Sudah tiga hari Annara dan Darren menempati rumah pribadi, tiga hari itu pula Annara sering merasakan kram di perutnya lantaran tidak kuat menahan tawa melihat tingkah absurd Darren setiap harinya.
Di saat sore seperti ini, entah mengapa Annara selalu melirik ke arah jam dinding. Ia sudah tidak sabar menanti tingkah absurd apalagi yang akan dilakukan suami sengkleknya itu.
Berbeda dengan Darren yang sudah bekerja seperti biasa, Annara masih diam di rumah dan tidak ke resto sama sekali. Ia di minta Darren untuk mengatur tata letak ruangan rumah mereka sesuai selera Annara sendiri.
Saat pertama kali mereka datang, furniture rumah ini bisa di bilang sudah cukup lengkap, tapi Darren tetap mendatangkan beberapa lagi untuk semakin melengkapi. Dan tugas Annara adalah mengaturnya.
Selain itu, Darren juga mengabulkan keinginan Annara untuk dibuatkan taman bunga kecil di halaman samping, dilengkapi dengan gazebo. Jadi walaupun di rumah, Annara cukup sibuk memantau para pekerja yang sedang membuat taman.
"Kok kamu bau acem Ann."
Annara yang tengah melihat jam dinding tersentak kecil saat suara dan nafas Darren terdengar di telinganya.
"Kebiasaan, ngagetin," protesnya menggeplak lengan Darren. Kemudian ia menodongkan tangan.
Darren tersenyum tengil, ia mendorong tangannya yang tengah di cium Annara hingga membuat gadis itu sedikit terhuyung.
"Biar tambah mancung ke dalam," ejek Darren saat Annara melotot padanya sambil mengelus hidung.
"Sini deketan coba Ann."
Annara memicingkan matanya menatap Darren curiga.
"Apa? Mau ngeledekin bau asem lagi?" Tebaknya sewot.
Wajar saja jika bau badannya asem, karena dari siang ia berada di taman samping rumah. Ia ikut para pekerja menanam beberapa bunga untuk menghilangkan bosan.
Darren tertawa. "Nggak papa bau asem, asal nggak bau got aja Ann," ujarnya yang membuat Annara semakin kesal.
"Ayo sini, ih. Dosa nggak nurut sama suami."
Dengan berat hati, Annara melangkahkan kakinya hingga kini hanya berjarak sejengkal dari Darren.
Namun tanpa di duga, tepat saat Annara ingin melontarkan tanya, Darren lebih dulu terhuyung kedepan hingga menumpukan badannya pada Annara dengan kepala yang bersandar penuh di bahu gadis itu.
"M-mas kenapa?" Annara sedikit menggoyangkan kedua lengan Darren panik.
"Ngantuk banget Ann, lemes letih lesu lelah lunglai. Bikinin kopi cefat."
Decakan sebal keluar begitu saja dari bibir Annara. Ia mencubit lengan Darren gemas hingga suaminya itu mengaduh.
"Rasain! Resek banget," omel Annara mendorong badan Darren menjauh.
Meski lengannya nyut nyutan karena cubitan maut istrinya, Darren malah tertawa. Apalagi melihat istrinya itu berjalan ke dapur dengan menghentakkan kaki, sesekali menoleh dan memelototinya.
"Ann. Tadi jantung kamu jedag jedug!!"
"Ann. Nanti gitu lagi ya? Empuk soalnya!!" Teriak Darren disertai tawa renyah.
"Darren jelek!!!"
***
Darren duduk manis di sofa menunggu pesanan kopinya datang. Ia membuka satu persatu kancing kemeja dan melepasnya, hingga menyisakan kaos singlet saja.
"Kok nggak mandi dulu? Biasanya pulang langsung mandi," omel Annara yang datang membawa nampan berisi kopi dan camilan.
"Mau mandi bareng kamu aja." Darren mengaduh karena lagi lagi mendapat geplakan sayang dari istri bar barnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
ANNARA
RomanceSejak mengetahui perselingkuhan yang dilakukan sang ayah di belakang ibunya, Annara tak lagi mempercayai pernikahan. Kekecewaan yang teramat besar membuatnya menganggap bahwa laki-laki dan cinta hanya akan membawanya pada penderitaan. Namun sayang...