1. Apel Snow White
Bersabarlah.
Jika belum bisa, maka gantilah nama jadi Pak Sabar.✨✨✨
Sandi salah. Lupa sandi?
Pesan itu muncul berkali-kali. Dan kalimat kedua seolah menonjok, menghina dengan telak, menampar gumpalan otak Gema untuk terus memikirkan angka dan huruf apa yang seharusnya dimasukkan ke dalam kolom yang menjadi gerbang masuk ke dalam akun kepenulisannya itu.
"Demi ketampanan lelaki gepeng!" teriak Gema, menjambak rambutnya dengan keras. "Kenapa aku tidak bisa masuk?!" Dia mengerang, bergerak-gerak dalam duduknya di atas kursi goyang. Rasa frustrasi mengkontaminasi kewarasan.
"Tenang." Gema mencoba menenangkan diri. Dia menarik napas dari dua lubang hidung dan mengeluarkannya perlahan dari bibir yang mengerucut. "Jika aku memang lupa kata sandi, maka yang aku lakukan tentu saja mengingatnya dengan tenang. Maka mari kita tenang."
Satu menit berlalu. Segelas air putih tandas. Secangkir kopi utuh. Dua menit berlalu. Segelas air putih lagi tandas, sedangkan secangkir kopi tetap diam, tenang di samping laptop, masih suci belum tersentuh.
Baiklah, Gema sudah tenang. Pikirannya sudah siap dengan berbagai sandi yang pernah dia buat. Waktunya berperang!
Jemari Gema menari di atas keyboard.
Percobaan pertama,
Sandi salah. Lupa sandi?
Gagal.
Percobaan kedua,
Sandi salah. Lupa sandi?
Percobaan ke tujuh.
Sandi salah.
Kami akan mengirimkan notifikasi ke alamat email. Silakan periksa email Anda.
Gema langsung mengecek email, tapi tidak ada apa-apa.
"Mana?!"
Silakan masukkan kode dalam waktu.
30
.Hitungan mundur.
25
24
.
.
.Masih belum ada pesan masuk.
6
.
3
2
.
."AAA!!!"
Gema tak kuasa menahan amarahnya lagi. Tanpa pikir panjang, laptop kesayangan dibanting keras ke atas kasur empuk di sampingnya.
Rasa gatal pada amarah tak juga mereda. Dengan cepat Gema menerobos bingkai pintu kamar, meninggalkan kursi panas dan berjalan ke teras. Mulutnya komat-kamit persis Mbah Dukun baca mantra.
Langkah Gema cepat, berangsur melambat, kemudian berhenti tepat di depan pagar tanaman, tatkala sepasang mata seorang lelaki berserobok dengan matanya.
Ah, kebetulan sekali.
Tanpa menyianyiakan durasi detik jam, Gema memanggil lelaki itu.
"TEJAAA!" Seruannya melengking mengalahkan mikrofon rusak.
Lelaki yang dipanggil Teja sempat menutup telinga, sebelum menjeling sebal pada Gema.
"Apa?!" Tak kalah sangar, Teja membalas. Di salah satu tangannya menenteng helm bogo: mengkilap dan bersih. Dia kembali berjalan mendekati motor vespa modifikasi yang terparkir di halaman rumah.
Gema berjalan meliuk melewati celah pagar tanaman bunga kertas. Terlalu malas melewati jalur yang disediakan, yang mana artinya harus memutar ke sebelah kanan. Dia berjalan lurus tanpa hambatan dan berhenti di depan motor vespa Teja.
Dengan tangan kanan terangkat membentuk isyarat "berhenti", Gema menyunggingkan senyum liciknya.
"Minggir," kata Teja, malas seraya memakai helm dan menaikkan standar. Deru mesin berbatuk-batuk bagai kakek-kakek terserang asma, mengisi suara sunyi di antara keduanya.
Kini Gema melakukan gerakan tangan layaknya pertapa. "Help me, please, Brother! Aku dapat sedikit masalah."
"Maaf aku tidak mau membelikan pembalut, jika itu yang kamu mau." Seenaknya Teja berucap.
"He?! Memang kapan aku meminta kamu melakukannya?" Tak terima. Seingat dan selama perjalanan hidupnya, tak pernah sekalipun Gema meminta bantuan semacam itu. Saat pertama kali mendapatkan fase itu saja, dia tidak meminta kakak atau adiknya membelikan pembalut. Yang benar saja!
"Kalau begitu minggir."
Gema merasakan intonasi dingin dari ucapan maupun cara Teja berinteraksi dengannya. Tidak biasa. Ada apa?
TBL
To be Lanjut###
Nah, sesuai janji spill judul karya teman-teman. Ini dia. Silakan ~
🎈Untuk para pembaca yang ingin baca dengan vibes ala kerajaan Inggris zaman doeloe, bisa mampir ke karya Kakak-kakak di bawah ini. Yuhuu~
Lanjuuut~
Sekian dulu spill ceritanya. Lanjut besok. Jangan lupa mampir, vote, dan comment agar kami para penulis semakin rajin menulis. Buahaha
#salamkonco
KAMU SEDANG MEMBACA
Am I a Villain?! (TAMAT)
HumorAku, sih, yes kalau dikerubung banyak cogan, tapi BIG NO kalau dikerubung untuk dibunuh! ~Gema Nasib orang kejam pasti dapat karma. Karmanya tak main-main pula. Masuk ke novel buatan sendiri sebagai penjahat yang berakhir mati. Eh, semesta sedang b...