23

10.7K 569 9
                                    

Natasha

Iya Ren. Bara ada di sini.
Gue udah capek kasih tau dia buat nggak dateng lagi.

Kedua tangan Darren mengepal setelah membaca pesan dari Natasha.

Sialan! Baranjing tidak tau diri itu benar-benar menguji kesabarannya.

"Gimana bang?"

Darren menoleh pada ayahnya yang masih berada di ruang meeting bersamanya. Mereka memang baru saja selesai meeting, dan sebelum Darren menjemput Annara untuk makan siang di resto gadis itu, ia lebih dulu mengirim pesan pada Natasha untuk menanyakan apa Bara di sana atau tidak.

"Dia ada di sana yah," jawab Darren sebal.

Ayah Denny geleng-geleng kepala. "Si Bara kuda itu kok ya bebal banget. Mana tingkahnya kayak pengangguran gabut," ujarnya menggebu gebu. "Ck, sama aja tingkahnya kayak buapaknya."

Apa yang dikatakan ayahnya itu benar. Darren pun juga merasa kalau Bara kelihatan seperti pria pengangguran. Ah, apa mungkin pria itu memang pengangguran? Makanya dia selalu punya waktu untuk mendatangi restoran Annara setiap hari.

"Abang harus gimana yah? Mau sampai kapan abang larang Anna buat nggak ke resto? Abang nggak mau ngekang dia." Darren menghela napas gusar. "Tangan abang udah gatel pengen hajar muka jeleknya si Bara yah, jujur aja."

Daripada kucing kucingan seperti ini, sebenarnya Darren ingin menghadapi Bara dengan gentle. Bertarung di ring misalnya, atau langsung saja main adu jotos di sembarang tempat.

Namun Darren memilih untuk tidak melakukan itu. Karena selain prik, Darren adalah laki-laki pintar yang penuh perhitungan dalam segala hal.

Tentu saja, Darren tak mau menghajar Bara disaat hubungan pertemanan Bara dan Annara masih terjalin dengan baik. Istrinya itu pasti akan berpikir buruk padanya, dan Darren tidak bisa membiarkan itu terjadi.

Apalagi menurut perkiraan Darren dan ayahnya, kemungkinan besar Bara mewarisi otak licik Arya. Ia yakin Bara akan melakukan playing victim untuk mendapat simpati Annara kalau sampai itu terjadi.

"Yaudah sih. Ajak Anna makan siang di rumah aja. Sekalian biar kamu kena omel bunda karena nggak nepatin janji buat tinggal di rumah agak lama." Darren mendelik mendengar saran ayahnya.

"Bunda kamu dari kemarin kalian pergi udah ngomel terus. Dia pengennya Anna masih tinggal dirumah satu atau dua bulan lagi," tambah ayah Denny.

Darren berdecak. "Dih. Darren pindah biar Anna cuma perhatiin Darren seorang yah. Kalau di rumah dia dimonopoli adek sama bunda terus."

Ayah Denny tertawa. Pria tua itu bangkit dan berjalan ke arah pintu keluar.

"Sana jemput istri kamu. Kita makan siang di rumah aja," perintahnya diangguki Darren dengan malas.

***

Sesuai rencana, Darren menjemput Annara untuk ia ajak makan siang di kediaman Devantara. Kini keduanya dalam perjalanan, dengan Annara yang hanya diam memainkan ponsel.

"Ann."

Mendengar namanya di panggil, Annara menoleh seraya meletakkan kembali ponselnya ke dalam tas.

"Kamu kok nggak nanya kenapa kita jadinya makan di rumah ayah, bukannya di resto?" Darren mengutarakan apa yang mengganjal di benaknya.

Tadi saat ia pulang dan mengatakan kalau makan siang mereka ganti di kediaman Devantara, Annara hanya mengiyakan tanpa protes. Bahkan istrinya itu pun tak bertanya apa alasannya.

ANNARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang