"Vasektomi apaan bang?"
Suara itu membuat pembicaraan serius dua orang di dalam ruangan terhenti. Keduanya kompak menoleh ke arah pintu yang terbuka diikuti kemunculan seorang pria.
Mendapat tatapan tajam dari sahabat dan abangnya, Janu—si pemilik suara— hanya memasang wajah polos tanpa merasa malu karena sudah menguping.
"Sudah ku bilang, kamu bisa menemuiku besok saat di Rumah Sakit, Ren. Kalau di sini pasti ada yang menguping." Keanu melirik sang adik yang sudah duduk di sofa seberang dengan malas.
Ini salahnya juga yang lupa mengunci pintu ruang kerjanya.
Janu berdecak. "Ya elah bang, gue nggak sengaja kali. Lagian gue kan kepo, kenapa si Darren tumbenan amat nyariin lo," ungkapnya jujur.
Abangnya itu spesies kulkas 4 pintu yang hidupnya terlalu monoton sejak dulu. Tidak seperti Janu yang berandalan dan doyan keluyuran, Keanu terlalu lurus. Maka tak heran jika di usianya yang sekarang, Keanu sudah menjadi dokter spesialis Urologi tetapi masih jomblo.
Meski sejak dulu teman-temannya sering berkunjung, Keanu hanya menyapa seadanya dan tidak pernah ikut bergabung. Lalu sekarang, Darren datang dan mereka bicara empat mata di ruang kerja.
Bagaimana mungkin Janu tidak penasaran?
Apalagi ruang kerja Keanu tidak di kunci, jadi Janu bisa membukanya sedikit dan mendengar pembicaraan mereka. Sayangnya, otak Janu hanya berisi komponen-komponen mesin dan sejenisnya, sehingga 'Vasektomi' yang tengah dibicarakan dua orang itu membuatnya penasaran.
Apa vasektomi itu sejenis makanan? Atau bisnis baru? Tapi seingatnya, perusahaan Darren tidak ada yang bergerak di bidang kesehatan hingga harus berhubungan dengan Keanu yang seorang dokter.
"Ren. Muka lo kusut amat? Lagi ada masalah?" Janu menatap heran pada raut wajah Darren yang berbeda, tak seperti saat baru datang tadi.
"Vasektomi apaan anjir? Gue penasaran."
Keanu hanya mengendikan bahu sambil menatap Darren. Ia merasa tidak berhak untuk mengatakan permasalahan pria itu meski pada adiknya sendiri. Jadi terserah Darren saja mau menjawab Janu atau tidak.
"Hape lo mana?" Tanya Darren.
Janu meraba dada dan pantatnya, kemudian ia teringat jika ia baru saja mandi dan sudah mengganti pakaian kerjanya dengan piyama satin tanpa saku karena malam ini ia sedang malas keluyuran.
"Kayaknya ketinggalan di kamar deh. Tadi gue kebelet kepo soalnya." Janu menggaruk rambut. "Emang kenapa?"
Darran berdiri, meraih kerah belakang Janu lalu menariknya. "Sekarang lo ke kamar. Di hape ada yang namanya aplikasi google," katanya seraya mendorong-dorong Janu ke pintu.
"Nah, lo tanya tuh vasektomi apaan."
Bibir Keanu sedikit tertarik begitu mendengar gerutuan adiknya yang di lempar Darren keluar diikuti dengan pintu yang ditutup dengan keras.
"Tolong bicarakan dulu dengan istrimu, Ren." Keanu membuka suara, menatap Darren yang kembali ke tempatnya semula dengan tatapan iba.
"Pemikiran manusia bisa berubah-ubah, begitupun hatinya."
***
Janu berlari tergopoh-gopoh menuju ruang kerja sang kakak setelah mengambil ponsel dan mencari tau apa itu vasektomi. Sampai di depan pintu, kedua tangannya bertumpu pada lutut dengan nafas yang tak beraturan.
Baru saja kembali menegakkan badan, pintu itu lebih dulu terbuka sebelum ia ketuk.
"Ren! Lo mau ngelakuin vasektomi itu? Kenapa anjir?" Tanyanya tak sabaran.

KAMU SEDANG MEMBACA
ANNARA
Roman d'amourSejak mengetahui perselingkuhan yang dilakukan sang ayah di belakang ibunya, Annara tak lagi mempercayai pernikahan. Kekecewaan yang teramat besar membuatnya menganggap bahwa laki-laki dan cinta hanya akan membawanya pada penderitaan. Namun sayang...