, berupaya menahan laju air mata yang kian berlomba.

KAMU SEDANG MEMBACA
ANNARA
Roman d'amourSejak mengetahui perselingkuhan yang dilakukan sang ayah di belakang ibunya, Annara tak lagi mempercayai pernikahan. Kekecewaan yang teramat besar membuatnya menganggap bahwa laki-laki dan cinta hanya akan membawanya pada penderitaan. Namun sayang...