19 B

198 28 5
                                    

Sebagai apresiasi kaum Buahaha yang setia pantengin AIAV dan tak pernah absen vote, Shima double up. 😚😚

Selamat membaca

***

Sajani meremas ujung roknya, hingga tercipta kusut di sana. Gadis itu agaknya masih memikirkan dan mungkin mencocokkan dengan data lama. Mungkin pula ada perdebatan batin: Percaya atau tidak pada Cyteria.

"Jika kamu masih kurang bukti, maka nanti aku akan membuktikannya." Gema berucap kembali. "Aku akan membicarakan pembatalan pertunangan langsung ke Pak Enrda. Apa perlu sekarang? Baiklah, aku akan ke ruang guru detik ini juga." Gema bangkit, melangkah pasti menuju pintu. Tak dinyana, dia langsung bertatap muka dengan Enrda yang berjalan melewati kelasnya.

"Memang sudah bel, ya?" Kepala Gema menengok ke kanan kiri memastikan. Melihat tak ada murid keluar dan bercengkrama di depan kelas masing-masing, berarti memang sudah bel.

Gema tidak punya waktu. Dia kejar Enrda sebelum lelaki itu memasuki kelas yang dituju.

"Pak!" panggil Gema dengan berlari lalu menghadang.

Langkah Enrda terhenti. Kacamatanya bertengger rapi di atas hidung. Beberapa helai poni tidak lagi menutupi kening. Penampilan baru. Lebih fresh dan dewasa.

"Saya mau bicara, Pak."

"Kamu tidak dengar bel berbunyi? Sekarang kembali ke kelas dan jadilah murid teladan." Hendak melangkah maju, urung dan malah bertanya, "Buat apa kamu ingin menyewa pengawal pribadi? Ingin memamerkan status sosial?"

Pertanyaan yang tak disangka-sangka. Gema mengerjap. Bagaimana orang ini ... ah, iya. Pasti Enrda tahu dari Papa Wi. Pasti setelah Gema meminta hal itu pada Papa, beliau langsung menelepon Enrda untuk meminta pendapat.

"Tidak. Saya meminta pengawal pribadi pada papa untuk melindungi saya dari orang-orang yang berniat jahat."

"Anak SMA biasa sepertimu butuh perlindungan?" Itu bukan benar-benar pertanyaan, tapi lebih mengarah ke meremehkan.

"Tentu saja. Bapak pikir kejahatan jalanan saat saya pulang sekolah tidaklah berbahaya? Oh, todak begundrang, Pak GuruH." Apalagi penjahatnya ada di sekolah.

Enrda konsisten dengan ekspresi dingin. Andai kata dia adalah kulkas, lumayan bisa dimasukkan air lalu jadilah es batu. Bisalah dijual Gema di kantin.

Gema seketika sadar. "Maaf tidak sopan."

Terdengar embusan napas Enrda yang keras dari dua lubang hidungnya. "Kalau begitu pulang denganku." Setelah mengatakan hal itu, Enrda melanjutkan langkah, meninggalkan Gema yang mendadak jadi patung penunggu sekolah.

Bulu mata gadis itu mengibas cepat tanpa diminta. Masih tidak percaya dengan apa yang didengar telinga. Atau mungkin ada hewan yang menyusup lalu membisikkan kata-kata itu hingga menggantikan kalimat sebenarnya yang terucap Enrda?

"Jangan terlalu percaya diri." Cyteria menampakkan diri di benak. "Bukankah memang kita akan pulang bersamanya untuk fitting gaun pertunangan?"

Ingatan Gema menayangkan percakapan beberapa hari lalu antara dirinya dan Enrda di dalam mobil. Benar, hari inilah hari yang dijanjikan. Itu berarti pertunangannya .... Gema tepuk kepala, mengacak rambut. Kalau begini waktunya untuk membatalkan pertunangan semakin sedikit.

Gema kembali ke kelas dengan lesuh. Bu Mika menanyakan kenapa Cyteria terlambat masuk. Karena tidak memiliki alasan kuat, gadis itu mendapat hukuman membuat artikel sejarah kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dikumpulkan selambat-lambatnya satu minggu dari sekarang.

Pasrah. Gema pasrah sudah. Otaknya mengepul karena kepanasan menerima ujian hidup yang susah sekali dilewati dengan selamat.

Seperti seharusnya, Sajani dan kawanannya tidak peduli dengan keberadaan Cyteria.

"Mereka hanya sekumpulan anak manja yang memaksa suatu keinginan untuk didapat dengan instan. Dasar anak muda."

Geli sendiri mendengar celaan Cyteria. Gema menerangkan kalau cemohan itu lebih cocok untuk Cyteria.

"Itu kan dulu. Sekarang tidak. Aku berjuang sama kamu untuk mengubah jalan cerita busuk ini."

Kalau yang satu itu agak mencubit perasaan Gema.  Bagaimanapun juga cerita ini dibuat oleh otak dan tangannya sendiri.

Gema hanya menunggu bel pulang. Kali ini dia harus berhasil menyampaikan pembatalan. Jadi begitu waktunya tiba, gadis itu menerjang keluar ruang kelas, berlari menuruni tangga alih-alih menggunakan lift menuju tempat parkir. Tidak jadi. Lebih baik cari aman. Jika menunggu Enrda di parkiran, pria itu pasti marah. Jadi lebih baik menunggu di tempat biasanya Cyteria diturunkan.

Kira-kira dua puluh menit saat tak tampak lagi gerombolan anak SMA serta bisingnya yang mengalahkan pasar pecah, Enrda muncul dengan mobil dan menepikan tepat di samping Gema.

"Masuk," katanya. Singkat, padat, dan dingin.

🌟🌟🌟

Semangat selalu semua. Jangan menyerah untuk apa yang sedang kalian perjuangkan.

Jika sedih, tengok aja karya Shima. Ekekek

Lebih bagus lagi tengok di Karyakarsa. Ada harga spesial kayak martabak pakai daging. Jiahaha

Am I a Villain?! (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang