19

11.2K 613 10
                                    

Ingatan Annara melayang pada ucapan Galen yang memintanya untuk memaklumi Darren yang manja saat sedang sakit. Ia kemudian menghela nafas lelah dan mengangguk tanpa sadar, seolah membenarkan ucapan Galen.

"Kamu kenapa ngangguk-ngangguk sendiri, Anna?" Suara lirih yang teredam di ceruk lehernya itu, membuat Annara keluar dari pikirannya.

"Kok belum tidur sih!!" Annara menunduk menatap wajah Darren yang menatapnya sayu.

Darren mencebik. "Kenapa jadi bentak-bentak sih? Aku ada salah?" Berbeda dengan wajahnya yang cemberut, tangan Darren justru malah semakin memeluk Annara erat.

"Ya makanya cepet tidur. Aku udah elusin kepalamu dari tadi juga."

"Ck, aku udah merem Anna. Tapi leher kamu gerak-gerak, aku jadi geli." Darren tak mau kalah.

Annara kembali menghela nafas lelah. Selama di rumah sakit tiga hari, hingga sekarang suaminya itu sudah istirahat di rumah, ia merasa seperti mengurus bayi.

Darren sangat manja dan suka merengek saat sakit. Bahkan untuk tidurpun, Darren selalu memintanya untuk mau di peluk seperti guling. Tangannya yang menganggur, selalu di tarik Darren ke arah kepala sebagai kode minta di elus.

Jika Darren memintanya untuk menyanyikan lagu pengantar tidur seperti bayi pada umumnya, maka saat itu juga Annara akan tidur di kamar lain. Namun untungnya Darren tak melakukan itu, jadi ia masih punya stok kesabaran.

Mau mengeluh pun, ia merasa tak pantas. Karena ia belum lupa, kalau penyebab keadaan Darren seperti ini adalah dirinya.

"Dingin Ann," adu Darren kembali menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Annara.

"Yaudah cepet tidur, mas!"

Darren mengangguk, kemudian ia merasakan selimut yang mereka pakai dinaikkan Annara hingga menutupi bahunya.

Dalam pejamnya, Darren tersenyum senang. Ia menghirup aroma tubuh Annara yang harum, dan mulai menjadi candu untuknya.

Katakan saja Darren modus, karena itu memang benar. Ia memanfaatkan momen sakitnya dengan baik untuk bermanja pada Annara. Meski sekarang ia sudah merasa sehat, tapi ia masih memasang muka melas dan lemas di depan Annara untuk menarik simpati istri cantiknya itu.

Lagian sah-sah saja kan, toh Annara sudah menjadi hak paten miliknya.

"Ann," panggil Darren yang sudah mulai masuk ke alam mimpi.

"Hm?"

"Kamu wangi. Aku suka, hihi."

Usapan tangan Annara di rambut Darren terhenti. Gadis itu terdiam mencerna kata-kata yang keluar dari mulut Darren. Meski volume suaranya begitu pelan, tapi pendengaran Annara masih berfungsi dengan baik.

"Kamu tadi ngomong apa?" Annara bertanya, tapi tak mendapat jawaban.

Ia menurunkan pandangan, tangannya menyentuh pipi Darren dan sedikit menjauhkan kepala Darren dari ceruk lehernya.

Annara berdecak, saat melihat suaminya itu ternyata sudah tidur nyenyak. Tak tinggal diam, tangannya bergerak mencubit pipi Darren gemas.

"Kalo tidur gini keliatan ganteng, imut, kalem. Kalo melek, kelakuannya bikin pengen hihhh."

***

"Bayi kamu di mana Ann?" Bunda Alya bertanya setengah menggoda pada menantunya yang baru memasuki dapur.

"Baru aja tidur bunda, rewel banget," ujar Annara menggelengkan kepala. "Bunda mau masak apa? Ini belum saatnya masak makan malam."

ANNARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang