[Area wajib vote 🌟]
Bab 11. Berdialog
Sediakan cemilan segudang dan es teh segalon saat berdialog dengan musuhmu. Mereka kenyang, kamu aman.
###
Gema tersentak, terduduk dengan napas memburu. Buliran-buliran keringat sebesar biji kacang hijau mengalir dari dahi, meluncur turun sampai dagu. Menetes dan merembes ke baju.
"Cyteria," panggil seseorang di sampingnya. Gema langsung menoleh, matanya membelalak menyaksikan kumpulan wajah-wajah protagonis. Enrda yang memanggilnya tadi, di kiri kanan ada Eknaht dan Nalendra. Di belakang ada Ishan.
Satu hal yang mengusik pikiran Gema adalah apakah ini waktu yang paling ditakutinya? waktu kematiannya? Karena tak tampak Sajani di antara mereka. Gema segera beringsut mundur. Panik. Memegangi selimut erat-erat. Berharap kalau nanti selimut itu bisa berubah jadi perisai besi pelindung diri. Atau kalau perlu ada laser untuk melumpuhkan mereka yang ada di sini.
Gerakan tersudut, Gema tidak bisa ke mana-mana karena punggung sudah menabrak punggung kasur. Kejadian yang lagi-lagi terasa pernah dialami.
"Ka-kalian mau membunuhku?" Bibir Gema bergetar. Air matanya mengucur deras, begitu cepat bereproduksi. Rasa takut tak bisa dibendung. "A-aku tidak melakukan apa pun. Sungguh." Harapan untuk terus hidup meninggi. Dia benar-benar tak mau mati sekonyol cerita ini.
Enrda mengulurkan tangan hendak menggapai. Melihat itu Gema berteriak, "JANGAN!" dia buang muka seraya menutup mata rapat-rapat. Dapat dia rasakan bulu mata sangat basah berkat air mata yang tak kunjung berhenti keluar.
Suara lain menyerukan kekagetan, membuat Gema membuka matanya. Papa Wi ada di sini. Buru-buru Gema menyikap selimut, lompat dari kasur, nyaris terjatuh, menolak pertolongan, melewati celah antara Enrda dan Eknaht, berlari dengan sempoyongan menuju tempat teraman baginya. Papa Widagdo.
Papa Wi menangkap tubuh anaknya yang lemah. Lalu menatap nyalang pada empat laki-laki di hadapannya. "Apa yang kalian lakukan terhadap anakku?!" bentak Papa Wi. Telapak tangan beliau membekap wajah Cyteria. Ekspresi khawatir. "Ada apa, Anakku? Kamu tidak apa-apa, kan? Mereka melakukan apa padamu, Nak? Katakan, jangan takut ada Papa."
Gema tak sanggup berkata. Mulut seakan terkunci oleh lem perekat yang teramat kuat. Yang bisa gadis itu lakukan hanya menangis sesenggukan. Papa Wi mendekap lagi tubuh anaknya. "Tidak apa-apa, Anakku. Tidak apa-apa." Tak kuat melihat kesedihan.
Namun, kepedihan yang dirasa Gema mendadak sirna karena sebuah suara tanya dari arah belakang tubuhnya.
"Ada apa ini?"
Suara itu familiar. Gema menjauhkan kepala dari Papa Wi lalu memutar pandang. Sajani? Dia ada di sini?
Kebingungan menyelimuti wajah Sajani. Nampan berisi deretan cangkir minuman diturunkan perlahan ke meja di dekatnya. Matanya menatap satu per satu manusia di sini hingga berhenti di Gema.
Keduanya saling tatap, saling mengerjap, dan saling angkat dagu sebagai kata ganti tanya "Ada apa?"
Proses penjernihan pikiran menjadikan Gema tersadar. Buru-buru melepas pelukan Papa Wi seraya berpura-pura merapikan baju yang kusut. Gema mulai bersuara kembali.
"A-anu," kata Gema serak. Dia berdeham dua kali, cepat, beruntun. "Sepertinya ada kesalahpahaman, Pa." Lalu mengedar pandang ke semua orang. "A-aku. Aku tadi mimpi buruk. Tanpa kusadari terbawa ke kehidupan nyata. Maafkan aku. Maafkan aku semua." Tak berani menatap lagi dan lebih memilih menunduk. Teramat malu karena telah berburuk sangka.
🌟🌟🌟
Bismillah
Jadwal update mulai hari ini:
✅ Wattpad: Selasa & Sabtu
✔️Karyakarsa: Setiap hariBagi akak-akak yang enggak sabar nunggu lanjutan AIAV bisa jajan ke Karyakarsa. Murah meriah, semurah jajan kerupuk kriuk-kriuk.
Eh, eh tapi tenang. Di wattpad akan terus tayang sampai tamat, kok. Jadi jangan khawatir akak-akak cantik dan tampan.
*Salam bahagia selalu*
Kalau ada yang ingin ditanyakan langsung ketik di kolom komentar. Terima kasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Am I a Villain?! (TAMAT)
HumorAku, sih, yes kalau dikerubung banyak cogan, tapi BIG NO kalau dikerubung untuk dibunuh! ~Gema Nasib orang kejam pasti dapat karma. Karmanya tak main-main pula. Masuk ke novel buatan sendiri sebagai penjahat yang berakhir mati. Eh, semesta sedang b...