Setelah meletakkan 3 cangkir berisi minuman yang berbeda di meja, Annara mendudukkan diri di samping dua pria berbeda generasi yang tiduran di karpet bulu.
Alfarel yang tengkurap di atas dada Darren terlihat begitu nyaman, apalagi bocah itu juga di puk puk pantatnya.
"Alfa tidur mas?" Tanya Annara yang di balas gelengan oleh suaminya.
"Batrenya low, sayang."
Annara terkekeh sambil menepuk lengan kedua laki-laki itu bergantian agar bangun, lalu memberikan cangkir masing-masing.
Susu coklat untuk Alfarel, dan kopi hitam untuk Darren.
"Cil, lo tuh sebenernya anak bapak emak lo bukan sih?" Darren bertanya sambil mengusap sisa susu di atas bibir Alfarel.
Bocah itu mendengus. "Di bilang Al itu jagoan, anak kesayangan mommy daddy juga!" Protesnya kesal.
"Halah, kayaknya lo malah bukan anaknya mommy daddy lo deh," cibir Darren menghadirkan kerutan samar di dahi Alfarel.
"Kalo lo emang jagoan, anak kesayangan, nggak mungkin tiap hari lo kesini terus. Jangan-jangan lo di buang ya?" Tambahnya yang di hadiahi geplakan sayang dari sang istri di pundaknya.
Bagaimana ia tidak curiga kalau anak itu dibuang? Pasalnya sejak pulang dari Singapura beberapa waktu yang lalu, si bocah prik itu semakin sering main kerumahnya! Bahkan beberapa kali juga menginap, sehingga ia dan Annara tak bisa melakukan sesuatu yang- ah sudahlah.
Jika mengingat calon anaknya yang beberapa kali harus berenang di closet, Darren merasa semakin nelangsa dan kesal.
Alfarel manggut-manggut. Meski baru berusia empat tahun, tapi bocah itu cukup pintar untuk mengerti perkataan orang dewasa.
"Al tuh emang di suluh daddy main kesini telus," jawabnya santai seraya menyerahkan cangkir kosong pada Annara.
Darren dan Annara saling pandang sejenak, lalu keduanya kompak duduk bersebelahan di depan Alfarel untuk mendengarkan cerita anak itu.
"Kenapa Alfa di suruh daddy kesini terus?" Pancing Annara.
Alfarel nyengir. "Katanya daddy sama mommy lagi ada plotek bikin dede bayi buat Al," jelasnya.
"Plotek apaan cil?" Darren mengusap tengkuknya bingung.
"Poltek? Protek? Potek? Apaan, hah?"
Bocah prik itu menggelengkan kepala berkali-kali.
"Bukan, om. Plotek kayak olang kelja itu loh, katanya daddy."
Ah, Annara sepertinya mengerti. Daripada dua orang itu semakin ribut, ia harus cepat meluruskan.
"Proyek, mas. Iya kan Al?" Tanyanya di angguki Alfarel antusias.
"Om memang bodoh!"
Darren melengos. "Serah lo cil. Gue udah kenyang lo hina-hina tiap hari," ungkapnya pasrah.
Laki-laki itu tersenyum mengejek pada Alfarel setelah mendapat pelukan dan elusan Annara di kepalanya dari samping.
"Jadi, daddy sama mommy mau bikin adek bayi buat Al, gitu?" Tanya Annara lagi.
"Hu'um!"
"Kata daddy, kalo Al di lumah telus, dedek bayinya nggak jadi-jadi. Nah, abis itu Al di suluh seling-seling kesini deh bial nggak gangguin mommy sama daddy mengeljakan plotek." Alfarel menjelaskan dengan bangga sambil menepuk dadanya.
"Katanya daddy, mengeljakan plotek itu butuh kelja kelas bagai kuda."
Sialan! Ternyata selain songong, daddy nya Alfarel itu juga licik!

KAMU SEDANG MEMBACA
ANNARA
RomanceSejak mengetahui perselingkuhan yang dilakukan sang ayah di belakang ibunya, Annara tak lagi mempercayai pernikahan. Kekecewaan yang teramat besar membuatnya menganggap bahwa laki-laki dan cinta hanya akan membawanya pada penderitaan. Namun sayang...