Double update sebagai permintaan Shima juga karena hari Sabtu malah absen up. Maaf-maaf ಥ‿ಥ
***
"Jadi, ada apa kamu ke sini?"
Ishan tak langsung menjawab. Sembari duduk dia merogoh sesuatu dari dalam tas. Keluar kantong kresek hitam, lalu dibukanya ikatan.
"Aku tidak ingin membahas tentang UKS." Sapu tangan disodorkan begitu saja. Gema tahu itu milik Cyteria karena ada inisial C dengan bordiran tiga mawar serta daunnya. "Yang ingin aku bahas adalah mengenai pembuktian bahwa kamu sudah berubah."
Sapu tangan itu masih lembap. Gema tak jadi memasukkannya ke kantong rok. "Bukti apa yang kamu inginkan?" Ikut duduk daripada lelah berdiri.
Ishan tersenyum sinis. Mulai mengikat rambutnya. Sudah ahli. Rapi tidak ada rambut yang keluar dan mencuat serampangan.
"Buat adikku Sajani berkencan dengan Pak Enrda."
Ternyata menyuruh jadi mak comblang.
"Itu mudah."
"Aku belum selesai."
Saat mata mereka bertemu, Gema menangkap tahi lalat kecil di sudut mata Ishan.
"Amazing. Detail tahi lalat itu ada di sana. Padahal aku menulisnya asal-asalan waktu itu." Memuji diri sendiri adalah yang terbaik memang. Gema sampai lupa bahwa raut wajah Ishan berubah dingin, lebih dingin tepatnya.
"Maksudmu apa dengan tahi lalatku?"
Bagai murid ketahuan mencontek, Gema tertegun. Otak kosong.
Tiga, dua, satu. Gema sadar. Dia membekap mulut.
"Astaga. Apa aku tadi keceplosan, Cy? Kupikir tadi berbicara dalam hati."
"Dan rasakan semua karma." Lagi-lagi respons Cyteria adalah bernyanyi berlirik ejek. Kurang ajar!
Mendapat pertanyaan itu dari Ishan, Gema harus cepat menjelaskan. "Ah, maaf. Kemarin aku menulis sesuatu tentang pria idaman. Dan aku menuliskan tentang tahi lalat kecil seperti punya ... mu. Bukan-bukan. Jangan salah paham. Ini hanya kebetulan. Tidak perlu menutupinya." Gema panik.
Pembicaraan yang melantur malah menambah masalah.Ishan tetap konsisten menutupi tahi lalatnya. Tajam pandangan lelaki itu menusukkan hawa dingin ke sekeliling Gema.
"Baiklah-baiklah, lanjutkan ucapanmu saja. Bukannya tadi kamu bilang belum selesai?" Sudahlah. Gema pasrah. Terlanjur salah paham mau bagaimana lagi?
Ishan mendengkus. Kali ini, menutupi tahi lalatnya dengan biskuit yang langsung comot dari piring. Gema sekuat tenaga menahan tawa. Sedang Cyteria, bebas terkekeh brutal.
"Aduh. Bagaimanapun juga, Ishan memang masih anak remaja labil. Kelakuan pun pasti kadang kala akan kekanakan." Pemikiran orang dewasa dalam diri Gema membenarkan hal yang terjadi. "Jadi apa?"
"Aku minta kencan itu dilakukan malam ini."
"Bukannya itu terlalu mendadak?"
Seringai terbit di bibir Ishan. "Jika kamu tidak bisa melakukan hal itu, berarti kamu tidak berubah. Jangan meminta kepercayaanku kalau begitu. Kita tetap musuh. Tidak ada bendera putih."
Bocah kecil bermain ancaman. Gema tidak bisa menyanggah ataupun memarahi. Gadis itu mendesah.
"Di mana? Kamu maunya Sajani dengan Enrda berkencan di mana? Biar aku cari alasan untuk mengajak Enrda."
"Di taman kunang-kunang. Jam tujuh malam tepat. Dilarang terlambat."
"Apa-apaan dilarang telat?!" Cyteria menggerutu. "Anak ini tidak tahu macet atau apa? Bilang, Gem, kalau tanggal-tanggal seperti ini taman kunang-kunang dipadati pengunjung. Bilang juga kalau aku sudah pernah ke sana bersama Papa."
Gema menelaah sejenak tentang taman kunang-kunang. Kalau tidak salah, taman itu berdekatan dengan pemakaman. Dempet. Dia jadi ngeri jika harus berada di taman itu.
"Begini. Taman itu terlampau ramai di malam hari. Apa kamu yakin ingin mengadakan kencan di sana?"
"Tanggapan ini kuanggap penolakan. Baiklah, aku pergi kalau begitu."
Cepat Gema tambahkan. "Suasana kencan yang romantis itu haruslah minim orang. Memang kamu mau, ketika Sajani ingin meraih tangan Enrda, dia kepergok orang lain. Lalu terjadilah tontonan memalukan di mana Sajani disoraki masal. Mau seperti itu?" Bumbu penyedap dalam hal menakut-nakuti sedikit ampuh untuk menggoyahkan keras kepalanya Ishan.
Ishan diam berpikir, tidak jadi beranjak. "Usulmu?"
Umpan dimakan. Gema bersorak dalam hati. Namun seketika redup karena tidak memiliki opsi lain untuk disarankan. Gema hanya berpikir akan ada penampakan jika mereka tetap ke taman kunang-kunang.
"Cy, kamu punya rekomendasi?"
Cyteria bergumam, sepertinya sedang berpikir juga. Tapi ujungnya dia menggeleng, yang justru ditangkap oleh Ishan.
"Kamu berani menolak usulanku, tapi tidak memiliki usulan lain."
Gema tersekat. Lalu menyemburkan napas. "Maaf. Baiklah taman itu saja."
"Tidak bisa," tolak Ishan. "Kamu bilang terlalu ramai. Kita harus cari taman yang sepi, tetapi memiliki view yang menarik."
To be Lanjut
***
Dasar Ishan memang plin-plan ༎ຶ‿༎ຶ
Yuhuuu karya ini bisa dibaca banget di Karyakarsa. Bebas iklan, anti ribet, full pula bab nya. Ada potongan harga menarik jika memilih paket huemat.
Oh, iyes, cuma mau ucapin, semoga bahagia setelah membaca karya Shima (^3^♪
KAMU SEDANG MEMBACA
Am I a Villain?! (TAMAT)
HumorAku, sih, yes kalau dikerubung banyak cogan, tapi BIG NO kalau dikerubung untuk dibunuh! ~Gema Nasib orang kejam pasti dapat karma. Karmanya tak main-main pula. Masuk ke novel buatan sendiri sebagai penjahat yang berakhir mati. Eh, semesta sedang b...