6c

546 80 1
                                    

Perlahan Gema menjauhkan kepala. "Boleh aku istirahat, Pa?" Secara tak langsung sebenarnya dia ingin mengusir Enrda. Biar saja orang itu marah, kesal. Harap-harap membatalkan pertunangan.

Enrda yang bersuara, "Tidurlah. Biar aku jaga."

"Tidak, tidak. Maksudku adalah aku ingin sendiri dan tidur tanpa diganggu. Maaf, tapi aku benar-benar ingin istirahat, Pa."

Papa Wi menatap anaknya kemudian Enrda. "Benar kata Enrda. Biar dia menjagamu. Mungkin kamu akan cepat baikan jika ada dia di sisimu."

Tidak bisa berkata-kata. Syok. Kenapa Papa Wi seolah ingin memberi makan harimau dengan mangsa anaknya? Ini mengerikan. Sungguh.

Sepeninggal Papa Wi yang pamit undur diri, suasana kamar ini teramat sunyi. Hanya diisi suara pendingin udara yang tengah bekerja di atas ranjang Cyteria. Gema sudah menutup mata, selimut ditarik sampai menutupi mulut, mencegah kejadian buruk yang bisa saja terjadi  jika hanya ada dua orang di tempat sepi.

"Entah kenapa," terdengar Enrda bicara, "aku merasa kamu agak berbeda. Seolah kamu terus menghindariku. Kenapa?"

Ketika selimut dinaikkan lagi oleh Gema, gerak Enrda ternyata lebih cepat. Lelaki itu sigap menghalangi.

"Tatap aku. Kamu merasa bersalah karena mengganggu Sajani, kan?"

Cyteria! Keluarlah. Hadapi calon suamimu ini! teriak Gema dalam hati.

Cyteria yang asli hanya tertawa. Dan rasakan semua beban, menghinggapi dirimu.

He?! Bantu aku jangan malah nyanyi!

Tidak mau. Bye. I wanna sleep like a princess.

Khurang Hajar. Baiklah. Akan aku tantang lelaki ini. Gema bertekad. Langsung saja duduk, beradu pandang dengan Enrda. "Kamu tidak menyukaiku, kan?"

Enrda tidak menjawab dan memilih tetap dengan posisinya yaitu duduk dengan satu kaki berpangku pada yang lain, tangan bersedekap.

"Jadi bagaimana kalau kita menghentikan semuanya dari sini?" tawar Gema dengan jantung memompa darah secepat pompa air.  "Kita tahu, jika kita teruskan maka hanya akan menyakiti satu sama lain. Anda mencintai Sajani dan tidak mencintai Cyteria. Lalu kenapa tidak kita batalkan saja pertunangan yang ...."

Enrda menyerobot, "Sepertinya kamu memang butuh istirahat."

"... tidak. Ha? Maaf?"

"Ucapanmu ngelantur. Kamu sangat tahu alasan kenapa kita tidak bisa membatalkan pertunangan ini." Enrda menanggalkan kacamata, membersihkan debu halus dengan sapu tangan yang baru saja diambil dari saku celana. "Baiklah. Aku rasa, aku memang harus pergi. Sampai jumpa besok pagi." Setelah mengatakan hal itu, Enrda beranjak dan enyah dari kamar ini.

Gema mendecak kesal. "Kenapa kamu bisa bucin dengan lelaki macam itu, Cyteria?"

Astaga! Yang membuat cerita tidak tahu alasannya? Jangan-jangan kamu memplagiat cerita ini!

"Enak saja! Jangan samakan otakku yang cemerlang dengan otak ampas milik para plagiat. Terkutuklah para plagiat. Para pencuri yang bangga telah mencuri. Memberi makan keluarganya dengan bara api." Tak terima. "Punya otak, tapi digunakan untuk alas kaki."

Ya, ampun. Kamu marah?

"Jelas! Sekarang jawab pertanyaanku tadi. Jangan mengubah topik."

"Duduklah."

"Kamu tidak lihat aku sudah duduk, ha?!"

"Maksudku duduklah seperti aku." Cyteria duduk dalam cermin rias. Agak horor, mengingat di depan cermin dunia asli tidak ada Gema yang duduk juga di sana.

Gema menurut, menarik kursi kemudian duduk.

"Sekarang cukup dengarkan aku. Tidak perlu menanggapi, untuk mencegah seseorang mencuri dengar seperti tadi," saran Cyteria. Seraya menyelipkan seutas rambut ke balik telinga, dia mulai bercerita, "Cerita sederhana, layaknya seorang putri bertemu pangeran mobil putih. Kejadiannya dua tahun lalu di kolam renang.

"Aku diajak teman-teman penjilat —Maaf aku agak kasar untuk penyebutan mereka— pergi ke kolam renang yang tentunya untuk bersenang-senang. Awalnya bisa dibilang memang menyenangkan, tapi tidak setelah aku tercebur."

"Stop. Aku sudah tahu." Gema langsung memotong. Ingat betul alurnya.

Cyteria dalam cermin menopang dagu dengan kedua tangan. "Baguslah." Tersenyum culas. "Cerita yang sangat klise dan membosankan. Rasa cinta dipicu ...."

"Karena sebuah sifat kepahlawanan," sambung Gema.

"Benar. Aku ditolong Enrda. Yang waktu itu dia masih orang asing. Kami tidak saling mengenal, tapi dia dengan berani menyelamatkanku ketimbang menjadi penonton modal panik."

Gema ingat. Tentu. Ini ada hubungannya dengan kejadian di dunia Gema dulu berada. Diperankan oleh Arum yang tercebur di sungai dan ditolong Arzakuna. Berita yang langsung jadi viral di desa. Dengan tajuk "Anak SD Diselamatkan Karyawan ShimaMart dari Tarikan Maut Arus Sungai". Sangat lebay menurut Gema.

Cyteria mengetok meja dengan buku jemari, menyerap perhatian Gema. "Betapa sakitnya mencintai, tapi tak dicintai bukan?" Dia tersenyum. Namun, senyum itu begitu pahit dirasakan oleh Gema.

"Ya." Tanpa sadar Gema menjawab dengan perasaan letih dan putus asa.

✨✨✨

Uuuww, Gema galau. Hiks. Mari kita soraki. Ekekek

Karya ini bisa dibaca di Karyakarsa dengan akun Shimajiwanta

Biar tak syok Shima mau spill harga per satuan yaitu 2000.

Kok bayar?

Iya, kaum Buahaha, hiks. 🤧
Andai kata di dunia ini semua gratis seperti di surga, mungkin aku akan gratisin juga karyanya. Tapi karena listrik, beras, ikan, dan air aku mesti bayar. Hiks. Maafkan daku karena butuh makan. Hiks.

Terima kasih yang mau berbelas kasih membeli karyaku, semoga pahala serta rizki dari Allah SWT untuk kakak-kakak melimpah ruah layaknya hujan deras di bulan Desember. Aamiin.

Love you semua.

Am I a Villain?! (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang