5c

592 81 0
                                    

Terima kasih untuk pembaca setia. Semoga banyak rezekinya. Aamiin.

✨✨✨

Tiba-tiba ada angkot berhenti di depan Gema, menurunkan penumpang. Niat kabur kembali mencuat. Gadis itu langsung naik tanpa peduli ke mana jalur pemberhentian. Apes! Baru juga masuk dan duduk, malah bertemu Ekhnat. Langsung saja Gema minta berhenti. Tak jadi menumpang. Dan untung saja Ekhnat tak ikut turun.

Begitu melihat ada bus, Gema melambai sebagai penanda kalau dia ingin naik. Apes lagi! Karena sekarang bertemu Ishan. Tapi kali ini Gema tak bisa menghindar. Terpaksa dia berdiri di samping Ishan disebabkan penuhnya penumpang.

"Mau ke mana?" Ishan merisik dekat telinga. "Mau datang ke rumah untuk mengerjai adikku lagi?"

Setiap kalimat begitu tajam terpercaya bagai kapak penyayat puding. Gema merinding. Tapi apa yang bisa diperbuatnya? Berteriak minta tolong untuk sesuatu berupa ancaman tersirat?

Kondektur datang, menyelamatkan Gema dari pembicaraan bertema mematikan. Salah sedikit bisa .... Ngeri!

Gema segera mengatakan akan turun di halte terdekat. Kondektur langsung meneriakkan nama satu tempat yang Gema yakini pasti itu pemberhentiannya. Gadis itu beringsut maju ke pintu depan. Dia merasa aman karena dijauhkan dengan Ishan. Sedikit lebih lama saja, mungkin protagonis itu akan mengambil cutter dan ....

Gema mengenyahkan adegan sadis yang berada di cerita aslinya. Dia berdoa semoga tidak dipertemukan dengan bab itu.

Udara panas menampar kembali. Ini lebih baik daripada bergelung dalam dinginnya AC, tapi harus bersama salah satu pembunuhnya. Tidak. Gema lebih memilih berpanas-panasan dan aman.

"Baiklah. Sebaiknya aku langsung ke opsi terakhir, yaitu bandara. Sekarang aku hanya perlu memesan taksi online."

Mau ke mana? Sekonyong-koyong ada suara di benak Gema dengan nada terkejut. Membuat gadis itu berteriak saking kagetnya. Pandangan memindai ke segala penjuru, mencari pemilik suara. Tapi tidak ada manusia yang berada di dekatnya.

"Apa aku salah dengar?"

Tidak. Kamu tidak salah dengar.

"Oh, berarti telingaku baik-baik saja." Gema cengengesan sejenak, sebelum tercekat dan merinding dibuatnya. "Siapa itu?" Dia melotot, sampai-sampai orang yang tengah melintas menatapnya aneh.

Suara itu tertawa geli, yang justru membuat Gema berniat melarikan diri, tapi kakinya malah tak mau diajak kompromi. Sepasang kaki berbalut kaos kaki putih dan sepatu merek Bali, memilih bergeming di tempat berdiri.

Panik, Gema mencoba berulang kali, sayangnya usaha yang dilakukan sia-sia. Seolah alas sepatu terpaku kulit Bumi.

Punggung Gema membungkuk agar tangan bisa meraih tungkai bawah. Berharap bisa sedikit membantu. Kali saja bisa bergerak.

Suara itu semakin keras tertawa. Mungkin menganggap tindakan Gema seperti badut tengah berparodi jadi akar.

Wajahmu lucu, Gem.

Di saat itulah Gema berhenti berusaha. Suara itu tahu nama Gema, berarti dia juga tahu segalanya. Dia juga pasti tahu kalau Gema bukan berasal dari dunia ini.

"Siapa kamu?" Sekali lagi Gema memastikan, kalau bukan dirinya yang berbicara. Soalnya warna suara persis milik ....

Cyteria Laura.

Gema tersentak, spontan berdiri dan menudingkan telunjuk pada kaca rumah orang yang merefleksikan gadis berambut hitam.

Yang cantik dan memiliki kepintaran di atas rata-rata.

Bayangan dirinya, ralat, maksudnya tubuh Cyteria menggerakkan mulut begitu mengejutkan. Dan insiden itu semakin menguatkan niat Gema tuk berlari pergi. Namun,

Eh, mau ke mana? Mau mencoba kabur lagi? Oh, tidak bisa. Sebagai Au-ko-thor yang baik dan budiman, kamu harus menggantikan villain alias aku. Biar tahu rasanya ditusuk belati ... berjuta bahkan bermilyar kali.

Seringai itu menusuk mata Gema, sampai terasa menembus tengkorak. Perlahan pandangan maupun kebisingan sekitar, menghilang, lenyap begitu saja. Gema jatuh pingsan. Tak sampai berdentum menabrak tanah, berkat seseorang berhasil menangkap tubuhnya.

Tbl
Mohon bersabar. Ekekek

Am I a Villain?! (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang