“KENAPA, SIH, GEM?!" Perkara pemberontakan itu juga, tangan Cyteria mundur ke belakang. Ketika dia kehilangan keseimbangan dan hendak jatuh, tangan Nalendra sigap mencegah.
"Jangan mencoba membungkam mulutku! Aku muak dibenci, Gema." Suara Cyteria melemah di akhir. "Aku hanya butuh Enrda. Membenci Sajani sampai ke tulang-tulang itu juga perkara Enrda. Tapi kenapa mereka semua terus menyalahkanku? Kenapa tidak pernah menyalahkan Enrda atau Sajani?"
Gema bisa merasakan sesak yang dirasakan Cyteria. Bersalah, terpuruk, lelah menumpuk jadi satu.
"Aku ingin dicintai." Aliran air mata merembes keluar. Cyteria terisak.
Gema menunduk. "Salahkan saja aku, Cyteria. Ini semua salahku, bukan anak-anak itu."
"Apa maksudmu?"
Pertanyaan itu sukses membuat Gema mendongak dan melotot. Pertanyaan yang berasal dari bibir lelaki di hadapannya.
"Siapa Gema?" lanjut Nalendra. "Dan kenapa kamu meminta maaf pada Cyteria seolah kamu bukan dirinya?"
Degup jantung Gema mengalahkan pompa air yang bekerja maksimal. Sudah akan meledak.
Di saat seperti itu, Cyteria memerankan tokoh bak pahlawan. Menjadi tameng bagi Gema untuk menjelaskan situasi. Dia hapus air mata kasar.
"Biarkan aku jelaskan sedikit," kata Cyteria seraya melepas genggaman tangan Nalendra. Gadis itu menduduki kursinya lagi. Ingus terasa mengganggu pernapasan. "Mungkin kamu tidak akan percaya setelah mendengarnya. Tapi yang jelas, aku bukan pembual." Mata Cyteria yang masih memerah, menatap Nalendra tajam.
Nalendra menyeret kursi yang tadi dia duduki. Kali ini mereka berhadapan. Lelaki itu tampak sudah siap mendengarkan.
Sebelum suara Cyteria yang muncul, Gema meminta kesempatan agar dia sendiri yang menjelaskan siapa dia. Itu lebih baik daripada Cyteria yang berbicara.
Gema sudah siap setelah menyemburkan napas. "Baiklah."
Cyteria mempersilakan Gema mengambil alih tubuh. Perubahan tak banyak terjadi saat peralihan, kecuali wajah sombong berubah melas.
"Akan aku mulai dengan perkenalan diri." Lagi, Gema menarik napas untuk menenangkan jiwanya. Kemudian mengembuskan secara perlahan. "Namaku Gema Gemintang Putri, penulis cerita ini."
Ketika Gema curi-curi pandang ke Nalendra, lelaki itu merespons dengan wajah menyimak. Tidak ada gelombang di atas alis, layaknya seseorang yang bingung dengan keadaan ini.
"Kamu, Cyteria, Enrda, Ishan, Eknaht, maupun Sajani adalah karakter-karakter yang kubuat dalam cerita berjudul 'Empat Cinta, Lima Petaka.' Tapi entah mengapa jalan cerita ini berubah. Aku tidak pernah menuliskan alur horor seperti sekarang. Jadi, jangan tanya padaku tentang solusi keluar dari situasi ini."
Gema memberi waktu henti. Melihat lagi ekpresi apa yang ditampilkan Nalendra. Tapi agaknya lelaki itu konsisten dengan wajah datarnya.
"Aku tahu kamu pasti berpikir, 'It doesn't make any sense'. Tapi ini adalah kenyataannya."
"You talking too much," potong Nalendra geram. "Dan karenamu waktuku terbuang percuma." Dia bangkit terlalu keras. Sepertinya sengaja. Karena kursi takkan terguling hanya karena dia berdiri. "Seharusnya aku tidak peduli jika kamu berubah gila. Seharunya aku pergi mencari Kak Sajani sekarang juga."
Memang akan sangat sulit diterima akal. Jadi wajar jika reaksi Nalendra begitu. Bukti diperlukan untuk mempertegas keaslian cerita.
Nalendra berjalan menuju pintu, mengintip sedikit dari celahnya, tapi baru juga dibuka seketika dia tutup.
"Makhluk-makhluk itu bertebaran seperti kuman dalam WC." Nelendra mendengus. "Bagaimana bisa mereka berkembang biak secepat itu?"
Nalendra membuang muka tatkala mata Gema menangkap matanya. Lelaki itu memijat pelipisnya sambil merosotkan tubuh hingga berjongkok di depan pintu.
"Kali ini pintu itu terhubung dengan pintu salah satu warung di kantin," jelas Nalendra tanpa diminta.
Penjelasan itu berharga bagi Gema. "Maksudmu dimensi ruang yang mempengaruhi pintu, berubah?"
"Setiap sepuluh menit sekali. Itu pun aku tahu setelah mengeceknya. Berkas informasi tentang kemunculan MaJo yang diberikan organisasi kurang lengkap. Di dalamnya tidak dijelaskan kalau kemunculan makhluk itu, bisa mempengaruhi dimensi ruang."
"Lalu apakah kamu tahu atau bisa memprediksi akan terhubung ke mana lagi jika dimensi ruang di pintu itu berubah?"
"Masih belum tahu. Aku masih belum mengerti. Tidak ada ciri-ciri yang tertangkap oleh otakku. Bisa jadi juga kalau perubahan dimensi ruang itu acak. Jadi sangat sulit untuk bisa memperkirakannya. Dan dapat dipastikan itu mustahil."
Hening. Keduanya sama-sama tenggelam dalam pikiran masing-masing.
Gema memilih duduk bersila di depan Nalendra seraya menggigit kuku jempolnya.
"Apa kamu benar-benar bukan Cyteria?" Nalendra menyangga kedua lengan di atas lutut. Lantas menjeling ke arah Gema. "Karena aku tidak pernah melihat Cyteria menggigit kukunya seperti yang kamu lakukan sekarang. Gadis itu penyuka kebersihan. Jadi aneh rasanya ketika karakter seperti itu melakukan hal jorok."
Gema sedikit tercengang. Ternyata kebiasaan randomnya bisa menjadi pembeda dengan Cyteria.
🌟🌟🌟
KAMU SEDANG MEMBACA
Am I a Villain?! (TAMAT)
HumorAku, sih, yes kalau dikerubung banyak cogan, tapi BIG NO kalau dikerubung untuk dibunuh! ~Gema Nasib orang kejam pasti dapat karma. Karmanya tak main-main pula. Masuk ke novel buatan sendiri sebagai penjahat yang berakhir mati. Eh, semesta sedang b...