Lagi baik, lagi baik. Triple Up Muehehe. Yuk jangan lupa tinggalin jejak berupa vote, yak. Soalnya WAJIB. Wkwkw.
Bab 32 Sleeping Handsome
Ketampanan bisa mencuri perhatian.
Begitu juga mencuri hatimu.
Eak. Uek.***
“Kita pergi ke ruang guru,” jelas Enrda. “Ada ketapel dan juga peluru ketan. Aku tidak perlu menjelaskan bagaimana organisasi membuatnya, jadi kita skip bagian itu.“
Gema bengong mendengar penuturan Enrda. Siapa juga yang mau bertanya tentang cara pembuatan peluru ketan di situasi super darurat seperti ini? Lagi pula Gema juga sudah tahu bagaimana organisasi membuatnya. Semua itu sudah dijelaskan di buku novel yang pernah dia baca. Tentulah memakai alat yang disebut PPK (Pembuat Peluru Ketan). Kalau tidak salah ingat, alat itu berukuran besar dan hanya ada di tempat organisasi itu sendiri. Penciptanya adalah Kesatria, si tokoh utama pria di novel berjudul—ya, kamu tahulah judulnya. Gema malas menyebutnya karena terlalu panjang bagai dosa mantan.
“Banyak persediaan di sana,” lanjut Enrda. “Kita bisa berbagi sama rata. Setelahnya kita mencari dengan cara aman secara bersama-sama.“
Saat itulah Gema bergumam, “Andai kita bisa melalui gerbang, mungkin kita bisa mencari bantuan dari luar.“
Tak dinyana Nalendra bertelinga tajam, dia mendengarnya. “Jadi itu kah alasanmu mendorongku dari perpus hingga aku terjebak di ruang tata usaha?“
Sudah seperti telur mata sapi Gema melotot. “Benarkah?“
“Jangan pura-pura hilang ingatan. Perlu melompati empat anak tangga sekaligus hanya agar aku bisa menyusulmu ke gerbang.“ Nalendra mengacungkan empat jari dengan mendelik. Hilang keramahan anak itu. Baguslah, setidaknya dia tidak jadi munafik dengan berlindung pada topeng kebohongan. “Tidak tahukah kamu bahwa lenganku masih sakit? Sekarang sudah tidak apa-apa, jadi jangan coba sentuh aku.“
Ekspresi Gema seketika aneh. Dia bahkan belum mengangkat tangan, tapi Nalendra sudah memberi peringatan.
“Itu bukan aku,” bela Gema, tidak mau disalahkan. “Tapi, Cyteria yang melakukannya. Gadis itu bilang, lebih baik mati bersama daripada sendirian. Dia ingin menyelamatkan diri sendiri sebab tidak ada yang peduli ketika dia mati. Semua orang, hanya peduli dengan Sajani.“
“Apa maksudmu dengan kalimat, 'Ketika dia mati'? Memang Cyteria pernah mati?“
Mata Gema melirik tajam pada penanya alias Enrda. “Ribuan, bahkan jutaan kali dengan pelaku-pelaku yang sama.“
Kerutan tak hanya tercipta di dahi Enrda, tapi Nalendra juga. Kedua lelaki itu tampak kebingungan.
“'Empat Cinta, Lima Petaka' adalah karya yang kutulis. Berawal dari cinta segitiga yang mengakibatkan akhir semua binasa. Cyteria menyukaimu Enrda, kamu tahu itu, tapi kamu justru menyukai Sajani begitupun sebaliknya. Cinta kalian tumbuh dan bersemi bahagia di atas air mata darah Cyteria.
“Cyteria yang gagal mendapatkan cintamu melakukan hal nekat dengan membunuh Sajani. Uwow! Jangan berwajah garang begitu semua. Aku belum selesai.“
Nalendra mengalihkan pandang ke lain tempat, sedang Enrda tetap fokus menatap dan sepertinya menunggu kelanjutan.
“Yang merencanakan pembalasan untuk Cyteria adalah dirimu.“
“Aku?“ Enrda terkejut setelah ditunjuk oleh Gema. “Kenapa aku harus melakukan tindakan tidak terpuji seperti itu? Kalaupun, dan semoga tidak, jika ada salah satu siswa yang menjadi pelaku pembunuhan, aku akan lapor polisi alih-alih menjadi tukang jagal.“
Mustahil. Enrda kehilangan pikiran jernihnya ketika orang yang paling dicintainya, mati dibunuh oleh orang yang paling dia benci. Untuk ini Gema merespons dengan senyum meremehkan.
“Tapi, kamu menjadi psikopat gila tatkala menjadi malaikat maut untuk Cyteria. Kekejianmu sungguh mengerikan.“
Gema jadi ingat saat dia menuliskan adegan pembunuhan sadis itu. Demi mendapatkan efek realistis dan dramatis, dia bahkan memberanikan diri menonton film Thriller yang membuat lambung diaduk-aduk. Tak cukup sekali, bahkan sampai berulang kali. Dan tepat ketika selesai menulis adegan itu, Gema kehilangan nafsu makan selama dua hari. Sungguh, kala itu dia memang sedang gila. Bisa-bisanya hati nurani dibuang. Coba bayangkan, menulis tentang tubuh manusia yang dicabik hingga darahnya terciprat ke mana-mana. Bagian dalam tubuh ....
❤️❤️❤️
Komen emoji “👃”, dung. Sayangnya enggak ada hidung meler, ya. Awok. 🤣
KAMU SEDANG MEMBACA
Am I a Villain?! (TAMAT)
HumorAku, sih, yes kalau dikerubung banyak cogan, tapi BIG NO kalau dikerubung untuk dibunuh! ~Gema Nasib orang kejam pasti dapat karma. Karmanya tak main-main pula. Masuk ke novel buatan sendiri sebagai penjahat yang berakhir mati. Eh, semesta sedang b...