27

10.7K 500 9
                                    

"Mas?"

Darren sedikit gelagapan. "Ah itu. Aku mau jujur, tapi janji jangan marah ya?" Tanyanya seraya memiringkan tubuh ke arah Annara dengan posisi setengah tidur.

Annara hanya mengangguk, meski sebenarnya ia bingung. Tangannya bergerak memencet remot televisi untuk mengecilkan volume, lalu ia ikut memiringkan tubuhnya menghadap Darren.

Gadis itu nyaris memekik saat tiba-tiba Darren melingkarkan lengan di pundaknya, dan menarik tubuh mereka ke bawah sehingga posisi Annara kini sudah tiduran dengan kepalanya terbenam di dada bidang suaminya.

Tangan besar Darren mengelus pelan rambut Annara, sesekali menghirup aroma shampo varian strawberry yang menguar dari rambut kecoklatan milik istrinya itu.

"Kayaknya kita nggak jadi ke sana deh Ann," ucap Darren diikuti dengan helaan napas kasar.

Mendengar itu, entah mengapa membuat Annara senang bukan main. Ia bahkan nyaris bangun dan berteriak, tapi untungnya ia masih bisa menahan diri.

"Kenapa?" Annara memasang wajah sok kebingungan, sambil mendongak menatap Darren.

"Ayah sendiri yang langsung handle ke sana, Ann. Soalnya..." Darren menggantung ucapannya.

"Soalnya?"

"Soalnya ayah sekalian mau ajak bunda honeymoon lagi," lanjut Darren dengan cengiran khasnya.

Annara melongo, sedangkan Darren menggumamkan maaf dalam hatinya karena lagi-lagi ia menjadikan ayah dan bundanya sebagai kambing hitam untuk membohongi Annara.

Lagi pula salah ayahnya sendiri mengapa menggunakan alasan itu untuk memajukan hari pernikahannya. Walau harus ia akui, alasan itu lah yang membuat rencananya berhasil.

"Serius mas?" Annara bertanya dengan binar di matanya.

Darren mengangguk malas. Tangannya tak berhenti mengelus rambut Annara, dan matanya menatap wajah cantik Annara dengan menelisik.

"Kok kayaknya kamu seneng banget kita nggak jadi kesana?" Darren mengerutkan alisnya heran.

"E-enggak kok. Aku seneng aja kalo ayah bunda mau honeymoon lagi," jawab Annara gugup.

Tidak mungkin ia jujur kalau saat ini hatinya tengah membuncah karena terlalu senang tidak jadi pergi ke Eropa.

Hal yang menjadi beban pikirannya semenjak menikah sekarang sudah terangkat, hingga membuat Annara lega bukan main.

Darren menghentikan gerakan tangannya, diikuti dengan tubuhnya yang menjauh dari Annara. Darren mengangkat tubuhnya menjadi duduk, dan mengalihkan pandangannya ke arah Televisi yang masih menyala dengan volume kecil.

"Jijik ya Ann kalo cuma pergi berdua sama aku?" Darren terkekeh ringan, padahal televisi yang ia lihat sedang menampilkan adegan dramatis.

Susah payah ia memutar otak untuk mencari alasan agar Annara tak kecewa karena mereka tak jadi bertolak ke Eropa untuk bekerja sekalian bulan madu, tapi ternyata respon Annara justru jauh dari perkiraannya.

Ah, tidak. Annara tidak salah, ia saja yang terlalu berekspektasi tinggi.

Dalam bayangannya, Annara akan merasa kecewa, lalu ia akan menawarkan destinasi lain untuk mereka pergi berbulan madu. Meski hanya di dalam negeri, atau di beberapa negara Asia. Yang terpenting mereka bisa meluangkan waktu untuk honeymoon ditengah pekerjaan Darren yang sedang sibuk sibuknya.

Tapi apa? Yang ia dapat justru ekspresi puas dan bahagia dari Annara, seolah hal inilah yang gadis itu nantikan sejak lama. Seolah pergi berbulan madu berdua dengannya adalah hal yang sama sekali tak diinginkan Annara.

ANNARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang