Pemandangan yang dilihat oleh Naraka dan Darrial pagi ini adalah seorang wanita yang berjalan mendekati mereka dengan susah payah karena di tempeli oleh makhluk bongsor di belakangnya.
"Ayanggggg. Ayo ke kamar lagi! Ngapain sih ngurusin Upil Ipul KW mulu!!"
Si makhluk bongsor bernama Darrendra itu masih betah menempeli sang istri, menumpukan dagunya di bahu Annara dan mengendus leher Annara yang harum.
Matanya memicing, menatap tidak suka pada kedua adiknya yang sudah nangkring di sofa menunggu sarapan dengan gadget di tangan masing-masing.
"Kak Ann, mendingan ganti suami aja deh, yang agak waras," sambar Darrial menatap kakaknya jengah.
Darren mendelik tidak terima. "Jangan ngadi-ngadi lo, Pul! Gue ini perfect husband ya!" Ia menghentikan langkah dan menahan Annara.
"Ayang. Mereka kapan pulang sih? Masa udah 3 hari nggak mau balik, kayak nggak punya rumah," tambahnya seraya menunjuk kedua bujang itu kesal.
Sudah cukup 3 hari saja Darren sabar menghadapi kedua adiknya. Ia tak bisa membayangkan, bagaimana jika mereka berada di sini lebih lama, bisa-bisa ia akan mati karena kekurangan perhatian dari Annara.
Untuk Naraka, ia bisa sedikit maklum karena adik iparnya itu sedang terpuruk karena masalah keluarga.
Kemarin kedua mertuanya sudah datang kemari untuk meluruskan semua dan meminta Naraka tak memikirkan masalah mereka.
Meski sempat bersitegang di awal, lengkap dengan drama penuh air mata, tapi Darren bersyukur karena Naraka akhirnya mau mengerti dan memilih untuk berdamai dengan sang ayah atas nasihat dari Annara di hari pertama pemuda itu datang ke rumah ini.
Jujur saja, Darren semakin terpesona dan bangga dengan istri cantiknya itu. Annara berusaha mencegah Naraka untuk membenci papa mereka seperti yang Annara pernah lakukan dulu.
Namun walaupun begitu, Darren mengerti jika Naraka masih perlu waktu untuk kembali ke rumah dan bersikap seperti biasa pada orang tuanya.
Lalu Darrial? Adik laknatnya itu bahkan tak ada kepentingan atau masalah apapun yang mengharuskan dia menginap disini, apalagi dia juga harus masuk kuliah setiap hari.
Kalau saja Darren tidak takut di geprek pak Denny, pasti si Darrial itu sudah ia tenggelamkan di kolam renang karena sering merecoki waktu uwu-uwunya bersama Annara.
Ditambah lagi, adiknya itu sering meminjam beberapa kemeja dan celananya untuk dipakai ke kampus karena malas mengambil baju di rumah.
"Lepas dulu mas! Malu," cicit Annara berusaha melepaskan diri dari sang suami.
Bukannya melepas, Darren malah semakin mengeratkan dekapannya. Seperti tak menganggap adanya manusia lain di dekat mereka, Darren malah menciumi leher dan pundak Annara berkali-kali.
"Woy Ka!" Darrial menepuk lengan Naraka heboh, hingga membuat cowok yang sedang bermain game itu terganggu.
"Diem!!"
"Mau ada adegan ehem-ehem live di depan mata, Ka! Yakin lo nggak mau liat?" Bujuk Darrial.
Naraka mengabaikan ponsel sejenak untuk sekedar mengikuti arah pandang Darrial. Berbeda dengan cowok di sebelahnya yang antusias sampai lupa berkedip, Naraka justru salah tingkah sendiri.
"Mbak Anna, bang Darren! Pindah ke kamar sana!!" Naraka berteriak lantang seraya menutup mata Darrial yang jelalatan.
"Woy Ka! Lepas elah, bentar lagi mau ke inti," protes Darrial berusaha menarik tangan Naraka.

KAMU SEDANG MEMBACA
ANNARA
RomanceSejak mengetahui perselingkuhan yang dilakukan sang ayah di belakang ibunya, Annara tak lagi mempercayai pernikahan. Kekecewaan yang teramat besar membuatnya menganggap bahwa laki-laki dan cinta hanya akan membawanya pada penderitaan. Namun sayang...