20

13.4K 577 7
                                    

Beberapa hari bermanja dan berleha-leha di rumah bersama istrinya, membuat Darren sangat malas untuk kembali bekerja.

Dengan langkah gontai dan mata yang dipaksakan terbuka, pria itu memasuki kamar mandi.

Aish, dingin sekali rasanya harus mandi sepagi ini setelah beberapa hari terbiasa mandi siang, bahkan kadang Darren hanya mandi sekali dalam sehari, itupun saat sore.

"Coba aja ayah nggak ngancem gue dicoret dari ahli waris, pasti sekarang gue masih manja manjaan sama Anna," monolognya sebal dengan tangan yang lincah bergerak menyabuni badannya.

Pandangan laki-laki itu turun, menatap perutnya beberapa saat, kemudian menghela nafas.

Perutnya yang semula memiliki delapan kotak, kini sudah tak terlihat lagi. Bahkan yang muncul sekarang adalah perut yang mulai membuncit, walau belum besar sih.

Bagaimana tidak buncit kalau semenjak menikah ia sudah tidak pernah berolahraga. Apalagi jatah cuti nikah yang seharusnya seminggu, jadi dua minggu karena ia sakit.

Saat dirumah ia hanya makan tidur makan tidur sambil merengek dan mencari perhatian agar di manja Annara. Ditambah lagi bundanya yang setiap hari mengajak Annara memasak camilan ini itu, yang pada akhirnya Darren yang memakannya paling banyak.

"Harus nge gym lagi nih gue. Masa hot husband kayak gue punya belly, kan nggak lucu." Darren mengelus elus perutnya yang mulai menonjol.

"Mas! Kamu ketiduran ya di dalem? Kok lama banget. Udah hampir telat loh, di tungguin ayah di bawah buat sarapan."

Bukannya cepat menjawab, Darren malah senyum-senyum sendiri saat mendengar suara Annara.

Rasanya di perhatiin istri tuh emang anjim banget.

"Iya bentar, masih pakai handuk." Jawab seorang pria bernama Darrendra yang belum selesai menyabuni seluruh badannya.

Di luar kamar mandi Annara berdecak, lalu melangkahkan kaki ke walk in closet untuk menyiapkan pakaian Darren agar pria itu tak terlalu lama. Mengingat ayah dan Darrial sudah siap di meja makan.

Tak hanya pakaian, Annara juga memilihkan jam tangan, dasi, kaos kaki, serta sepatu seraya bersenandung.

Baginya ini cukup menyenangkan, karena sejak dulu ia suka sekali mendandani orang lain. Kemampuannya untuk mix and match pakaian pun tak perlu di ragukan lagi.

Setelah selesai, ia hendak keluar dan turun untuk membantu bunda lagi. Tapi baru saja membalikkan badan, matanya membulat saat Darren muncul tiba-tiba.

Tak hanya Annara, Darren sendiripun sama terkejut karena ia mengira kalau Annara sudah kembali ke meja makan.

"Kirain kamu udah turun Ann," kata Darren basa basi.

Dalam hati ia bersyukur karena tadi ia memutuskan untuk memakai bathrobe, daripada handuk. Kalau saja saat ini ia memakai handuk, maka ia akan sangat malu karena Annara akan melihat perutnya yang membuncit. Oh no! Baru membayangkan saja, Darren sudah bergidik.

"O-oh iya. Aku siapin baju sama keperluan kamu, biar cepet. Ayah sama Rial udah di meja makan soalnya." Annara sedikit gugup, melangkahkan kakinya keluar dengan cepat.

"Kalau nggak suka, jangan di pake. Kamu bisa pilih sendiri sesuai keinginan kamu," tambahnya saat mencapai pintu.

Setelah memastikan Annara keluar, Darren membuka tali bathrobe, tangannya menepuk perut beberapa kali.

"Huh untung lo nggak diliat Anna. Pokoknya habis ini lo harus kotak-kotak lagi! Nggak mau tau pokoknya."

***

ANNARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang