13B

285 40 4
                                    

🌟🌟🌟

"

Jadi tolong coba pahami anak itu, Cy. Jika kamu ingin menyalahkan, maka salahkan aku yang membuatnya jadi seperti ini."

Cyteria tak lagi berucap. Sosoknya seperti menghilang untuk beberapa waktu dari tubuh ini.

Eknaht menoyor Gema, membuat gadis itu menyadari bahwa tak terdengar lagi suara dari luar.

"Aku cek dulu. Sst! Jangan mengeluarkan suara apa pun. Kita akan bertemu di lapangan voli untuk bicara." Gadis itu tak membutuhkan persetujuan. Dia pelan membuka pintu, mengintip sekilas. Dirasa aman, kakinya melipir keluar dari toilet wanita. Meninggalkan Eknaht yang masih berdiri diam. Begitu mendengar suara Cyteria yang berkata, "Wah! Indahnya dunia! Damai, aman, aman! Keluarlah wahai bau. Oh, halo. Kamu mau masuk? Jangan, masih bau. Sepertinya tadi ada siswi yang sakit perut. Ke toilet dekat IPS Lima aja, tidak bau."

Riuh rendah seperti menggerutu sebagai balasan. Gema menambahkan lagi, "Baiklah waktunya ke lapangan voli. Let's go!"

Sulit untuk mengartikan raut wajah Eknaht yang konstan mencureng. Lelaki itu keluar tanpa peduli dengan keadaan sekitar. Seperti bodoh amat dengan yang namanya jaga image. Namun, untungnya memang aman, tidak ada seorang pun di depan toilet wanita.

Begitu sampai, alih-alih Gema yang menghadapi Eknaht justru Cyteria-lah yang mengambil alih tubuh ini. Gema dalam benak berteriak dan memohon Cyteria untuk tidak berbuat sesuatu yang merugikan mereka.

Cyteria tidak tahan di-bully. Saat keberadaan Eknaht sudah ada di belakangnya, gadis itu langsung berputar badan dan menampar Eknaht tepat di pipi kiri. Lalu berkata, "Jika kamu menganggap semua wanita sama dengan ibumu, maka itulah yang terjadi. Aku akan membalasnya. Tapi, jika kamu menganggap ada wanita yang baik seperti Sajani, maka ini yang akan terjadi." Cyteria mengembangkan tangan dan seketika memeluk Eknaht. Pekikan tertahan keluar dari mulut Gema. Sementara Eknaht membelalakkan mata dengan tubuh kaku bak es batu.

Cyteria berbisik di dekat telinga Eknaht, "Cobalah beri aku kepercayaan barang sedikit saja. Karena ketika aku bilang berdamai maka artinya memang perdamaian." Gadis itu melepas pelukan dan menjauh untuk sekedar memperhatikan ekspresi. Cyteria kembali ke batin, dan ganti posisi dengan Gema.

Gema yang bisa menggerakkan badan, langsung berlari meninggalkan Eknaht tanpa mau bersusah payah menjelaskan keadaan. Jauh-jauh dari calon pembunuh diri lebih aman untuk sekarang ini.

Entahlah ke mana kaki mengayun. Gema menyerahkan saja segalanya pada sebuah kalimat, "Yang penting berlari sejauh mungkin!"

Sampai tenaga menipis, barulah Gema berhenti, terduduk kencang, meraup udara dengan rakus.

"Kenapa kamu melakukannya?" Gema memukul-mukul tanah, merengek sejadi-jadinya. Menggigit karet gelang di tangan. "Kita akan cepat mati kalau begini!"

Bayangan tentang wajah Eknaht seperti hantu gentayangan yang mengusik otak. Ekspresi melotot dan tangan terkepal di setiap sisi tubuh. Mengerikan. Sepertinya lelaki itu menahan untuk menyerang karena tadi banyak orang. Gema merinding kalau kejadian dicekik harus kembali terjadi.

"Gema, Gema." Cyteria mencela lelah. Tak tahu situasi memang. "Kukira kamu orang dewasa, ternyata cuma umurnya yang tua. Ingat! Orang baik itu bukan berarti orang yang lemah hingga iya-iya diperlakukan hina. Aku memang penjahat di zaman dulu, dan aku tidak suka orang lemah. Mereka adalah sasaran empuk untuk dirundung. Sampai sini kamu paham?"

"Tidak! Aku tidak mau paham. Kita ini sedang diancam oleh plot dunia ini. Aku tidak mau merasakan mati. Rasa disaat oksigen mendadak hilang masih sangat terasa nyata di otakku, Cyteria!" Gema tak bisa lagi menahan kekesalannya. Sudah repot-repot menjadi baik, tapi malah dengan mudah dirusak oleh wanita bar-bar pemilik tubuh ini.

Cyteria dalam diri mendesah. "Kalau begitu nanti kita minta Papa untuk menyewa body guard. Sekarang mungkin bisa karena ada dirimu, jadi plotnya bisa diubah. Kita tidak lagi terikat dengan kausal yang dibuat demi menjaga jalan cerita sesuai jalur yang semestinya."

"Apa benar bisa seperti itu?" Gema masih belum bisa percaya.

"Kita jalani saja dulu. Bukannya kamu ingin mengubah akhir tragis menjadi bahagia? Kenapa sekarang malah ragu akan hal itu?"

Tidak tahu. Gema tidak bisa berpikir. Ancaman akan dibunuh meningkat disesuaikan dengan aksi nekat tadi.

🌟🌟🌟

Terganggu IKLAN wattpad?

Penasaran dengan kelanjutan ceritanya?

Bisa mampir ke Karyakarsa (Shimajiwanta)

Dijamin tidak akan ada iklan dan bisa maraton baca. Aseg.

🥰🥰🥰

Am I a Villain?! (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang