22 A

180 27 0
                                    

Bab 22 Pesta Pertunangan

Danger itu artinya bahaya
Kalau Dinger itu makan bersama
dan yang traktir kamu
Iya kamu

***

Dua hari beralasan sakit kepala dan dengan itu tidak perlu masuk sekolah, Gema memilih menghindari dulu para protagonis demi kedamaian jiwa. Bagaimanapun juga berada di sekitar mereka setelah tahu bahwa pertunangan tidak bisa dibatalkan, hanya akan menambah nestapa.

Nalendra, khususnya, sangat berbahaya. Lelaki itu bisa memprediksi kalau Cyteria tidak bisa memenuhi janji untuk Sajani. Apalagi setelah gadis itu mengemukakan sebuah rahasia terbesarnya, dia langsung menampilkan wajah mengeras, tidak suka. Lalu detik kemudian justru tertawa.

Gema sudah was-was. Takut kalau-kalau Nalendra akan berbuat nekat dengan melemparkan gadis itu ke sungai, mengingat mereka hanya berdua, di tempat sepi, tanpa adanya CCTV. Cocok jadi TKP (Tempat Kasih Pelajaran).

"Candaanmu sangat mengerikan, Cyteria," kata Nalendra setelah tawanya reda. Dia memasukkan kedua tangan ke saku jaket. "Semakin malam udara semakin dingin. Tahu kenapa?"

"Karena tidak ada matahari."

"Nah, karena kamu tahu itu, harusnya kamu lebih waspada."

Cyteria menoleh dan kebagian punggung Nalendra yang menjauh pergi.

"Aku pulang dulu." Lelaki itu berbalik dan berjalan mundur. "Hati-hati banyak hantu gentayangan." Lantas menyeringai, putar badan, dan lari pergi.

Kembali ke masa sekarang. Hari H pertunangan. Gema sudah duduk di depan meja rias dengan Mbak-mbak make up yang sibuk memoles sana-sini wajah gadis itu. Katanya natural make up.

Pengerjaannya ternyata lama. Gema tidak tahu kalau merias wajah membutuhkan waktu yang tak singkat. Maklum, dia jarang merias diri. Paling sering hanya bedakan. Soal lipstik, jangan tanya. Dari awal beli sampai melampaui tanggal kadaluarsa, pemakaiannya bisa dihitung jari. Itupun karena dipaksa pakai oleh ayah.

"Bagaimana, Nona, apa Anda suka?" Si perias memberi isyarat bahwa pekerjaannya telah selesai.

Gema deg-degan sekaligus antusias untuk melihat hasilnya.

"Bagaimana, Cy?" tanya Gema, masih belum berani membuka mata.

"Cantiklah, ini wajahku. Tapi kamu mungkin akan kaget ketika membuka mata."

Gema langsung membuka kelopak mata. Detik itu juga tertangkaplah sosok semengerikan jelangkung pakai renda. Itu Nalendra. Sedang apa dia di sini?! Kenapa dia ada di rumah Cyteria di waktu yang salah?

Lelaki itu mendekat, bersedekap, dan melirik pada tukang rias. "Bisa beri waktu kami bicara empat mata?"

Si perias tampak enggan, tapi mungkin karena tatapan Nalendra yang persis banteng terkena ayan, wanita itu pergi undur diri. "Kalau begitu saya permisi untuk mengambil gaunnya."

Gaun pertunangan Cyteria sudah ada di dekat mereka. Jadi alasan itu sangat tidak relevan. Tapi ya, mungkin karena merasa terintimidasi, perias itu jadi berpikiran pendek dengan asumsi yang penting kabur.

"Jadi sekarang," Nalendra menyandar di tepian meja. "Jelaskan padaku tentang situasi ini, Cyteria." Dia menekan nama Cyteria.

"Dih, dia berlagak bagai kekasih yang tengah marah karena diselingkuhi. Najis!"

Wajah cantik terpoles di kaca tidak begitu menakjubkan sekarang. Jantung Gema memang bergemuruh nyaris gila, tapi bukan perkara terpesona melainkan karena penyebab ketakutannya terjadi juga. Nalendra sekarang ada di sini, tak mungkin Gema bisa mengarang cerita.

Mau dikata apa lagi, Gema sudah tertangkap basah. Lebih baik berkata jujur saja. "Ini pesta pertunangan. Ya, aku tahu kamu, Sajani, dan lainnya pasti marah. Tapi biar aku sedikit menceritakan detailnya kenapa bisa gagal membatalkan."

🌟🌟🌟

Sesuai janji double up. Jangan lupa vote ayang-ayang reader-ku

Cerita ini bisa dibaca lebih cepat di Karyakarsa 😚

Am I a Villain?! (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang