22

12.4K 614 7
                                    

"Dih, sama istri kok ngajak gelud." Annara spontan menutup mulut saat menyadari ucapannya.

Darren tersenyum tengil, tangannya maju menjawil dagu Annara.

"Cieee, udah mengakui cieee."

"A-apaan sih, kan emang bener," elak Annara dengan pipi yang memanas.

"Ayok makanya gelud," kata Darren lagi.

Ia mendekati Annara yang menatapnya was was, kemudian berbisik. "Gelud di ranjang maksudnya."

Annara spontan melotot, ia mendorong Darren dengan kuat lalu menjauh entah kemana tujuannya.

"Dasar Darrendra mesum!!"

Melihat istrinya yang salah tingkah, Darren tertawa keras. Tangannya bergerak melepas jas dan membuka 2 kancing kemejanya dari atas.

"Mas, Ann. Mas." Darren memperingatkan, Annara berhenti lalu berbalik menatap suami sengkleknya.

"Bodo amat!!!"

"Hayuk Ann, kita mulai geludnya!!" Teriak Darren lagi pada istrinya yang sudah berlari menjauh.

***

"Ini kita kapan pulangnya? Udah malem." Annara bertanya pada Darren yang sedang bermain game di sampingnya.

"Udah di rumah juga. Mau pulang kemana?"

Annara menatap jengah Darren yang masih fokus bermain ML. "Masa langsung di sini sekarang? Kita nggak bawa baju loh," gerutunya.

Darren terkekeh, mengabaikan game nya begitu saja lalu menyerongkan badan untuk menatap istrinya.

"Ada kok. Nih buktinya aku udah ganti baju," tunjuknya pada piyama navy yang ia pakai.

"Ya kan punyamu."

Darren terkekeh, mengacak rambut Annara gemas. "Punyamu juga ada. Makanya kalau keliling, jangan ada yang dilewatin. Coba sana cek walk in closet," ucapnya mengingatkan.

Berusaha menetralkan detak jantungnya yang tiba-tiba tak beraturan karena rambutnya di acak oleh Darren, Annara segera berdiri menuju kamar utama untuk menghindari suaminya itu.

Sedari tadi, dari semua ruangan rumah ini, yang belum ia lihat hanyalah kamar utama. Ia tak penasaran bagaimana bentuknya, karena dalam perkiraannya, kamar itu pasti tak jauh beda dengan kamar Darren di kediaman Devantara.

Ah, sebenarnya alasan utamanya bukan itu, melainkan ia takut akan ucapan Darren yang frontal tadi. Ia belum siap kalau suaminya itu akan benar-benar melakukan itu, mengingat di dalam rumah ini hanya ada mereka berdua.

Ceklek

Annara membuka kamar utama, dan mengedarkan pandangannya ke penjuru kamar. Ia menggeleng takjub, karena ternyata interior kamar ini jauh berbeda dengan perkiraannya.

Alih-alih mirip dengan kamar Darren yang bernuansa monokrom, kamar ini lebih mirip dengan kamarnya yang di dominasi warna putih dan lilac, warna kesukaan Annara. Namun kamar ini jauh lebih luas, dengan furnitur yang lebih elegan dan berkelas.

Setelah terdiam beberapa saat, ia melangkahkan kakinya menuju walk in closet sesuai perintah Darren. Lagi lagi, ia menggeleng takjub karena ruangan itu sudah berisi berbagai baju, tas, jam tangan, sepatu serta printilan lain yang serba baru.

ANNARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang