Pria yang tadi membuat semua orang kalang kabut karena keadaannya, kini sudah kembali sadar dan bersikap seolah tak kenapa-kenapa.
"Tadi Anna kenapa nangis?" Tanya Darren mengerlingkan matanya. Pria itu tengah duduk di bednya menikmati makan malam disuapi Annara.
"Ng-gak siapa yang nangis?"
Darren tersenyum lalu menganggukkan kepalanya beberapa kali.
"Oh, jadi tadi aku salah lihat. Oke."
Wajah Annara memerah, ia sangat malu. Ia kira Darren tidak akan ingat karena tadi suaminya itu dalam keadaan setengah sadar.
Satu tangannya yang tak memegang mangkuk, meraih tangan Darren agar tak lagi menggaruk lehernya.
"Gatel Anna," keluh Darren.
Beberapa bagian tubuh pria itu gatal dan panas hingga menimbulkan ruam, ia juga mengenakan nassal canulla karena nafasnya yang masih sesak.
Darren memang beberapa kali mengalami hal ini, tapi sudah sangat lama sejak terakhir kali ia mengalaminya. Karena selama ia tinggal di luar negeri, ia sangat berhati hati memilih makanan yang tak mengandung udang.
Bukan tidak mau memakannya, tapi ia sadar diri kalau ia tak memiliki keluarga atau teman dekat yang bisa ia mintai tolong kalau alerginya kambuh. Darren masih waras untuk tidak bermain main dengan nyawanya sendiri.
Lalu yang tadi siang ia lakukan itu apa, kalau bukan bermain dengan nyawa? Dasar!.
"Jangan digaruk, nanti lecet. Abis ini aku pakein salepnya." Annara berkata tegas. "M-maaf," cicitnya kemudian.
Darren menatap lekat Annara yang tiba-tiba menunduk dan mengatakan maaf padanya. Terlihat sekali kalau istrinya itu merasa bersalah.
"Kenapa minta maaf?" Darren mengangkat dagu Annara dengan tangannya.
"Gara-gara aku-"
"Udah nggak papa. Lagian salah aku juga yang nggak bilang kalau aku alergi udang," sela Darren cepat.
Annara menatap Darren penasaran. "Kamu nggak tau kalau tadi itu udang?" Tanyanya polos, seraya lanjut menyuapi Darren.
Setelah suapan terakhir, Darren meminum air yang di sodorkan Annara lalu balik menatap gadis itu.
"Enggak tau. Awalnya aku ngerasa kayak udang, tapi kok enak banget. Jadi ya aku lanjutin aja. Lagian aku ngiranya bunda yang siapin bekalku."
Darren berbohong, sebenarnya ia tadi tau kalau itu olahan udang. Tapi ia tidak mau membuat Annara kecewa kalau ia memuntahkan makanannya.
Bagaimanapun, selama beberapa hari ini setelah menikah, gadis itu begitu rajin belajar memasak bersama bunda.
Jadi ia memutuskan untuk tetap memakannya. Lagipula ia juga sudah sangat lama tidak bandel makan udang.
Walaupun sudah hafal apa resiko yang akan ia dapat, tapi Darren sama sekali tak bermaksud membuat Annara tau.
Tadi ia memperkirakan kalau reaksi alerginya akan muncul di saat Annara sudah pulang, tapi ternyata ia salah. Nyatanya sesaat setelah gadis itu pergi untuk mencuci kotak bekal, reaksi alergi itu muncul.
Ia tak dapat mempertahankan diri untuk tetap tenang, karena nafasnya yang semakin sesak dan memberat. Kemudian Annara datang bertepatan dengan ia yang mulai hilang keseimbangan, hingga nyaris terjatuh.
Dan di saat itu Darren merasa marah pada dirinya sendiri. Ia kesal karena terlihat lemah di depan Annara, ia kecewa karena tak bisa bertahan lebih lama. Namun melihat Annara yang khawatir bahkan menangisi dirinya, membuat perasaan Darren menghangat.

KAMU SEDANG MEMBACA
ANNARA
RomanceSejak mengetahui perselingkuhan yang dilakukan sang ayah di belakang ibunya, Annara tak lagi mempercayai pernikahan. Kekecewaan yang teramat besar membuatnya menganggap bahwa laki-laki dan cinta hanya akan membawanya pada penderitaan. Namun sayang...