10 A

412 53 2
                                    

Afa kabhar semuah? Awakh lamah takh muncuhl. Dah hitu bahe. Selahmat membahca. (Ini lagi makan kepanasan ceritanya. 🤣🤣🤣)

***

Cobalah untuk dekati musuhmu. Mungkin saja kalian bisa jadi teman di balik bakwan.

###

Pak US  yang dimaksud Cyteria adalah Uzumaki Slamet. Pria berumur 40 tahun dengan cambang panjang di setiap sisi wajah layaknya ada jalur rambut untuk kutu jika ingin berjalan-jalan ke pipinya.

Sebenarnya Gema hendak mencari Pak US, tapi berhubung mereka bertemu di tangga, langsung saja gadis itu mengutarakan permintaan.

Bermodal duduk rileks di atas sofa kamar, Gema menunggu datangnya pesanan. Tidak sampai dua menit, Slamet datang membawa ponsel dengan merek Anggrek Hitam. Dia serahkan benda itu dengan sedikit menekuk lutut, mempersilakan.

"Ada yang lain, Nona?" tawar Slamet begitu sopan.

"Tidak ada, Pak."

Slamet memandang Cyteria lekat, seakan ada sesuatu yang aneh di wajah cantik itu. "Nona. Apa Nona lupa?" Nada terkejut begitu kentara.

Gema mengerjap. Bingung mengisi otak. "Lupa apa, Pak?" Dia benar-benar tak paham.

Tak dinyana, Slamet langsung jatuh berlutut seraya menggarung. Membuat kaget Gema.

Terburu, Gema ikut mensejajarkan diri. "Ke-kenapa, Pak? Ada yang sakit? Di mana?"

Bukannya mereda, justru semakin kencang tangisan. Gema semakin pusing jadinya. Dia tak tahu harus berbuat apa. Lantas bertanya pada Cyteria. "Kenapa dengan Pak Slamet, Cy? Beliau habis kalah lotre, ya?"

"Bukan." Cyteria menampik santai.

"Lantas?"

"Beliau hanya tidak suka dipanggil 'Pak'."

Gema tercengang. Informasi yang aneh. Kalau dipikir-pikir sepertinya Gema tidak membuat sifat seperti itu untuk Slamet. Apa iya, ya? Benar-benar, dasar otak! Tapi memang begitulah kerja otak. Menyimpan informasi yang menurut diri penting, dan akan membuang atau melupakan informasi yang dirasa tak dibutuhkan.

"Maaf, Slamet. Aku lupa karena sedang sibuk memikirkan hal lain," ucap Gema. Ajaibnya setelah mendengar hal itu, Slamet menghentikan raungan dan memasang wajah biasa. Mengejutkan bagi Gema.

Slamet berdiri. Menghempas beberapa debu di kain celana. Dan dengan tersenyum dia berkata, "Kalau begitu saya permisi dulu, Nona." Dia membungkuk sekilas, balik badan kemudian berjalan keluar.

Satu kata dipikiran Gema: unik.

Ya, sudahlah. Saatnya melakukan tindakan menelepon yang seharusnya sudah dilakukan sejak tadi. Layar ponsel terus digulir ke bawah mencari kotak nama Sajani. Tapi ....

"Kamu beri nama apa Sajani di sini?" tanya Gema dengan masih sibuk mencari.

"Sejak kapan sepasang musuh memiliki nomor ponsel satu sama lain? Ilmu dari mana, tuh?"

"Ah, benar juga." Gema sungkan. "Kalau begitu aku tanya Enrda saja."

"Jangan." Cyteria seketika menghentikan. "Memang kamu ingin dicurigai akan melakukan sesuatu pada Sajani?"

Benar juga. Masalah tadi saja mengurangi kepercayaan Enrda pada diri, apalagi nanti jika Gema menanyakan tentang nomor Sajani? Bisa-bisa acara pembunuhan dirinya akan berjalan lebih cepat dari alur asli.

Gema termenung, menopang dagu. Memandang pantulan wajah Cyteria di layar ponsel. Ekspresi jelas kalau itu dirinya.

"Kamu tidak punya solusi, Cy?" Akhirnya Gema bertanya juga.

Cyteria menggeleng. Gema merasakan gerakan yang tak dikendalikan pikirannya. Asli, sebenarnya itu mengerikan. Bisa saja nanti Cyteria yang mengontrol seluruh tubuh ini, sedang Gema hanya jadi penonton setia tukang komentar. Bagaimana kalau memang itu terjadi? Akankah alur dibunuh pasti terjadi?

Kembali Cyteria berkata, "Kenapa tidak coba  kamu cari di media sosial? Menghubungi lewat direct message, mungkin?"

Kenapa tidak kepikiran? Betul juga. Segera Gema membuka aplikasi ShimaRI, aplikasi buatan dalam Negeri yang memungkinkan pengguna saling berinteraksi dengan seluruh penghuni Bumi dalam bentuk teks maksimal 321 karakter. Ada translate berupa suara dalam berbagai bahasa.

Gema mengetik nama Sajani di bagian kolom pencarian. Langsung ketemu. Yakin benar itu milik Sajani karena ada fotonya. Postingan terakhir tadi sore.

[Ketika tertidur dia bagaikan Tuan Putri, tapi ketika dia bangun .... Maaf aku tidak bisa mengatakannya.]

Itu jelas sindiran untuk Cyteria. Siapa lagi perempuan yang tidur di rumah Sajani tadi sore?

"Dia lupa menambah kalimat," komentar Cyteria, "Karena tinjuku yang lembut sampai bisa merontokkan tulang, dia tertidur." Ditutup tawa sinis, tak kalah ejek.

Gema merasakan amarah membakar dalam dada. Setiap tetes darah memanas di seluruh nadi.

"Sabar, Cy. Jangan marah. Ingat, kita sedang berjuang melawan alur dibunuh. Sabar." Gema mencoba menenangkan. Dia hanya takut kalau Cyteria akan berubah lagi jadi penjahat.

***

To be Lanjut

***

Yuk vote. Aseg kali
Karya ini juga bisa dinikmati lebih cepat di Karyakarsa

🌟🌟🌟🌟🌟🌟

🌟🌟🌟🌟🌟🌟

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Am I a Villain?! (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang