34 C

59 13 0
                                    

Jangan lupa vote, kawan. Vote itu gratis, kok, dan pula enggak menyederaj jempolmu 😌

***

“Aku membencimu, Nalendra.“ Tetiba Cyteria bersuara.

“Apa yang kamu lakukan? Bukan waktunya memikirkan hal itu. Biarkan aku berkonsentrasi, Cyteria,“ hardik Gema.

“Aku sangat, sangat, SANGAT membencimu, Nalendra!“

“Aku mohon, Cyteria. Stop! Ini bukan waktunya.“

Cyteria mengambil alih tubuh. Entah apa maunya. Gadis itu memilih berbalik dan duduk di tangga, lantas melihat ke arah Nalendra. Senyum ejek terukir di wajah cantiknya.

“Aku Cyteria. Gadis yang kamu benci sejak lama. Sementara tadi adalah Gema. Wanita itu jujur, tapi kenapa kalian terus saja tidak mempercayainya?“

Dibayangan remang, tampak kerutan di dahi lawan bicara. Nalendra terlihat tidak suka.

“Aku pernah mengatakan, kenapa kamu tidak memacari Sajani karena dia adalah gadis yang kamu sukai, kan? Tapi jawabanmu malah mengancamku.“

Cyteria, please! Astaga!“ Gema kalang kabut dengan perilaku Cyteria yang sulit dikendalikan. “Aku mohon, berhentilah.“

“Aku hanya ingin meluruskan sesuatu karena aku sangat muak dengan sikap serta sifat palsu lelaki itu.“

Ya ampun. Gema sungguh ingin memukul kepala Cyteria saat ini juga, agar gadis itu sadar akan situasi yang melanda. Bukan saatnya untuk bermain-main.

“Aku membencimu, NA-LEN-DRA. Tidak ada kata tertarik untuk kalian semua, termasuk kepada Enrda. Aku membenci kalian semua.“

Sunyi untuk beberapa saat. Hanya terdengar deru napas keduanya, serta lamat-lamat teriakan panik dari luar, yang jaraknya kemungkinan jauh.

Cyteria, cukup!“ Gema teramat frustraasi.

“Belum. Aku mau menambahkan. Kamu, Nalendra, bisa saja memacari Sajani karena kalian bukan saudara kandung. Bukankah kamu sudah tahu itu? Dan tentunya kamu juga tahu status Sajani sebenarnya untuk Papa Wi-ku.“

Ekspresi Nalendra sulit terbaca. Dia diam saja.

“Jadi jangan pernah lagi menatapku dengan tatapan seolah memuja, padahal kenyataanya kamu tengah menunggu waktu yang tepat menghunuskan pedang ke jantungku.“

Semburan napas dari hidung terdengar berat. Nalendra berusaha bangkit. Dengan langkah senyap lagi pelan, lelaki itu mendekati Cyteria. Jejak darah tercipta seiring tetesan dari tangannya.

“Apa maumu?“ tanyanya serupa bisikan.

“Aku sudah mengatakannya.“ Detik itu juga, Cyteria berdiri dan menyambar buku yang diinginkan. Rasa sakit menjalar bagai hantaman, tapi dia kuatkan.

“Cyteria!“ Nalendra bergegas merangkak naik.

“Diam di sana!“ Cyteria meringis menahan kesakitan. “Sekarang, Gema!“

Buku terbuka, kilau cahaya menyerang mata, membuka memori yang terasa usang di kepala.

Kesatria, si tokoh utama berderap cepat bersama kedua sahabatnya. Senjata laras panjang setia tertodong, siap menembak para pengikut MaJo yang menyerang. Suasana gelap dengan cahaya yang hanya berasal dari senter satu-satunya yang tersisa.

Kesatria memberi kode kepada salah satu sahabatnya dengan anggukan untuk membuka pintu di depannya.

Tepat ketika pintu berderit terbuka, debu yang sangat tebal keluar dari celahnya. Serempak ketiganya menutup hidung dengan lengan berbalut baju.

Selepas debu dirasa berkurang intensitasnya, barulah ketiganya masuk secara bergantian. Lagi-lagi Kesatria memberi kode dengan anggukan, tapi semua langsung paham dan berpencar.

Satu ke kanan, satu ke kiri, sementara Kesatria lurus ke depan.

Gema tidak yakin di mana para tokoh itu sebenarnya berada. Butuh informasi tambahan.

Kesatria melompati bangku dan mendarat di kursi sebelahnya, meninggalkan jejak sepatu saking berdebunya. Terdengar pula hewan pengerat. Moncong senjata terbebat oleh sarang laba-laba. Sepertinya tempat ini memang bukan tempat yang biasa digunakan.

Sahabatnya yang berada di area kiri terbatuk tatkala menyibak bendera merah putih yang mengibar di tiang pendek. Biasanya bendera itu diletakkan di samping meja guru saat mengajar di kelas. Sayangnya, sekarang tidak dipakai mengingat lebih efisien menaruh bendera di dinding saja.

Salah satu sahabat yang lain, tiba-tiba berseru. “Aku menemukannya!“

Kesatria bersegera menuju almari kayu yang sudah lapuk di bagian bawahnya.

Tunggu! Sepertinya Gema tahu tempat apa ini.

***

Am I a Villain?! (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang