Ceklek
Annara menutup matanya tepat pada saat Darren membuka pintu. Dengan tangan yang masih bertaut, Darren mengajak Annara masuk. Menyadari gadis itu masih saja ketakutan, Darren kembali melancarkan aksi jahilnya.
"Singanya di depan lo," bisiknya.
Sontak saja Annara langsung membuka matanya kaget. Gadis itu mengerjap beberapa kali, mengamati setiap sudut ruangan yang ia pijaki. Bangunan tua yang dilihat dari luar begitu menyeramkan itu ternyata memiliki tampilan yang bagus di dalamnya.
"Lo bohongin gue?"
Darren terkekeh, memasukkan tangannya ke saku celana. Pria itu berjalan semakin masuk kedalam bangunan, lalu berbelok ke arah kiri. Karena takut, Annara langsung berjalan cepat mengekori Darren.
"Nggak ada untungnya gue nyulik lo!! Mau perkosa juga nggak nafsu, datar gitu," ucap Darren sambil terus berjalan.
Wah, si Darren itu benar-benar membuat Annara jengkel setengah hidup! Dengan menarik nafas panjang, Annara sudah bersiap melontarkan kata-kata mutiara. Namun belum sempat mengeluarkan suaranya, Annara terlonjak kaget saat melihat segerombolan cogan yang berkumpul di ruangan yang saat ini baru ia pijaki.
"Dateng juga lo," sapa salah satu pria yang menyadari kehadiran Darren. Dilanjutkan dengan tos ala pria antara keduanya.
Tangan Darren menarik Annara agar sejajar dengannya. Para pria yang sebelumnya sibuk dengan kegiatan masing-masing langsung mengalihkan perhatian pada ketiga orang itu, terutama Annara.
"Siapa nih?" Tanya Gio- pria yang tadi menyapa Darren.
"Calon istri gue."
Gio mengangguk santai, menepuk bahu Darren sebelum kembali melanjutkan niatnya untuk pergi ke dapur mengambil minum.
"Tunggu! Lo cewek yang pernah nolak Darren waktu SMA dulu kan?" Celetuk salah satu pria yang baru saja mendekat ke arah mereka.
Annara terkejut. Ternyata teman Darren tau? Padahal seingatnya dulu saat Darren menyatakan cinta padanya, mereka hanya berdua di rooftop sekolah.
"Diem goblok!!" Peringat Darren pada temannya yang bernama Janu itu pelan.
Janu cengengesan, "Ekhm, dedek Anna ya? Aa' masih inget ih sama nama kamu. Kamu masih inget nama Aa' nggak?" Tanyanya genit.
Annara tersenyum lalu menggeleng yakin, membuat semua pria yang ada di sana mentertawakan Janu. Annara memang tau geng Darren yang berisi para most wanted yang sering di eluh-eluhkan para gadis itu, tapi ia tak menghafal namanya satu persatu. Lagi pula ia memang jarang melihat mereka karena kelasnya yang berbeda lantai, apalagi ia tidak termasuk dalam jajaran para gadis yang mengidolakan geng itu.
"Mereka ini temen SMA gue, dan bangunan ini adalah basecamp kita dari dulu. Kalau Gio tadi, beda sekolah sama kita." Darren menjelaskan tanpa di minta.
"Nama Aa' Janu, paling ganteng dan paling sekseh." Janu mengulurkan tangan, yang dengan cepat di tepis oleh Darren. Janu mendengus, kemudian mulai mengenalkan temannya satu persatu.
"Yang lagi selonjoran di karpet itu, Galen." Dari tempatnya, Galen melambaikan tangan sambil tersenyum.
"Si kembar tapi nggak botak itu namanya Kevan sama Kavin." Tunjuknya pada dua pria yang memiliki wajah serupa yang sedang duduk di sofa.
"Hai Anna." Kavin melambaikan tangan. Sedangkan Kevan hanya tersenyum tipis.
"Yang lagi pegang buku itu-"
"Kak Andra kan? Yang dulu pernah jadi juara olimpiade matematika?" Sela Annara semangat.
Andra terkejut karena gadis itu ternyata tau namanya. "Hai Anna. Tau aja lo yang punya otak yang mana," ucapnya terkekeh geli.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANNARA
RomanceSejak mengetahui perselingkuhan yang dilakukan sang ayah di belakang ibunya, Annara tak lagi mempercayai pernikahan. Kekecewaan yang teramat besar membuatnya menganggap bahwa laki-laki dan cinta hanya akan membawanya pada penderitaan. Namun sayang...